Dino POV
Mataku masih mengarah lurus ke depan, memandangi pipinya yang terlihat memerah.
Entah apa yang dipikirkan dirinya sehingga membuat dirinya kembali bersemu merah berkali-kali.
Aku kembali menyesap kopiku. Menanti dengan sabar dirinya memulai bercerita perihal mengapa kedua orang tuanya tidak mempercayainya.
Kulihat Dita mengelap mulutnya dengan tissue lalu tersenyum ke arahku.
"Hehehe kenyang" Katanya.
"Ya udah mulai cerita dong" Aku berusaha untuk tidak terlalu memaksa dirinya, walaupun aku sudah berada di titik puncak rasa penasaranku.
Dita menarik nafas.
"Jadi gini mas, waktu aku sekolah dulu, saya udah bilang kan Manto itu teman sekolah saya, kami sekelas terus sampe kelas tiga, ehhh gak sampe lulus sih, karena saya kan di keluarin dari sekolah hehehe"
Kulihat dirinya bergerak tidak nyaman dalam duduknya.
"Kenapa saya dikeluarin dari sekolah, itulah awal kenapa bapak sama ibu mencap saya bikin malu keluarga terus, padahal saya lakukan itu juga kan beralasan mas, bukannya main asal bertindak aja"
Aku menyimak dirinya bercerita.
Matanya terkadang terbesit kemarahan.
"Tapi emang gak tau kenapa, persis banget seperti yang mas Dino bilang ke bapak, orang tua itu jarang ada yang mau mendengarkan penjelasan anak-anaknya kalau berbuat salah, makanya dulu itu saya bungkam pas bapak nanya alasan kenapa saya sampe di keluarin dari sekolah"
Dita menarik nafas panjang lagi.
"Ya karena percuma, di jelasin yang sebenar-benarnya pun mereka gak percaya dan tetap nyalahin saya"
Dita menunduk dengan wajah muram.
"Surat peringatan pertama saya terima karena saya menampar pipi guru olah raga saya" Lanjutnya kemudian.
Mataku membulat mendengar perkataannya.
"Ko bisa nampar?" Tanyaku.
Dita meringis.
"Dia, Pak Yadi itu, ngatain Manto bencong karena gak bisa lompat kangkang pas ada tes olahraga, sayanya yang emosi karena Pak Yadi bilang gitu di depan teman-teman, ya emang Manto kaya gitu, tapi seharusnya, selaku dia itu guru, harusnya jangan ngomong kaya gitu lah"
Dita berkata dengan berapi-api.
"Mustinya kan sebagai guru terlepas dia guru olahraga bukan guru BP ya harusnya meluruskan anak didiknya kalo emang ada kelainan macam kasus Manto itu, bukannya malah ngatain Manto bencong dengan gamblangnya" Lanjutnya lagi.
Aku mengangguk mengerti.
"Saya negur Pak Yadi baik-baik, tapi dianya gak nerima, malah bilang saya ini jiwanya ketuker sama Manto, kan sayanya tambah emosi, jadi tangan saya langsung nampar, udah untung gak saya tonjok, bisa rontok tuh gigi nya saya bikin"
"Jadi laper lagi kan nih emosi gini"
Dita kembali menyomot sandwich miliknya yang masih tersisa.
Aku terkekeh.
"Jadi gitu ceritanya?" Tanyaku.
"Belum kelar mas, lah kan saya dapat 3 surat peringatan, baru deh di keluarin hehehe" Jawabnya setelah menelan habis sandwich di mulutnya.
"Jadi surat peringatan kedua saya terima karena sejak saat itu saya bikin idup Pak Yadi gak nyaman, saya sering bikin gembos ban motornya, akhirnya saya ketauan, dapet deh surat peringatan kedua hehehe" Lanjutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisahku
HumorPenulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/10/17 - 27/11/17