13. dita (2)

8.7K 1.3K 198
                                    

Tah tah tah bibir atasnya jeding gitu kan, gak cuma Dita doang yg pengen ngisap, aku jugaaaaa 😍

Dino POV

Aku berjalan menuruni tangga menuju dapur pagi harinya, kulihat ibu Ida berdiri di samping meja makan menatapku.

"Pagi Bu" Sapaku melewati dirinya dan berjalan ke arah lemari pendingin di dapur yang berseberangan dengan ruang makan.

"Den" Panggilnya pelan.

Aku menoleh ke arahnya yang mengikutiku masuk ke dalam dapur.

"Dita di mana?" Tanyanya langsung.

Tanganku menuangkan jus jeruk ke dalam gelas dan langsung meneguknya sampai tandas dengan 3 kali tegukan.

Aku kembali menuangkan jus jeruknya lagi, memutar tubuhku berjalan ke arah ruang makan dan duduk di kursi meja makan.

Menyomot roti panggang yang sudah tersedia.

Kulihat ibu Ida berdiri di samping kursi di depanku dengan raut wajah cemas.

Aku tersenyum ke arahnya.

"Ibu gak usah khawatir, Dita di tempat yang aman" Kataku sambil menguyah roti panggang berisikan selai coklat kesukaan ku.

"Bukannya khawatir den, Dita itu selalu aja bikin malu" Ibu Ida menggeser kursi di depanku dan duduk dengan gerakan pelan.

"Terus ibu percaya, Dita anak ibu itu ngelakuin sesuatu yang Pak Erwin duga tanpa tau kejadian sebenarnya?" Tanyaku.

Aku kembali menggigit roti lalu menyesap jus jerukku.

"Dita itu anaknya dari dulu nekatan den, sering bikin malu, dulu aja saya sering dapat laporan tiap kali kalo pas pulang kampung" Ibu Ida menarik nafas panjang sebelum melanjutkan perkataannya.

"Dapat laporan si Dita itu sering  ngegodain anak-anak laki yang mondok gak jauh dari rumah kami di kampung, kadang juga dapat laporan kalau Dita sering malakin teman-temannya di sekolah" Lanjutnya lagi.

Rasanya aku ingin tertawa mendengar perkataan ibu Ida barusan.

Tapi melihat Dita semalam yang tidur dengan kerutan di keningnya sebelum aku pulang, berbeda sekali dengan apa yang ibunya katakan.

Dirinya seperti anak perempuan biasa pada umumnya yang terlihat manis dan imut ketika tertidur, ya memang berbeda 360° ketika dirinya dalam keadaan sadar, kelakuannya sangat mengejutkan diriku.

Sebut saja dirinya yang bisa menyetir dengan lihai di balik tubuhnya yang mungil.

Dan mulutnya itu yang terlatih mengalihkan pembicaraan dengan mudahnya.

"Semalam bapak ngamuk-ngamuk karena gak nemuin Dita di rumah, terus Pak Sigit bilang, den Dino semalam naik mobil sama Dita"

Aku berdeham.

"Jadi Dita di mana Den?" Lanjut ibu Ida lagi.

"Mulangin Dita ke kampung atau ke rumah saudara memangnya itu jalan keluar yang bagus bu?" Tanyaku sambil membersihkan mulutku dengan napkin.

Kulihat ibu Ida terdiam.

"Keputusan bapak udah bulat den" Jawabnya dengan muram.

"Bu, bapak itu gak dengerin penjelasan kami" Kataku lalu berdiri melangkah ke arah ruang keluarga sambil melirik jam tanganku.

Mall buka masih 2 jam lagi, aku berencana membelikan pakaian baru untuk Dita.

"Kejadiannya itu gak seperti yang Bapak liat, coba ibu pikirin aja deh, masa Dita berani berbuat asusila seperti itu ke saya bu?" Lanjutku lagi.

"Bisa aja kan, riwayat badungnya Dita itu gak ketulungan" Ibu Dita mengikutiku duduk di sofa dengan wajah ragu.

Ditaaaa.... Sebadung apa sih kamu itu sampe orang tua kamu aja sampe percaya anak perempuannya ngelakuin hal yang aneh-aneh.

Aku mengusap wajahku.

"Dengerin saya ya bu, saya rasa ibu masih bisa mendengarkan penjelasan saya dan bisa di ajak kerja sama, kemarin Dita coba menolong untuk ngambilin handphone saya yang jatuh bu, saya lagi nyetir, kan bahaya kalo nyetir terus sayanya malah nunduk ngambil handphone saya yang jatuh itu, posisi jatuhnya memang yahh...gitu deh" Kataku sambil menyenderkan punggungku ke sofa.

"Saya sendiri gak kepikiran kalo akhirnya sampe begini, kalo bukan telepon penting yang masuk, saya gak bakalan minta Dita ambilin"

Ibu Ida menatapku.

"Percaya deh bu, masa iya kami begituan di depan pintu gerbang rumah, lagian juga gak mungkin lah saya berani atau Dita berani"

Aku berdiri dan mengambil duduk di samping ibu Ida.

Mengambil tangannya dan menatap wajahnya.

"Bu, kasian Dita lah, dia kan selama ini udah sekolah tinggi-tinggi, kalo berhenti kerja kan sayang" Aku mulai membujuk Ibu Ida.

"Beneran kalian gak gituan?" Tanyanya dengan wajah menatapku menyelidik, mencari kebenaran.

Aku berdeham.

Kok ngomongin ini jadi berasa ngilu-ngilu gini ya.

"Beneran bu" Jawabku.

"Ibu kalo gak percaya Dita, ya seenggaknya percaya sama saya deh, emang dari kecil saya sering bo'ong atau berbuat aneh-aneh selama ibu ngerawat saya?" Lanjutku lagi.

Ibu Ida masih menatapku.

Dirinya tersenyum.

"Kamu memang anak baik-baik den Dino, kebanggaan orang tua, tapi kalo Dita itu, gimana yah...." Katanya.

Aku mengusap tengkukku.

"Terlepas dari kenakalan yang pernah Dita lakuin ya bu, saya rasa sekarang Dita menyesal, padahal bu, apa yang kemarin terjadi itu sebenarnya bisa dibicarakan dengan kepala dingin" Kataku.

Ibu Ida menarik nafas panjang.

"Den Dino itu baru kenal Dita den, ibu mengenal dia seumur idupnya, jadi ibu tau gimana kelakuannya"

Aku kembali mengusap tengkukku.

"Ternyata berbicara sama ibu itu gak nolong juga ya bu, percuma" Kataku lalu berdiri.

Ku dengar dirinya menghela nafas di belakangku.

Aku melirik jam tanganku, saatnya ke mall.

Tbc

Ada yg mau ikut nemenin mas Dino shopping beli baju sama pakaian dalam buat Dita, yaahhh jadi sample buat ukuran bra & panty nya gitu deh wkwkwkwk

Ngetik sambil nonton "cellular" di transtv

Liat si Criss Evan yg caem itu 😘😍 ngeces ga konsen ngetik 😁😂

Up terakhir di weekend ini yaaaa, met istirahat buat aktivitas besok

KisahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang