12. mengistirahatkan pikiran

9.3K 1.4K 326
                                    

Many thanks for HanaSanSiro for the lovely Lego you made 😘😘😘

Dita POV

Pikiranku kosong, tidak bisa berpikir dan berkata apa-apa, aku hanya bisa mengikuti kemana Dino membawaku pergi tanpa bertanya apa-apa.

Sejak mobilnya keluar dari parkiran  rumahnya, aku hanya memandang ke arah jalanan dengan pandangan kosong.

Mobil Dino memasuki gerbang sebuah hotel dan memarkirkan mobilnya di parkiran basement. Dirinya keluar mobil dan membukakan pintu penumpang, menarik tanganku pelan untuk keluar dari mobil.

Aku mengikuti langkahnya dalam diam, terduduk dengan wajah menunduk sementara Dino melakukan registrasi di bagian repsesionis hotel.

Tangannya kembali menarik tanganku dan menggiring tubuhku berjalan ke arah lift.

Dino mengusap punggungku pelan, rasanya nyaman mendapatkan sentuhannya.

Hanya saja waktunya tidak tepat, kalau aku tidak sedang dalam mood sedih gundah gulana mode on seperti ini, bisa aku pastikan wajahku merona ungu, bukan merah lagi.

Aku berdiri di belakang tubuh Dino yang menjulang tinggi di depan pintu kamar hotel setelah keluar dari lift di lantai 9, tangannya menempelkan kartu di handle pintu, menguak pintunya lebar dan memasukkan kartu itu ke dalam alat di dekat pintu masuk.

Lampu kamar menyala otomatis, membuatku memicingkan mataku yang berasa masih berair.

Dino mendudukkan ku di tepian ranjang sementara dirinya menumpukan kedua lututnya di lantai dan menghadap diriku.

Tangannya membungkus kedua tanganku, telapak tangannya terasa hangat.

"Kamu tidur di sini dulu ya, sampai pikiran kamu tenang, urusan Pak Erwin biar saya yang urus" Katanya pelan.

Aku menggeleng.

"Pak boss ke....."

"Dino, panggil namaku Dino Dit" Potongnya cepat.

Aku menggeleng pelan.

"Bapak saya itu orangnya gak bisa di bantah, saya gak seharusnya berada di sini, bapak pasti akan lebih marah lagi kalau tau saya malah melarikan diri" Kataku dengan wajah tertunduk.

Rasanya capek kalau menghadapi bapak yang sedang emosi.

"Dit, besok kan hari Sabtu, gak kerja, jadi kamu bisa tidur istirahat buat nenangin pikiran, kamu gak usah mikirin omelan Pak Erwin ya, pokonya saya yang urus masalah ini sampai selesai" Ibu jarinya mengusap punggung tanganku.

Aku menghela nafas panjang.

Tubuh dan otak ini rasanya benar-benar capek.

"Bapak bakalan nyari saya pak boss ke...."

"Dino" Potongnya lagi.

Aku kembali menghela nafas, menatapnya lurus.

Ini orang, gak ngerti orang lagi sedih apa, malah sibuk ngeralat panggilan namanya terus.

Kulihat dirinya tersenyum, tangannya meremas tanganku pelan.

"Jangan lanjutin nangisnya kalo nanti saya tinggal ya, mata kamu udah bengkak banget" Katanya, sebelah tangannya menangkup pipiku dan mengusap bagian bawah mataku.

Aku menunduk.

Di bilang begitu malah air mata ini kembali mengalir, aku menangis sesengukan lagi.

Dino terkejut lalu berdiri, duduk di sampingku dan menarik tubuhku ke dalam pelukannya.

"Shhh... Yahhh jangan nangis lagi Dit, tadi nangisnya belum kelar ya" Tangannya mengusap-usap punggungku pelan.

KisahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang