17. telepon (2)

8.9K 1.3K 218
                                    

Klo di chap sebelumnya, muka si embeeek pengen aku acak2, klo skrg handuknya yg pengen aku acak2 😅😂

Pdhal ini manusia udah ga dibahas lagi, tapi krn masih punya stock photonya jadi gpp ya aku pajang, itung2 manjain mata 👀

Dita POV

Aku mengelus dadaku setelah beberapa menit yang lalu meminta Manto, temanku dari masa sekolah dulu untuk membuka rok milikku yang dipakainya.

Perlu mengeluarkan tenaga ekstra yang melibatkan fisik karena kami berdua sampai terduduk dan bergulingan, aku mencoba melepaskan rok dari tubuhnya, sedangkan Manto sibuk mempertahankan rok yang dipakainya.

Dirinya menjerit-jerit sampai membuat penghuni kost-kostan berdatangan melihat kami yang sedang bergulat.

Mereka pikir kami berkelahi, setelah tahu apa yang kami ributkan akhirnya mereka membubarkan diri. Walaupun ada beberapa yang masih berdiri untuk melihat kami, lumayan tontonan menghibur di malam Minggu.

Kulihat Manto yang anteng dengan handphone di tangannya, matanya fokus melihat layar, aku rasa dirinya sedang sibuk melihat-lihat tutorial make-up di YouTube seperti kebiasaannya yang sudah-sudah.

Aku menghembuskan nafas panjang. Tanganku meraih handphone, melirik jam di dinding.

Sudah 2 jam berlalu, mas Dino masih nungguin teleponku gak ya? Pikirku.

Aku memutuskan untuk menelpon dirinya.

Jantung ini berdebar, tidak ku sangka dirinya menelponku pagi ini, aku pikir dirinya melupakanku.

Jelas saja aku berpikiran seperti itu, 2 minggu berlalu, dan tidak ada satupun dari mereka yang mencari keberadaanku, walaupun ibu setiap hari menelponku, tapi itu beda.

3 kali deringan nada sambung berdering, mas Dino sudah tidur kali ya, sudah jam 11 malam.

"Dita, maaf tadi saya di bawah ngambil sandwich" Terdengar suara Dino di ujung sana dengan nafas ngos-ngosan.

Aku tersenyum, membayangkan dirinya yang berdiri di depan pintu kostan ku sambil membawa piring di tangannya dan menyodorkan sandwich kepadaku.

Aku mengusap wajahku.

"Dit?" Panggilnya.

"Eh iya mas, hehehe, maaf ya lama nungguin saya nelpon balik ya sampe kelaperan" Kataku.

"Gak apa-apa kok, saya memang belum bisa tidur, ada yang saya pikirin" Jawabnya.

Mataku mengerjap jahil.

"Mikirin saya ya mas? Saya mah gak usah dipikirin, cukup menyelipkan nama saya di dalam doa mas, itu aja udah bikin saya senang mas hehehe" Aku terkekeh.

Kali ini aku tidak berusaha menutupi apa yang ingin aku utarakan, kalau lewat telepon, aman terkendali, gak kelihatan muka, jadi mau semerah apapun wajahku setelah mengucapkan kata-kata barusan, Dino tidak bisa melihatku.

Ku dengar suara Dino tertawa, aku langsung membayangkan dirinya, jujur saja, 2 minggu tidak melihat dirinya membuatku merasa kesepian.

"Kamu tuh ya Dit, ngomong kaya gitu, sayanya gak bisa bedain kamu ngomong beneran atau cuma bercanda" Katanya.

"Ihhh beneran lah mas, masa selama ini mas Dino anggap kata-kata yang keluar dari mulut saya itu gak serius?" Tanyaku sambil melirik ke arah Manto yang kulihat malah sekarang sudah tertidur.

Ya ampun, bisa-bisanya tuh manusia tidur di ranjang kebesaranku.

Aku berdiri dan menarik sebelah kaki Manto.

KisahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang