Dino POV
Aku melangkah keluar dari pintu kedatangan internasional di terminal bandara Soetta, tersenyum ke arah seorang bapak-bapak yang tak lain adalah sopir keluarga kami yang sudah mengabdi selama puluhan tahun.
"Apa kabar den Dino?" Sapanya ramah sambil menundukkan tubuhnya sedikit ke arahku.
"Baik Pak, kabarnya bapak gimana?" Tanganku menepuk-nepuk pundaknya sambil mengikuti langkahnya menuju arah parkiran.
"Baik den, sini biar saya aja yang bawa kopernya, den Dino pasti capek ya, apa itu namanya jegleg?" Pak Erwin mengambil alih 2 koper yang ku seret.
"Maksudnya jetlag? Hehehe" Aku terkekeh.
"Gak lah Pak, biasa aja" Lanjutku lagi.
Aku membuka pintu depan penumpang dan langsung masuk ke dalam mobil BMW X6 setelah ikut membantu pak Erwin memasukan 2 koperku ke dalam bagasi.
"Kangen Jakarta juga den?" Tanyanya begitu mobil keluar dari areal parkiran.
Aku tersenyum.
"Kalau bukan panggilan penting dari Mama sih saya gak bakalan balik ke Jakarta Pak" Jawabku.
Aku kembali mengenang kejadian di mana aku meninggalkan Indonesia.
4 tahun berlalu sejak perempuan yang aku cintai menikah dengan pria idamannya, aku pergi bukan karena patah hati sih, tapi lebih di sebabkan ingin mencari suasana baru.
Kepulanganku ini karena permintaan orang tuaku yang mengatakan ingin mengambil cuti panjang untuk liburan.
Cuti panjangnya gak tanggung-tanggung, 6 bulan, mereka berencana mau keliling Eropa.
Padahal yang aku tahu Papa sudah mengambil cuti panjang tahun lalu untuk berkeliling Afrika. Dan saat itu mereka tidak berhasil menyuruhku untuk kembali pulang ke Indonesia.
Aku menghela nafas.
Jadi rasanya kalau di bilang kangen Jakarta yang pernah membuatku sedikit patah hati (oke aku akui aku patah hati, sedikit ya) rasanya gak terlalu kangen.
Dan mau tak mau aku meninggalkan kantor tempatku bekerja setelah 3 tahun lamanya bekerja dan sudah merasa nyaman di sana.
"Tuan tadi nelpon saya den, katanya minta anterin den Dino ke kantor pusat, den Dino mau pulang ke rumah dulu atau langsung ke kantor tuan?" Tanya Pak Erwin menarik perhatianku kembali ke alam nyata.
Aku menoleh ke arahnya lalu menggeleng.
"Gimana kalo kita nongkrong aja sambil minum-minum kopi sampe sore Pak? Gak usah ke kantor Papa" Kataku. Rasanya malas untuk bertemu Papa membahas soal pekerjaan, padahal aku baru saja mendarat.
Dirinya tersenyum mendengar perkataanku.
"Tuan nanti marah den, masa udah di tunggu kedatangannya malah nongkrong minum kopi sampe sore"
Aku terkekeh.
"Mama ada di rumah kan?" Tanyaku.
Pak Erwin mengangguk.
"Ya udah kita ke rumah dulu, sekalian naruh koper, terus nanti saya aja sendiri ke kantor Papa, Pak Erwin gak usah nganterin" Kataku.
"Jangan den, nanti saya anterin aja, buat apa saya di gaji kalau tugas nganterin gak saya jalanin" Katanya meringis.
Aku tersenyum.
"Ya udah kalau Pak Erwin bersikeras mau nganterin saya hehehe. Masih ngantuk nih Pak, saya tidur sebentar ya" Kataku sambil mencari posisi yang nyaman dan memejamkan mataku.
°°°
Tepukan pelan di pundak, membuatku membuka mata.
"Udah sampe rumah den" Kata Pak Erwin, lalu mematikan mesin mobil dan keluar dari mobil.
Aku mengedarkan pandanganku ke arah halaman rumah yang terbentang luas dan selalu terawat.
Merentangkan kedua tanganku ke atas dan mengusap-usap wajahku pelan.
Lalu keluar dari mobil, berjalan ke arah pintu rumah yang berukiran rumit.
Seorang wanita menyambut kedatanganku.
"Eh den Dino sudah sampai, capek den?" Sapanya.
Aku menunduk dan menciumi kedua pipinya.
"Ehmm... Ada suaminya lho ngeliat" Suara pak Erwin membuat kami menoleh dan terkekeh ke arahnya.
Wanita yang masih terlihat cantik di usia senjanya itu tersenyum dan mengambil alih 1 koper dari tangan suaminya.
"Pak Erwin masih aja cemburu sih, Ibu kan udah saya anggap mama kedua saya" Kataku sambil merengut ke arahnya yang berjalan mengikuti aku dan ibu Ida.
"Kabar saya baik bu, Ibu keliatan sehat, makin cantik" Kataku sambil mengerling ke arahnya.
Ibu Ida tersenyum.
"Tuhh Pak, dengerin, kalau mau ngerayu wanita itu harus belajar sama den Dino, jantung Ibu langsung berdebar-debar lho dengernya"
Aku terkekeh.
"Mama di mana bu?" Tanyaku.
"Nyonya di atas den, tadi sih nyonya lagi duduk-duduk di balkon kamarnya pas ibu bawain teh hangatnya" Jawabnya.
Aku tersenyum ke arahnya, lalu berjalan melangkah meninggalkan mereka ke arah kamar tidur utama, mencari mama.
°°°
Aku berjalan masuk ke kamarku setelah bercakap-cakap sebentar dengan Mama.
Mengedarkan pandanganku ke arah sudut ruangan kamarku yang telah aku tinggalkan selama 4 tahun. Masih terlihat sama dan terawat, bersih.
2 koperku sudah berada di dekat lemari pakaian.
Nanti sajalah aku beres-beresnya.
Aku berjalan ke arah balkon kamar, melihat ke arah bawah, memicingkan mataku melihat sesosok perempuan yang berjalan ke arah pintu gerbang.
Rambutnya panjang terurai, tubuhnya tidak terlalu tinggi. Tampilannya terlihat casual dengan sepatu kets berwarna merah.
Aku mengerutkan keningku, kulihat dirinya memutar tubuhnya dan tersenyum sambil melambaikan tangannya.
"Iya bu, Dita pergi dulu ya, dah ibuuuu" Suaranya terdengar jelas sampai ke lantai dua kamarku.
Imut.
Aku tersenyum.
Tapi masih bertanya-tanya, kira-kira siapa ya dia.
Tbc
Hulaaaaaaa
Aku dtg lagi nih ma cerita baru, giliran Dino yg jadi korban cerita gesrekku.
Mudah2n sama gilanya ma yg cerita udah2, bisa menghibur, bisa bikin ngakak, ya klo ga ngakak, ngikik aja 😂😂
Mudah2n kalian suka yaaaa
😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisahku
فكاهةPenulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/10/17 - 27/11/17