05- Life Gives You Lemons?

829 141 122
                                    

"Kita akan dibawa kemana?" Vincentio tak bisa menahan pertanyaan yang memberontak dari kepalanya yang rasanya lebih kecil dari pantat tikus.

"Ruang Observasi Khusus. Untuk selanjutnya, kalian singkat saja sebutannya."

"Jangan ada yang kepancing nyebutin-" Ailee mengingatkan teman-temannya, tapi ada si dungu yang langsung mengutarakan pikiran briliannya. Simca.

"ROK? hahahah, yang hampir dipake Mars kalo dia beneran jadi sekretaris kemarin, hahaha..." Simca menepuk-nepuk pundak Angela di sebelahnya dan tertawa keras. Dia ga sadar ucapannya bikin Angela ingat kekalahannya dari Zeus kemarin, dan langsung sewot.

"Liat aja lu, Sim." Mars menunjuk hidung Simca yang masih senyum sok imut.

Pak Austin, guru Ekonomi, mengajak mereka sebuah ruangan, mirip ruangan laboratorium digabung dengan perpustakaan kecil.

"Kita akan memulai kelas di sini aja, ya, anak-anak."

"Gue bukan anak lu," Zeus memerdekakan diri dari usaha perbudakan terselubung itu.

"Jadi, sebagai pengenalan karakter kalian dalam melihat peluang di sekitar kalian, saya akan membuat interview kecil dalam ruangan itu. Yang dipanggil, langsung masuk. Yang keluar diam-diam dari kelas, di luar sudah dijaga pak Zac yang siap menggunduli kalian, dan Bu Mills sedang mengawasi kalian lewat CCTV. jadi jangan coba-coba kabur." Austin tersenyum dan memasuki ruangan itu duluan, "ah, Pisces, yuk?"

Neil kedip-kedip, "aku?"

"Ya. Ayo, kamu dulu," Austin nahan pintu ruangan kecil itu untuk tetap terbuka sampai Neil nurut dan masuk.

"Tumben saya dulu, pak? Biasanya Mars dulu, kan dia Aries? Saya mah yang paling terakhir. Apa dimulai dari yang terakhir dulu?"

"Ngga, sih. Soalnya dari tadi kamu melamun terus. Mikirin apa?"

"Ngga kok, Pak." Neil malu bilang dia mikirin mau bikin mahakarya apa lagi setelah tadi coret-coret halaman terakhir buku tulisnya dengan gambar jerapah yang lebih mirip ranting pohon daripada jerapahnya.

"Oke. Pisces, kau suka berkhayal kan?"

"Nama saya Neil pak."

"Jadi saya ingin membayangkan negara ini lagi susah. Dan kehidupan memberimu kebun lemon di belakang rumahmu. Ya, lemon yang sepet sesepet mata si Virgo ma Taurus itu."

"Abraham sama Shin, Pak."

"Terus apa yang akan kamu lakukan?"

Neil mengelus dadanya, bersabar akan semua perkataannya yang diacuhkan begitu saja kayak chatnya Mars.

"Aku rapopo kok pak. Aku kudu kuat."

Austin tersenyum dan mengangguk-angguk ngga sabar, "ayo, jangan lama-lama."

"Bikin lemonade, pak. Dibagi-bagi ke tetangga yang sama-sama lagi susah. Untung-untung kalo dikasih cepek..."

Austin merekam ucapan Neil lewat smartphone-nya, lalu menjuduli rekaman itu dengan nama Neil, "Oke. Sekarang, kau panggil Zeus, lalu tunggu di ruang sebelah." Austin menunjuk ruang sebelah yang dipisah oleh pintu kecil. Neil nurut aja daripada kena masalah.

"Kok tiba-tiba gue aja, sir?"

"Nyesuaiin mood-ku doang. So, Scorpio, bayangin hidupmu lagi susah,"

"Susah bayangin aku susah, sir."

"Dan kamu cuma punya kebun lemon di belakang rumah. Apa yang kamu lakuin?"

Zeus ngangkat sebelah alisnya, "cuma lemon? Ke mana perginya kebun anggur berhektar-hektar di sisi-sisi mansionku?"

"Bayangin aja, napa sih?"

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang