40- Mereka Merindukan Seseorang?

327 51 15
                                    

Suatu sore yang tidak terlalu cerah.

Pak Austin kembali dari mengajar. Duduk di sebelah Bu Yuri. Ia menghela napas panjang dan meletakkan kepalanya begitu saja di atas meja.

"Habis ngajar di kelasnya Bu Mills ya pak?"

Pak Austin bergidik, malas mengingatnya.

"Tadi pagi gue juga ngajar di sana." Tambah Bu Wang. Membuat Bu Yuri segera menoleh.

"Saya besok sih, Bu. Bareng Pak Gin."

"Saya saranin, sih, besok kamu cuti aja ke mana gitu, Yur." Ucap pak Austin sambil dengan setengah hati bangkit dan duduk bersandar di kursinya.

"Kenapa toh, pak?" Tanya Bu Yuri sambil memeluk buku biologi tebalnya.

"Sejak Bu Mills cuti mengajar ke planet lain, mereka tuh bertingkah nonsense." Jelas Bu Wang dengan penuh tekanan.

"Masa, saya kasih ujian kecil-kecilan kan. Si Mars ngga ngisi apa-apa di kertas ujiannya, dia cuma ngelamun dan ngemut kertas ujian itu sampe tinggal setengahnya!"

"Si Rakheem malah, saya ajak diskusi tentang geografi di iklim gurun, dianya malah bandingin Afganistan sama halamam belakang rumah kontrakan bu Mils di kampung sebelah. Ga masuk akal, mereka tuh. Masa bisa-bisanya dia bilang "di gurun kita ga bakal nemuin tai ayam yang lagi anget-angetnya nempel di sandalmu sembarangan. Tapi ada Bu Mills sih, gapapa. Biasanya beliau yang bersihin sandal-sandal kami." Gitu, lho!"

Yuri terpukau oleh ketidak masukakalan jalan berpikir murid-muridnya Bu Mills.

"Shin malah, dari awal saya masuk kelas, sampe kelas saya selesai, dia gak berhenti masukin jajanan apaaaa aja ke kotak makan hadiah Bu Mills buat dia di ulang tahunnya kemarin dulu. Ya snack, ya cimol, ya pentol, semuanya di masukin di situ, terus di makan dikit-dikit sambil menghela napas panjang dan mengamati kotak makan itu dengan wajah galau setengah mati. Maksudku, jijik baneet gitu lho, dia makan makanan semuanya dicampur di sana! Meski itu hadiah dari Bu Mills!" Tambah Pak Austin sambil bergidik.

"Oh, ngomongin kelas internasional 1 ya?" Pak Zac yang baru selesai mengajar di lapangan olahraga kembali dan duduk di sebelah Wang. "Itu ada yang mau gue ceritain ke kalian pada. Tapi gue lupa."

"Yauda, ini telinga kita pada lagi nganggur, kebetulan." Kata Bu Wang santai dengan sarkasnya.

Pak Zac tertawa kecil, lalu meneruskan, "Ailee tuh? Kemarin pas olahraga, dia kelihatan paling fokus, maksudku, ngga blank kayak teman-teman lainnya. Terus pas habis olah raga, gue kan mau balikin bola basket ke gudang. Nah, ngeri amat, gue liat Ailee di situ sambil nangis sesenggukan dan manggil-manggil nama Bu Mills, gitu deh."

"Ngeri amat tuh bocah-bocah..." Komentar Bu Wang sambil menepuk jidatnya. "Tapi kalo gue sih, paling males sama Jasmine."

"Napa?" Bu Yuri penasaran.

"Masa tiap ada gue ngomong dikit, dia nyahut "kalo Bu Mills mah, ngajarnya gini, Bu! Bu Mills gitu, Bu! Bu Mills ini itu, Bu" hadeeeehh, mereka tuh udah kena peletnya Bu Mills, sih. Gue yakin 101%"

Pak Austin menghela napas, "lumayan kan, gitu-gitu tetep masuk? Coba lihat absensi Angela? Dia pulkam ke Eropa, astagaaa.... Katanya dia mau cuti juga. Lah dikira ini sekolah kakeknya apa?" Pak Austin menggeleng saking bingungnya mau ngasih nilai berapa ke anak-anak itu.

"Masalah itu, juga..." Bu Yuri menambahkan. "Saya pernah menyita ponsel Abraham karena dia bermain ponsel saat masih dalam waktu pelajaran. Saya sempet ngintip sedikit notesnya. Banyak sekali note buat Bu Mills dan semuanya ngga dikirim. Salah satu chat itu panjang banget gitu."

"Isinya apaan?!" Bu Wang antusias.

"Ngga kebaca, isinya kode-kodean. Saya aja ngga yakin bu Mills bica baca rentetan kode sistem kayak gitu."

Mereka menghela napas panjang bareng-bareng.

"Yang paling gampang move on tuh ya, si Kojiro. Dia easy going aja tuh kelihatannya. Cuma ya tetep, suka bolos dan sebagainya. Cuma ngga jadi aneh kayak temen-temennya yang lain." Kata pak Zac

"Ya, tapi saya kemarin lihat dia di pasar gandeng cewek tiap hari beda-beda." Bu Wang menyahuti Pak Zac.

"Lah, kok tau?"

"Yekan rumah kami kebetulan deket, kalo ada apa-apa ya belinya di pasar itu, jadi sering liat."

"Yekali ngajak kencan cewek di pasar..."

"Tauk..."

Lagi-lagi mereka menghela napas panjang yang begitu berat.

"Ngomongin tentang mov on sih, yang paling calm itu Zeus, lho." Kata bu Yuri.

"Kata siapa?" Pak Austin menyahut, "saya ngga sengaja membuat dia mengingat pelajaran dari Bu Mills, terus malah hampir di hajar sama dia. Kayak video-video viral anak nakal zaman now yang suka berani sama gurunya. Cuma Zeus ini tau diri, ngga jadi nabok saya, nabok Kojiro yang mau ngerekam dia."

"Itu agak ngeri?" Bu Yuri menyeringai ngeri.

"Sama tuh kayak Neil. Kelihatannya aja dia nguat-kuatin diri dan temen-temennya. Tapi kalo pas udah mentok, dia bakal stres dan ngomong macem-macem sampe ngga jelas banget khayalannya."

"Itu sangat Neil." Pak Austin mengangguk karena tadi di kelas, Neil sudah mengamuk pingin dibelikam pegasus yang bisa bawa terbang mereka ke tempat Bu Mills sekarang.

"Dan gue denger-denger nih, Simca udah ngerencanain bolos bareng buat pergi ke mana Bu Mills berada sekarang." Lanjut bu Wang.

"Oh, ya?" Bu Yuri menyahut cepat.

"Kapan?" Pak Zac menanggapi.

"Secepatnya. Gatau mereka pergi pake apaan."

Ketika mereka hening, tiba-tiba mereka dikagetkan dengan sms dari Zeus.

"Pak, Bu. Kami cuti seminggu. Thanks. Bye.

—Ketua kelas paling ganteng sedunia raya. Zeus F."

Di situ para guru hanya bisa saling memandang dan hening sampai mereka kembali pulang ke rumah masing-masing.

.
.
See you, next chapter.

Miss you too—Mills.

Sel, 260219

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang