39- Natal (akan) datang?

339 58 59
                                    

"Gimana, gimana, Bu?" Ailee memiringkan kepalanya biar lebih deket ke sumber suara; Bu Mills —ngga jadi dipecat— yang berdiri indah di depan mereka.

"Apa tadi nama gladinya?" Zeus memicingkan mata.

Bu Mills melompat kecil bak kelinci kesetrum sambil meringis dan menepuk tangannya, "Gladi resik merayakan natal di rumah saya! Yei!"

"Yeiii! Natal!!!" satu-satunya yang kelihatan antusias adalah Jasmine. Matanya udah berubah kayak bohlam hiasan natal yang berkilau-kilau.

"Apa itu berarti libur sehari?" Mars, dengan otak biadabnya melihat sisi positif momen itu.

Bu Mills mengangguk dengan senyum sedih, "Sayangnya iya. Kata pak Kepsek, beliau setuju untuk mengadakan gladi resik ini sebelum mengajak kalian ke pesta natal di hall sekolah. Kalian pasti sedih harus libur demi ini."

Rakheem menahan tawa dengan menyunggingkan sebelah bibirnya. Ugh ganteng banget yawla... Yang paling kelihatan sedih di situ dalah Simca; sudah berdiri dan mulai twerking dengan kaki ke atas, menghadap tembok.

"Sedih banget nih gueee!!" katanya.

Semuanya memilih untuk menghiraukan gadis itu kecuali Zeus yang mendatanginya dan menampar manja pantat gadis itu, lalu memarahinya habis-habisan.

"btw... Saya ngga perlu ikut ya, Bu?" suara berat, basah, serak, mempesona, wikwik, ulala itu membuat semua orang mengalihkan pandangan padanya.

Rakheem mengangkat sebelah tangannya saat bicara, ia terlihat gugup saat menjadi pusat perhatian, (masih pusat perhatian, gimana coba kalo jadi pusat perbelanjaan? Huft.)

"Oh, ya. Rakheem ngga ikut, ya?" Bu Mills langsung sedih kehilangan satu piaraan cogannya.

Angela di sebelah Rakheem langsung menyabet tangan pemuda itu dan menempelkannya di dada, "Aku ntar ngga ada pawangnya, Kheem... Kalo aku gila kayak Simsim gimana dong...?" tanyanya manja.

Rakheem membulatkan mata saat melihat di letak strategis tangannya itu. Sedikit saja gerakan, bahkan getaran kecil, akan membuatnya merasakan keempukan surgawi yang membuat jiwa gundah gulana selamanya menuju nirwana.

Rakheem segera menaikkan pandangannya ke mata gadis itu dan mengangguk kecil, "Y—yyyy—yyy—ya... Uu—udah, saya empuk..." Rakheem menggeleng cepat dan menelan ludah, "ma—ma—maksud saya, saya ikut!"

Angela tertawa dan berbaik hati melepaskan tangan Rakheem yang gemeter 7 skala richter itu.

Singkat kata, singkat cerita, akhirnya mereka berbondong-bondong pergi ke rumah bu Mills hari itu juga.

Mars, dan Shin langsung aja ngikutin Bu Mills ke dapur buat nyari camilan begitu mereka sampe rumah. Mereka ngga tahu kalo sifat rakus membawa mereka kepada kesialan.

"Mars dan Shin kok di sini? Kebetulan  banget!" ucap Bu Mills saat menyadari keberadaan dua begundal pasar itu.

"Kebetulan apa, Bu?" tanya Mars sambil mengambil air mineral, sedangkan Shin hanya melirik Bu Mills sekilas lalu meneruskan kegiatan pilih-pilih camilan di kulkas Bu Mills.

"Kebetulan, Ibu mau tebang pohon di belakang buat pohon natalnya, karena ada kalian di sini, bisa minta tolong tebangin ngga?"

Dua pemalas yang haqiqi mendapatkan pekerjaan kuli.

Dengan gontai dan rengekan kemalasan yang khas dari Mars dan Shin, dengan terpaksa mereka berjalan ke belakang halaman Bu Mils.

"Bu, mana? Ngga ada pohon cemaranya di sinii!" Mars teriak-teriak.

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang