"Ada seseorang yang membajak sistem AI mobilku."
Kesebelas anak yang kini sedang panik itu, perlahan bungkam setelah mendengar kesimpulan yang diucapkan Zeus. Mereka langsung saja menoleh pada Abraham.
Abraham yang duduk di bangku paling belakang minibus itu segera membulatkan matanya, "A—apa?!"
"Tidak mungkin dia." Lenguh Angela putus asa.
"Ya, Abraham tidak dapat keuntungan apa-apa dari ini. Dia belum ngerjain PR biologi. Kalo ada di antara kita yang paling pingin cepet pulang, ya Abraham ini." Lanjut Ailee penuh perhatian bikin hati Abraham cenat-cenut tiap ada kamu. Typo, Ailee maksudnya.
"Lalu siapa, dong?" itu suara Mars, dan para remaja itu seketika itu segera melayangkan pandangan curiga pada Mars. "Apa, woy? Gue ga pegang komputer dari tadi!"
"Bisa aja lu siapin dari kemarin!" Jasmine menuduh.
"Aje gile, demi mamak gue yang naik motor matic, buat apa juga gue menculik diri sendiri?!" Mars mengacak rambutnya frustasi.
"Baiklah, sekarang kita di mana? Kau bisa mencari tahunya?" Rakheem yang duduk di sebelah kursi pengemudi bertanya serius pada Zeus.
"Sinyalku buruk..." jawab Zeus sambil menggelengkan kepala saat menatap indikasi jaringan di layar ponselnya macem dia ngga bayar paketan internet. "Gue ngerasa miskin, anjir. Hp ga guna."
"Bukan salah hpnya," sahut Vincentio. "Hp gue malah emang susah sinyal sejak masuk mobil, malahan."
"Kok tau, beb?" Simca memulai persulutan dengan akting pelakornya yang patut dihadiahi awards.
"Iya, tadi maunya aku bikin story sama Bunny," sebelah tangan pemuda itu melingkar ke pundak Jasmine yang lihat Simca gak percaya cewek gila itu baru saja godain pacarnya seakan ia tak berada di sana. "Tapi ngga jadi karena susah sinyal. Hp Bunny juga gtu. Makanya aku tahu kalo itu bukan soal jaringan."
"Ponselku juga." Sahut Abraham yang segera mengecek ponselnya.
"Sial, gue laper lagi." Udah tau kan, siapa? Ga perlu narasi mah kalo dia.
"Diem, Shin. Jadi, kita di mana? Ada clue?" Angela berusaha ngga terlihat panik, tapi dia berulang kali injek kaki Kojiro di sebelahnya sampai pria itu harus menahan erangan sakitnya supaya tetep terlihat cool. Coolkas.
"Entahlah di luar gelap." Jawab Rakheem mengamati sekitarnya, "Yang jelas, sebelum mobil ini mati, kita tadi masuk ke ruangan semacam garasi."
Ailee membuat suara kaget dengan napasnya seperti sedang teringat sesuatu karena ucapan Rakheem. "Guys. Sebaiknya kita hemat ngomong."
"Kenapa?" Neil yang tadi bertapa ngerasa terganggu dengan ajuan saran dari Ailee. Kan, di sana cuma dia yang tenang, dengan syarat, dia harus mengatur napas dalam pose tapanya.
"Kita terkunci di dalam mobil. Jendela ngga bisa dibuka. Dan mobil ini ada di sebuah ruangan kecil, sebut aja garasi. Tertutup. Gas buang dari mobil bisa masuk melalui celah-celah mobil dan meracuni kita." Jelas Ailee sambil membulatkan mata dan mulai menghemat napas.
"Apa lagi... kita berdua belas. Kita akan menghirup buangan napas kita sendiri dan akan tak sadarkan diri dalam waktu beberapa jam." Lanjut Abraham dengan suara tenangnya yang kini mulai merinding.
"Apa yang dikatakan si poni cupu itu benar," suara microphone di bagian radio mobil. Semua tercengang mendengar suara orang asing itu.
"Suara itu..." Kojiro memicingkan mata, "aku tahu suara itu."
Angela mengangguk menyetujui, "Bener, mirip kayak suara abang-abang di speaker mall-mall yang bilang kalo mall-nya mau tutup."
"Bener, kalo ga gitu kayak suara mas-mas indokampret yang nawarin pulsa meski ngga gratis."
KAMU SEDANG MEMBACA
What If...
HumorBagaimana jika... tokoh-tokoh buatan Milly adalah murid dan guru di sebuah sekolah di Indonesia? Zeus akan membully siapapun yang berniat PDKT ke Simca. Abraham akan menjadi nerd paling freak sesekolah raya. Ailee akan berebut posisi Queen of This...