"Bu Mills akhirnya bangun!"
"Guys, saya mau jujur sama kalian."
Ucapan pertama Bu Mills saat ia membuka mata sejak pingsannya ia beberapa jam lalu, membuat keduabelas pemuda-pemudi itu tertegun.
"Ya, Bu?" Mars yang pertama memberanikan diri merespon.
"Saya laper, beneran."
Dengusan kesal, pekikan kemarahan dan nyanyian Neil yang menggemparkan seketika memenuhi ruangan rumah sakit itu. Suster bertubuh seksi semelohe dengan proposional yang luar biasa yakni tinggi 140 cm dan berat badan 80 cm, mendatangi mereka dan memukulkan nampan ke atas keduabelas kepala ga bener anak-anak kelas Internasional dengan kecepatan cahaya.
"Jangan berisik! Kalian kira ini kandang kuda?!" desisnya sambil berjalan keluar ruang.
Sedangkan keduabelas anak-anak malang dengan reaksi uniknya yang mengekori perginya si suster.
"Perawan tua." Dengus Zeus geram.
Dengan itu Shin tertawa kecil dan langsung dibungkam Angela agar tawa itu tidak kembali mendatangkan perawan tua lainnya.
"Guys... Kita di mana?" bu Mills yang mulai mengingat scene chapter lalu sekarang mulai kebingungan, "Kita udah di Italia?"
"Kita ini di Tegal, Bu. Sekalian belajar Bahasa Ngapak." Ailee tersenyum innocent, sedangkan Bu Mills mengangkat sebelah alis saking herannya.
"Tegal? Kamu salah ngomong kali, Lee. Mungkin yang kamu maksud tuh Milan? Atau Roma?"
"Ada, Bu. Nih, Biskuit Milan Kelapa, sahabat sejati keluarga Indonesia." Shin menyodorkan biskuit bulat-bulat dari wadah plastik brrwarna merah gemasnya.
"Yaampun..." Bu Mills yang masih ga terlalu sadar untuk mencerna keadaan akhirnya menerima biskuit sahabat keluarga itu dan memakannya sambil menatap Shin yang juga sedang makan sambil tersenyum santai.
"Kita batal terbang," Vincentio menjelaskan pada Bu Mills karena ngga tahan ma wajah begonya, "pesawat kita mendarat di bandara terdekat dan melarikan Bu Mills ke rumah sakit. Dan di sinilah kita sekarang."
"Btw, terus gimana sama karier si Zeus? Bakal batal jadi penerus tahta nih? Kita bakal ga bisa nebeng duitnya lagi, nih?" Simca yang sedang tiduran di ranjang kosong sebelah, menatap langit-langit ruangan sambil bersedekap. Wajahnya kelihatan mikir keras, cari cadangan gimana kalo Zeus beneran jadi kere dan mulai mempertimbangkan deket sama Mars aja yang ngga kalah kayanya.
"Ayahnya bilang, terpaksa Zeus tetep jadi penerus tahta, orang anak cowoknya cuma dia doang..." Mara terkekeh.
Bu Mills yang mulai sadar, kini mulai menghitung muridnya.
Satu, dua, lima, tujuh.... Sebelas?
Dua... Lima... Delapan.... Sebelas?
"Ada yang kurang." Kata Bu Mills menyadari.
"Oh, bener, Bu. Sponsor Biskuit Milan Kelapa ini rekomendasiin biskuitnya dicelupin ke susu atau teh. Biar kuambilkan dulu." Shin dengan ambisi pribadinya yang terselubung segera keluar kamar untuk mengambilkan Bu Mills susu atau teh. Atau cemilan lain.
Bu Mills menggeleng, "Bukan biskuit. Tapi kalian ada yang hilang."
"Zeus yang ngga ada di ruangan ini, Ma'am." Angela yang bersedekap di sebelah jendela angkat bicara.
"Ke mana Zeus?"
"Lagi giliran donor darah."
"Donor darah?" Bu Mills menaikkan nada suaranya menjadi kalimat tanya yang benar-benar utuh, "apa yang bikin kalian tiba-tiba kesambet, mau donor darah."
KAMU SEDANG MEMBACA
What If...
HumorBagaimana jika... tokoh-tokoh buatan Milly adalah murid dan guru di sebuah sekolah di Indonesia? Zeus akan membully siapapun yang berniat PDKT ke Simca. Abraham akan menjadi nerd paling freak sesekolah raya. Ailee akan berebut posisi Queen of This...