41- Ada di Kecelakaan Pesawat?!

187 32 6
                                    

Perjalanan mengambil kitab haram yang dilakukan para siswa-siswi kelas Internasional dalam rangka membawa Bu Mills kembali, menemui cobaan yang berat.

Di hadapan mereka, telah menunggu gunung es tinggi, terjal, curam, tempat Ratu LetItGo mendirikan istana.

"Dingin bgst!" geram Mars yang hampir membeku.

"Ayo berpikir jorok biar tetep hangat kawan-kawan!"

Saran dari Kojiro terpaksa ditolak oleh kawan-kawan budiman lainnya setelah kojiro kena gampar Ailee, Angela, dan Simca.

"I'm done with this shit." Zeus dengan wajah kesal melengos dari gunung itu dan jalan menjauhi kesebelas temannya yang masih berpikir kerad gimana cara melewati gunung itu.

"Sayangkuuuh, cintakuuuh, dunia dan matikuuuh, kamyu mau kemandos?" Mulut banci Simca berdendang dalam dingin yang ngga manusiawi itu.

"Walau halangan, rintangan membentang, tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran."

"Ebuset," dengan tawa di bibirnya yang semelohe, Vincent mengikuti ke mana Zeus pergi.

Dengan segala yang mereka miliki; yang mana ngga ada, mereka ngga punya apa-apa selain pilihan mengikutu Zeus atau mati di gunung salju, akhirnya mereka bersebelas mengikuti ke mana Zeus pergi.

***

"

Kalo dari awal punya pesawat itu, mbok yo bilang, kan kita ngga perlu susah-susah drama ke gunung salju segala!" Cerocos Ailee.

"Lagian di Indonesia kan, ngga ada pegunungan salju—" Abraham belum menyelesaikan ucapannya, dia keburu dibekep sama Mars.

"Lu, jangan ngerusak setting ceritanya, deh," kata Mars sambil menggeram gemas.

"Ngga, tapi beneran. Perasaanku ngga enak, nih." Ujar Rakheem sambil mengusap-usap dagu  saya, eh, maksudnya dagunya dia sendiri.

"Kenapa, kenapa??" Neil, dengan segala imajinasinya, sudah membayangkan yang aneh-aneh sambil duduk di kursi kosong samping Rakheem.

"Ah, jangan mulai! Ntar hal-hal buruk kejadian beneran, lho!" Jasmine menghentikan ucapan dua pemuda yang duduk di bangku belakangnya itu.

Sementara itu, di sebelah Jasmine, Vincent, termenung membayangkan apa yang terjadi di balik cockpit, karena yang duduk di bangku kendali pilot adalah Zeus dan Shin yang sama-sama terlalu riskan untuk dipercaya mengendalikan pesawat terbang itu.

"Guys, kita udah ngelewatin si gunung es madafaka itu lho, selanjutnya kita mampir Bali bentar yuk, laper nih," ujar Shin melalui speaker pesawat.

"Kita ini sebenernya dimana sih, anjer?!" Angela udah banting majalah yang tadi setia menemani di kala bosan.

"Tenang, kawan," layaknya teman sehidup semati, Simca menepuk pundak Angela untuk menenangkannya, "Zeus bersama kita, kita bakal selamat—"

"Guys, kayaknya kita ga bakal selamat deh."

"HAH?!" serentak mereka bersepuluh.

"Tunggu, Zeus. Harusnya lu jangan ngemeng di speaker dong. Kan itu cecenguk-cecenguk bakalan panik!" Kata Shin samar-samar dari tempat yang sama dengan Zeus.

"Ya, bagus. Mereka emang kudu panik. Salah satu mesin gagal bekerja. Seingetku, aku ngga nyimpen parasut banyak di pesawatku yang ini."

"WANJER!"

Langsunglah panik itu anak-anak seluruh pesawat raya.

"Semuanya jangan panik!" Angela segera berdiri dan mengambil alih pimpinan, "pakai alat bantu pas napasnya udah kerasa sesak, terus yang ngga tau caranya, yang udah tau, tolonh diajarin!" Kemudian dia noleh ke Rakheem, "Beb, eh, maksudnya, Kheem, cari tempat parasutnya. Aku ke cockpit dulu, liat apa yang bisa kita lakukan buat antisipasi nabrak saat pendaratan darurat. Abraham, ikut aku!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang