38- "Mereka Menghadapi Hari yang Buruk?"

316 63 40
                                    

"Apa, Bu Mills diberhentikan?" Neil melotot pada Bu Wang yang ada di depan pintu.

"Lalu kelas kami juga dibubarkan?" Jasmine berdiri dan menggeleng, "kenapa?"

Bu Wang dengan tetap stay cool like a coolkas menjawab mereka, "Udah kubilang, Yayasan menilai Mills gagal merawat kalian dan kelas ini diberhentikan mengingat terlalu banyak risiko yang diambil. Kalian itu terlalu... Apa sebutannya? Liar? Tidak terkontrol."

"Ngga bisa sepihak gitu, dong!" Simca menggebrak meja, "dikumpulin seenaknya, dibubarin seenaknya. Emang kita ini apa? Nikah siri?!"

Kojiro di sebelah Simca yang tadi masang wajah serius langsung cengo dan jundul kepala cewek satu itu, "Ini cewek ngga bego se-chapter aja bisa gak, ya?"

"Gue, sebagai ketua kelas, mau ngomong sama kepala sekolah, sekalian jajaran yayasan kalo perlu." Zeus berdiri dan jalan bersungut-sungut ke arah pintu.

Bu Wang segera menahan Zeus, "Ze, coba pikirin, kalo lo dan anak Kelas Internasional -1 lainnya bikin ulah lebih dari ini, itu cuma bakal benerin semua tuduhan mereka ke Mills jadi bener."

"Terus kita kudu gimana, Bu?" Ailee menggeleng, menatap Wang putus asa.

"Bu Mills ngga salah." Abraham menimpali, "Kita aja yang... Mmmm... Apa ya, sebutannya, gaes?" Ia menoleh ke Rakheem dan Neil di sebelahnya.

"Unik?" Rakheem bersedekap sambil mengangkat sebelah alisnya, berpikir keras.

"Berimajinasi tinggi?" Neil mencoba menambahi.

"Sedikit hiperaktif?" Imbuh Mars.

Wang memutar bola mata, "Ngga ada sedikit kalo sebutannya udah hiper, Mars. Plis deh." Wanita itu menatap seluruh murid. "Ketetapan tetep aja ketetapan, meksi kalian mau lawan, kelas ini udah dibubarin."

Kelas itu sontak saja riuh. Anak-anak kelas Internasional 1 berdemo pada Wang. Dan untungnya seperti sudah menduga semua kejadian ini, Pak Samuel datang ke kelas.

"Hentikan, kalian semua!"

Kedua belas anak bangsul dan seorang guru coolkas itu pun mengalihkan pandangan pada pak Sam. Bapak itu menjelaskan dengan penuh kesabaran, ketelatenan, kerapian, keuletan, ketelitian, kemakmuran dan kesuburan pada anak-anak itu agar mereka tak menjadi semakin gila.

"Pak," Kojiro, siswa pertama yang menghentikan ceramah bapak itu, lalu berjalan tepat di hadapannya, "kenapa sangat serius? Padahal ada lelucon yang harus kita ketawain. Tau ga?"

Pak Samuel mengerutkan alis.

"Elu, botak. You're the fcking joke here. Get the fck off." Pemuda itu menabrakkan pundaknya dengan keras pada pundak Pak Samuel hingga pria itu harus limbung ke belakang, membuka jalan bagi anak-anak itu untuk keluar kelas.

Melihat anak-anak yang keluar saat jam belajar mengajar, membuat para guru dan murid di kelas lain ngga konsen. Mereka melihat anak-anak kelas Internasional 1 berjalan keluar sekolah dengan memasang wajah mengerikan mereka.

Ada yang ikutan membangkang dari kelas dan bergabung buat pulang bareng mereka, ada yang ngga memerhatikan pelajaran dan ngelihatin mereka doang. Hingga para guru memutuskan untuk keluar dan bermaksud menghentikan anak-anak itu.

Mars, yang ada di paling depan dari mereka semua, paling dekat dengan para guru yang berkumpul, langsung mengambil alih bagian.

"Sorry nih, bu, pak. Saya mau ngomongnya sopan aja nih." Pemuda tinggi itu tersenyum lembut selembut cintaku padamu, lalu segera mengubah ekpresinya saat ia melanjutkan ucapannya, "bisa tolong ngga bacot? Lo pada kalo idup di A Quiet Place pasti udah pada mati karena bacot semua, sekarang lu minggir klo ngga mau gue racun pake mulut berbisanya Angela ma Simca."

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang