29- Kartini-an... ?

500 76 130
                                    

Tanggal 21 April, di Indonesia diperingati sebagai Hari Kartini, yang kerap kali disebut Hari Emansipasi Wanita.

Biasanya sekolah-sekolah tertentu meminta murid-murid mereka untuk menggunakan pakaian adat pada hari itu. Dan sialnya juga terjadi pada kelas Internasional-1.

Mereka datang, dengan memakai kebaya, kemben, dan jarik. Rambut di sanggul dan berdandan. Bukan hanya para siswi. Tapi para siswanya juga. Mereka dihukum karena terus membolos padahal sudah sehat sejak chapter kemarin di publish.

Bu Mills yang mengajar tadi pagi, sekarang harus mules menahan tawa melihat para pemuda yang biasanya mengangkang di kursi mereka, sekarang harus duduk manis dengan kedua kaki rapat tertutup karena jarik mereka yang sesak. Para gadis pun terlihat tidak nyaman dengan kemben dan tatapan para murid lain yang tidak memakai baju adat. Ya, yang dihukum untuk memakai baju adat dan berparade tadi pagi hanyalah kelas internasional-1 yang mempelopori libur massa selama seminggu kemarin.

"Pagi, anak-anak. Parade tadi pagi sungguh... menarik." Ucap Bu Mills sambil menempel di dinding menahan tawa. "Bagaimana perasaan kalian dilihat dan diajak foto macem artis tadi?"

"... ." Mars yang biasanya meluap-luap sekarang menunduk diam. Itu hanya membuat Bu Mills semakin kesusahan menahan tawa.

"Tusuk kondemu miring, Jeng Mars."

"Sumpah gue bakal bunuh kalian semua yang rencanain semua ini."

"Dih, mulutnya!" Simca menampar Mars yang langsung melotot.

"Simca!"

Simca menggoyangkan pundaknya santai sambil tersenyum.

"Lu ga malu, apa? Kita dateng-dateng langsung ditahan di ruang seni, di dandani kayak gini, diancem di deportasi! Apa lagi disuruh parade pake ginian? Salah kembenku melorot pas di panggung tadi. Asem..." Mars menggaruk rambutnya saat seluruh kelas menertawakan aksi mesum kemben melorot di panggung tadi.

"Malu, sih. Tapi well. Bodo amat, ngga jelek-jelek amat kok, buat pengalaman aja. Ntar lu bisa cerita ke anak lu tentang kemben melorotmu tadi."

"Gue bantai lu kalo sampe cerita ke anak gue ntar."

Simca mengakak sampai kembennya mau melorot, Angela langsung dengan sigap membenarkan kemben sahabatnya itu, "Dih! Ketawanya biasa aja jangan kayak duo serigili lagi goyang gitu! Melorot, nih!"

"Lu sante banget, Ngel?" tanya Simca sambil melihat Angela yang udah duduk syantek setelah membenarkan kemben mereka.

"Santai apanya," Zeus di sebelah Angela angkat suara, "sepanjang jalan parade, gue pas di belakang Angela. Dia senyum sok cantik tapi mulutnya "fck you, fck all of you. Just die. Shit." Dkk."

Simca ketawa lihat Zeus yang wajahnya kaku karena pria itu takut fondation di wajahnya retak, "Ze, lu ketawa napa, ini lagi lucu, lho. Apa perlu gue tayangin ulang video kemben melorotnya Mars?"

"Bangcath." Komentar Mars.

"Diem lu, Sim." Zeus melirik jaad ke Simca. Sedangkan kedua tangan Simca udah menjulur mau meremas dada palsu di balik kemben Zeus, "Hell, Sim! Don't touch!"

Krak, dan fondation Zeus pecah juga. Pemuda itu segera menunduk dan mencakari wajahnya sendiri. Simca dan Angela tertawa keras.

"Zeus kalo malu gitu amat, njir." Komentar Shin di belakang Zeus.

Angela melihat Shin, "Lu kek udah biasa pake kemben aja, Shin?"

"Ha, aku sih, serah aja ya. Penting, nanti siang makannya terjamin karena Bu Mills janjiin beliin kita tumpeng kalo kita beneran jadi kartini dan kartono hari ini."

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang