24- Bikin drama?

479 69 96
                                    

Pak Andrea mengembuskan napas kesal sambil duduk cantik di atas meja. Iya, meja.

Dia melihat kedua belas murid kelas Internasional-1 yang duduk melingkar di lantai sedang berdebat panas, lebih panas timbang mie kuah soto campur telor yang barusan matang. Laper? Sama.

Pak Andrea beberapa menit lalu menyuruh mereka membuat drama untuk ditampilkan di acara tahunan drama seni sekolah mereka.

Awalnya, materi yang akan disuguhkan oleh pak Andrea adalah drama Macbeth yang terkenal itu. Tapi Vincent mengajukan drama yang lebih konvensional untuk dipertunjukkan ke acara macem drama seni sekolah, drama yang tidak asing untuk masyarakat umum. Beauty and The Beast, atau Cinderella, atau Snow White.

Dan sekarang di sanalah mereka berdebat.

"Ngga! Ngga! Kita itu butuh ratu! Ngapain pake acara si Abraham jadi pohon yang kena angin! Itu ngga penting banget!" Ailee menepuk-nepuk lantai di depannya macem mas-mas yang mau bunuh Pak Subur yang itutuh.

"Tapi tetep kudu ada pohon yang bergerak-gerak pas si Pangerannya melewati badai untuk sampai kastel." Zeus keras kepala mempertahankan hak-hak pohon sedunia. Sedangkan Shin di sebelahnya, manggut-manggut sambil nyemil Bislemah coklat.

"Tapi ya masa pake pohon? Gapapa deh, ntar efek CG aja, biar nanti aku yang bikinin! Abraham jadi ratunya aja timbang kita kurang orang?" Mars mengusulkan tanpa peduli perasaan Abraham yang merinding dangdut di suruh cosplay jadi tokoh cewek.

"Aku mau jadi ratunya juga kok!" Jasmine dengan semangat mengajukan diri.

"Lu udah jadi putrinya ya udah dong, masa putri ngerangkep ratu? Ntar pas adegan putri nyinyirin ratu, lu mau gonta ganti tempat kek orang bego di atas panggung?" Simca menyundul kepala Jasmine dengan telunjuknya. Jasmine manyun dan menggaruk-garuk kepala.

"Tapi lucu kali ya kalau misal Virgo yang jadi ratu." Vincent tertawa kecil sambil pukpuk kepala Jasmine dengan sayang bikin para jomblowati mempersiapkan racun dan senjatanya untuk menyingkirkan Jasmine dan berebut Vin bersama-sama.

"Huft..." Abraham menggeleng malas, "Kalo aku seorang ratu, aku pasti seorang ratu yang menghabiskan setiap jam dalam hidupnya di perpustakaan, atau di depan komputer kalau mereka punya komputer khusus untuk ratu. Pasti keren."

Gumaman itu pelan, tapi semua orang denger karena setiap Abraham membuka mulut, mereka pasti langsung mengheningkan cipta untuk mendengarkan suara pelan Abraham.

"Well, that's so you, Ab." Shin tertawa dan melempar sekeping biskuit ke kepala Abraham sampe pecah jadi 4 1/3.

Abraham cemberut dan mengambil 7/32 pecahan biskuit itu dan memakannya sambil melirik Shin penuh dendam, "Kalau Ratunya kerbau kek kamu, pasti ratu banyak tuntut minta ini itu tapi kerjaanmu cuma tidur doang."

"Exactly!" Shin mengangguk cepat sambil memasukkan dua kepin biskuit sekaligus ke dalam mulutnya, "lagian harus dong, kalo ada raja yang bisa memenuhi keinginanku, macem jinnya Aladin, kenapa ngga dimanfaatin? Aku akan menguasai dunia, haha!"

Lalu semua sontak melihat ke Rakheem yang dapet peran jadi kudanya Pangeran. Mukanya masih seram dan semuanya bergidik takut karena Rakheem lagi marah.

"Haha, aku jadi bayangin kamu jadi Ratu, Kheem! Janggutmu itu lho, ngga nahan. Ratu berjanggut, kedengaran so sexy!" Siapa lagi si gila yang berani ngajak ngomong Rakheem yang lagi ngambek kalau bukan Angela?

Rakheem memicingkan mata lalu menggeleng, memilih ngga ikut gila sama Angela.

"Kalo babang Rakheem yang jadi ratu, dia pasti jadi ratu yang sangat disegani para prajuritnya. Babangque ini pernah jadi jendral perang lho! Tapi dalam mimpi..." Si gila kedua yang ngga takut sama Rakheem dan masih berusaha mengambil hatinya biar diizinin pacaran sama dedeknya si babang, tak lain dan tak bukan adalah Kojiro.

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang