Hari yang indah, Hari Senin. Semakin indah karena gedung sekolah Mars dkk sudah selesai direnovasi.
Kelas kosong pada saat Mars datang ke kelas.
"Lah? Hari minggu kali ya sekarang?" Mars menatap jam tangan digitalnya, "hari Senin padahal... Terus anak-anak lain pada ke mana?"
"Lho, Mars? Kok kamu masuk?"
Mars menolehkan kepala ke arah pintu masuk, di sana ada Pak Austin.
"Oh, pagi, Bro. Maksudku... Pagi, Pak. Anu, kan ini lagi hari Senin? Emang libur ya?"
"Kelasmu dan kelas internasional dua diliburin karena kami masih rapat mengenai sarana pra-sarana untuk kalian di gedung baru ini."
"Oh... Yaudin, saya pula-"
"Oh, ada Bu Yuri!" Pak Austin menoleh ke lorong dan tersenyum lebar.
Mars langsung kaku di tempatnya berdiri. "Normal, Mars! Yang normal! Terakhir lu hampir nyari kresek buat bungkus tuh cewek dan dibawa pulang. Kali ini, mari bersikap normal!" Mars bergumam pada dirinya sendiri dan membenarkan posisi dasinya, padahal dia ngga pake dasi. Gagal normal part 1. Dia menunjukkan sebanyak mungkin giginya.
"Selamat pagi, Pak Austin." Suara lembut nan imut, melayangkan indra pendengaran Mars sampe ke surga. Bu Yuri menampakkan dirinya yang mungil dan memeluk buku-buku biologi tebal di depan dadanya. Andai reinkarnasi ada, Mars berharap jadi pohon yang batangnya diolah jadi buku yang berakhir di depan dada cewek loli kayak buku-buku biologi sialan itu. "Pagi, Mars."
"Muahahahahaaha! Pagi, Bu! Hari ini cerah ya! Secerah kulit Ibu!"
Jdaaaaarrr!!!
Tiba-tiba petir menyambar dan hujan turun lebat.
Gagal normal part 2 dan Mars membuktikan bahwa alam benar-benar senang mengerjainya.
Pak Austin cekikikan dan pergi bersama Bu Yuri meninggalkan Mars yang terjebak di kelas sendirian karena hujan.
"Oh, Mars?" Suara tidak asing itu mengagetkan Mars yang lagi meratapi nasib karena kegagalannya.
"Shin? Kok dateng? Kan libur?"
"Libur? Iya kah? Gue gabut sih di rumah, Manami lagi pulang sama ortunya. Terus gue tadi lihat lu berangkat sekolah tadi lewat depan rumah gue. Yaudah, gue ke sini aja, sekalian lihat gedung sekolah baru."
"Oh..."
"Lu kenapa?"
"Shin."
"Hm?"
"Gue normal ga sih?"
"Duh, dialogmu kayak dialog di novel-novel homo di mana cowok straight-nya baru nyadar kalo dia penyuka sesama."
"Males gue ngomong ma lu. Sumpah."
Shin tertawa dan menidurkan kepalanya di atas meja, rambutnya yang lepek karena sedikit basah, kehujanan, menjuntai-juntai di atas meja.
"Oh, Shin datang?"
Mars dan Shin menoleh dan mendapati pak Austin datang ke sana lagi. Mars kesel karena kedatangan orang itu bikin dia ingat kegagalan terpayah dalam hidupnya, "Ngapain ke sini lagi?"
"No offense, bro. Maksudku, Mars." Austin berdeham dan tersenyum, "kok kamu dateng?" Dia menunjuk Shin dengan ballpoint pintarnya.
"Karena di rumah aja itu hanya untuk pengangguran."
"Jadi?"
"Jadi mungkin saya lagi ngga pengangguran."
Mars cemberut ngelihat Austin dan Shin. Nih orang berdua, yakin ngga nonton film fenomenal itu, tapi kok hapal banget dialognya, idih...
KAMU SEDANG MEMBACA
What If...
HumorBagaimana jika... tokoh-tokoh buatan Milly adalah murid dan guru di sebuah sekolah di Indonesia? Zeus akan membully siapapun yang berniat PDKT ke Simca. Abraham akan menjadi nerd paling freak sesekolah raya. Ailee akan berebut posisi Queen of This...