Rasa tergambar jelas di relung hati. Tapi mulut bungkam menyembunyikan segala arti.
Suara adzan berkumandang. Sinar matahari semakin terik menerobos celah - celah dedaunan. Seorang lelaki remaja menyudahi kegiatannya. Dia masuk dan tak kelihatan lagi.
Humaira yang sedari tadi mengawasipun kembali masuk ke kamar Riri dan menemukan sahabatnya itu sedang asyik dengan handponenya.
"Lagi apa Ri?"
"Lagi stalking."
"Nathan pasti." Tebak Humaira dan emang pasti lelaki itu, siapa lagi.
Riri hanya cekikikan. Humaira penasaran. Riri itu lucu, Apa kakak sepupunya itu tidak pernah tertawa gitu melihat tingkahnya. Berhubung Arkan itu tidak pernah menampilkan ekspresi lain selain diamnya.
"Emm Ri, Kata teman - teman sekolah, Kak Arkan itu jarang senyum ya?" Tanya Ira memberanikan diri.
Riri langsung tercuri perhatiannya dan menyimpan handponenya. "Iya, Kak Arkan waktu pembagian senyum dia gak hadir. Jadi gitu, Datar aja wajahnya. Untung ganteng." Ujar Riri cekikikan.
Humaira ikut tersenyum juga agar dia terlihat biasa - biasa saja.
"Tapii, Ada photonya waktu dia lagi senyum. Gantengg. Maniss, Sebentar."
Riri langsung berdiri dari ranjangnya mencari - cari barang dan ternyata dia mengambil sebuah kamera. Dia langsung duduk di samping Ira.
"Aku berhasi mengabadikan saat kak Arkan tersenyum, Saat kami liburan. Kak Rey terjedot tiang listrik pinggir jalan karena terus marahin aku karena jalannya lama karena jepret sana sini. Aku yang melihatnya ngakak tapi kak Arkan cuma senyum begini."
Riri memperlihatkan photo Arkan sedang tersenyum dari wajah samping. Humaira menelan ludahnya susah payah. Masya Allah ciptaanmu ini. Ujar Ira dalam hati tanpa sadar.
"Setelah itu jarang lagi senyum, Tapi aku selalu yakin. Senyuman ini akan selalu terbit untuk wanita yang dia kasihi nanti."
Humaira berdebar hanya mendengar kata untuk wanita yang dia kasihi nanti. "Ri." Panggil suara itu.
DEG. Jantung ira langsung tidak diam. Riri langsung menyimpan kameranya.
"Apa kak?"
Arkan hanya bersandar di pintu kamar Riri. "Makan siang sudah siap." Ujarnya dan langsung berlalu.
"Okkk. Ayoo Ri."
"Sebentar Ri, Aku mau ikut shalat dulu."
"Ouh, ok."
Riri langsung menunjukan tempatnya. Setelah itu dia meninggalkan Humaira sendirian. Tempat ini sangat nyaman dengan peralatan shalat yang lengkap dari mukena juga Al - Qur'an yang memenuhi rak kecil.
"Apa ini cuma desain interior. Untuk mempercantik ruangan tanpa pernah digunakan sama sekali?" Tanya Ira lirih. Tempat ini luas dengan karpet empuk yang tergelar.
"Kamu mau shalat? Tempat wudhunya dibalik lorong sana." Ujar seorang perempuan cantik yang masih menggunakan mukena.
Ira mengangguk. Disaat dia akan melangkahkan kakinya suara itu kembali terdengar "Ma, Makan siang sudah siap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam Yang Terpilih
Spiritual[COMPLETED] Keterkaitan cerita #6 Humaira gadis lugu yang terperangkap cinta dalam diam yang tak terelakan. Arkan sosok lelaki yang memiliki segudang pesona telah mengurung Humaira dalam keterdiaman yang dia pilih. Bisakah Humaira menjaga hatinya? t...