04

22.1K 1.8K 121
                                    

Waktu bergulir cepat. Roda kehidupan melaju secepat kilat. Tidak tanggap kita dalam menapaki kehidupan. Terseret - seret diri kita dalam kesakitan. Kebanyakan manusia sibuk berlari menerjang semak belukar kehidupan. Melupakan hakikat hidupnya sendiri untuk apa.

1. Demi massa 

2. Sesungguhnya manusia itu benar – banar berada dalam kerugian 

3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Surah Al Asr : 1 - 3).

Pagi ini disaat mentari membiaskan warna kemuningnya. Keluarga Sidiq melepaskan anak perempuannya yang akan kuliah di Mesir. Waktu bergulir begitu cepat, Setiap tahapan itu mereka jalankan tanpa meninggalkan syariat. Karena mereka tahu manusia itu sungguhlah teramat rugi jika tidak beriman dan beramal shaleh.

Anak bungsu mereka, Mereka lepaskan untuk mempertebal iman dan pemahaman perihal kehidupan dan akhirat. Humaira menangis sedari tadi. Keluarga dia mengantarkannya sampai bandara.

Annisa si penengah, Tidak mampu berbuat banyak saat adiknya sedari tadi memeluknya erat.

"Dek, Jilbab kakak penuh dengan ingus kamu nih..Iwww." Jerit Nisa.

Humaira langsung menjauh dari bahu kakaknya. Tapi tidak mendapati apa yang kakaknya bilang.

"Kakak." Rengek Ira.

"Ira, Ihh udah dehh jangan nangis mulu. Capee, Bahu kakak juga pegel dari tadi nopang kepala kamu."

"Ini kesempatan bagus kamu kuliah disana dapat restu dari umi sama Abi, Kak Ihsan dulu mau kuliah disana memilih enggak mengambilnya. Nah tanggung jawab kamu untuk meraup ilmu sebanyak - banyaknya disana." Ujar Nisa lagi.

Ihsan yang menyetir nyengir mendengar perkataan Nisa. Abi yang di samping Ihsanpun terlihat tersenyum. Umi mengusap - ngusap kepala Humaira yang duduk di tengah - tengah mereka.

"Jadi nih, Hidup ini adalah perjalanan. Takdir ini haruslah kita jalankan dengan ikhlas dan yakin terhadap Allah swt. Karena DIA tidak akan mengecewakan hambanya yang bertaqwa." Ujar Nisa lagi dengan suara menggebu - gebu.

Abi langsung bertepuk tangan. Ihsan tertawa. Nisa mendelik, kedua lelaki itu selalu menyudutkannya.

"Dan Nisaa akan jadi perempuan yang menjadi ancaman untuk orang - orang jahat, Lihat saja, Disaat nanti aku masuk ke ruang sidang orang yang bersalah akan tahu dia tidak akan pernah lolos dari nilai kebenaran yang aku lontarkan dengan lantang. ALLOHU AKBAR." Pekik Nisa gegap gempita.

Abi dan Ihsan berujar lantang mengucapkan Allohu Akbar. Kini, Humaira tersenyum. Kakaknya ini begitu penuh semangat. Padahal dia sudah jauh dari Umi sama Abi, memilih tinggal dengan nenek dan kakek mereka. Katanya untuk membentuk karakter pembela kebenaran.

Tangis Ira berhenti, Dia kini berkata dengan lantang Allohu Akbar. Nisa senang, Dia kini memeluk adiknya dan menciuminya.

Mobil yang mereka tumpangi sudah sampai bandara. Ihsan sigap membawa tas - tas adiknya. Nisapun ikut membantu, melarang Abi untuk membawa tas - tas itu.

Kini, Perpisahan terakhir. Abi memberi amanah kepada putrinya itu begitupun dengan Umi. Mendo'akan keselamatan perjalanan anaknya.

Ihsan mendo'akan adiknya agar mendapatkan ilmu yang berkah disana. Mampu menjaga diri dengan baik dan pulang menjadi seseorang yang berguna untuk dunia dakwah di negri ini.

Nisa, Hanya memberikan jempolnya. Adiknya mampu, Adiknya bisa. Humaira memeluk kakak perempuannya erat. Nisa menguasap kepala adiknya. Humaira pamit. Keluarganya memberi restu dengan senyuman.

Diam Yang TerpilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang