20

20.3K 1.5K 104
                                    

Malam yang hangat di kediaman Hardinata setelah masalah yang menimpa mereka menemukan titik penyelesaian. Sebetulnya penyelesaiannya itu sudah digenggam Adarma sedari dulu tapi tetap dia genggam erat  untuk memberikan kesempatan kedua kepada sahabatnya yang malah mendapatkan pengabaian.

Darma baru kembali disaat tengah malam dimana semua keluarganya sudah terlelap. Langkahnya terasa lega sekaligus lunglai.

Bima sahabatnya sedari dia masih mentah menghadapi hidup, dirinya sempat kalah saat  orang tuanya terlibat masalah keluarga yang begitu serius, mengguncang jiwanya sebagai anak. Sampai lahirlah Adeeva ditengah-tengah mereka dari pernikahan kedua ayahnya.

Darisana Darma kecil sedih melihat Mamanya selalu dirundung pilu dan mengabaikan dirinya yang masih membutuhkan perhatian.

Darma kecil merasa dunianya selesai, dia tahu cara bagaimana harusnya dia tak berpijak kembali diatas tanah, tapi Bima mengingatkannya, merangkulnya walaupun dengan cara yang salah tapi darisana awal mulanya dia mampu bertahan sampai sekarang.

Istrinya Anindya menyambutnya tanpa banyak kata, memeluk suaminya yang termangu menatap sekeliling kediamannya. Seharusnya memang seperti ini pikir Darma. Darma memeluk istrinya tidak kalah erat.

“Arkan masih marah kepadaku?” tanyanya.

“Dia itu sepertimu, beri dia waktu untuk berpikir.”

Darma hanya mengangguk dan sosok adiknya muncul dengan wajah kusut masai. Sosok perempuan yang mengantarkannya pada kesadaran.

“Syukurlah kakak  baik-baik saja, tadinya aku khawatir kau kembali bermuram durja.”

Darma terkekeh. “Peluklah kakakmu ini, Maaf tidak mengindahkan ancamanmu.”

Deeva memeluk kakaknya dengan Anindyapun sama memeluknya. “Fakta yang aku dapat tidak sekuat dengan apa yang kau punya kak, huft ternyata cape jadi detektif tuh.” Adunya.

“Siapa yang nyuruh kamu untuk melakukan itu?”

“Siapa lagi kalau bukan istrinya pangeran Dubai.”

Dan Darma hanya tercengang mendengar jawaban adiknya, untuk ukuran orang luar Annisa bisa mendapatkan Fakta hampir lengkap lewat perantara adiknya,itu luar biasa. sempat Deeva mengancam itu agar dirinya jangan bungkam dengan memberi kesempatan bodoh kepada Bima.

Pagi ini kediaman Hardinata begitu ramai karena semua keluarga berada disini. Dengan diawali shalat shubuh berjama’ah, Fazza yang menjadi imam untuk semua keluarga itu.
Arkan masih dingin saat berinteraksi dengan papanya, Humaira melihat itu semua.

Nisa langsung menggandeng tangan kakaknya karena suaminya diajak berbincang oleh Harry dan Reynand. Apalagi kalau bukan masalah kerja sama dan apapun yang enak diobrolkan sebelum sarapan tersaji.

“Kasian banget, kakak paling gak penting disini.” Ujarnya yang langsung mendapat jitakan dari Ihsan.

“Kalau tau gini kakak pulang duluan ke pesantren bareng Abi dan Umi tadi setelah shalat shubuh.” Rajuknya sebal.

“kakak ikhh, ganteng kalau gini.”

“Ganteng?” Tanya Fazza yang datang-datang langsung duduk disamping istrinya.

“Jangan mulai deh yang mulia, dia memang kakak tertampanku.”

Fazza hanya mengiyakan sambil mengusap kepala istrinya penuh kasih sayang. Ihsan langsung mengajak adik iparnya itu mengobrol perihal bagaimana adiknya ini bisa selalu ikut campur dalam setiap masalah apapun.

“Dia super hero tadinya aku mau membuatkan bajunya juga.” Ujar Fazza dengan ledekan menggoda dalam ucapannya.

“Ikhh ini bagus, Aku bergerak. Coba kak Ihsan ngapain? Istigfar. Kakak musuh tidak akan kalah hanya dengan istigfar.” Kekehnya.

Diam Yang TerpilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang