10

17.9K 1.4K 40
                                    

Tak selalu yang tampak serupa itu tak bisa bersama. Ketentuan jalinan ikatan sepenuhnya kehendak sang pemilik semesta.

Langit kelam, Awan bergerombol kelabu. Hujan membasahi tanah dengan deras. Angin kencang menumbangkan pepohonan yang akarnya sudah tak kuat mencengkram tanah.

Hujan ini begitu deras. Guntur semakin mencekamkan suasana. Seorang suami di kantornya tampak resah. Setelah makan siang bersama dengan istrinya mereka terpisah. Istrinya kembali ke rumah dan dia ke kantor.

Sesampainya di kantor hujan langsung turun begitu deras. Arkan mencoba menelpon istrinya tapi tidak ada jawaban. Menelpon kediamannya katanya istrinya itu belum pulang.

Arkan bergegas turun dari kantornya menembus hujan dan melajukan mobilnya. Di perjalanan menuju rumahnya ada sebuah kecelakaan. Satu pohon besar pinggir jalan tumbang. Satu taxi terlihat tertimpa begitu mengenaskan.

Arkan semakin khawatir. Dia menerjang hujan menanyakan siapa yang korban kecelakaan itu.

"Seorang perempuan. Supir taxinya sudah meninggal di tempat." Ujarnya.

"Di bawa ke rumah sakit mana?"

Para saksi itu memberitahu. Arkan langsung melajukan mobilnya kesana. Sesampainya di rumah sakit kakinya linglung mencari. Dari kejauhan dia melihat istrinya sedang berbincang dengan dokter.

Semakin cepat langkahnya tanpa memperhatikan sekitar dia langsung memeluk Humaira. Bibirnya tak henti - hentinya mengucap syukur.

Dokter yang ada di samping mereka tersenyum. Dokter Agas mertuanya Riri. "Istrimu tidak kenapa - kenapa. Tadi dia mengantar korban kecelakaan kesini. Dia yang memberikan pertolongan pertama. Nial selalu memberitahu om bahwa Ira ini selalu cekatan dalam membantu Nial."

Arkan melepaskan pelukannya. Ira tertunduk malu.

"Maaf om. Arkan khawatir tadi."

"Tidak apa - apa. Om tinggal ya."

Sepasang suami istri itu mengangguk.

"Kakak mencari Ira?"

"Ya. Kamu ikut ke kantor nanti pulang bersama."

Arkan langsung menggandeng tangan istrinya. Di perjalanan suaminya itu terlihat masih cemas. Sesampainya di kantorpun raut cemas itu masih menggelayuti wajah datar itu.

Ira yang mengerti menggenggam tangan suaminya. Menatapnya lembut dan memeluknya. Arkan menyandarkan hatinya yang begitu cemas barusan.

Tidak ada yang berbicara. Sepasang suami istri hanya saling memeluk dalam diam.

"Kakak tahu, Selain komunikasi dan saling percaya kita harus saling mengerti. Menjadi peka untuk pasangan hidupmu tidak ada salahnya." Ujar Ira masih sambil memeluk suaminya.

"Jika kakak masih kesusahan mengungkapkan isi hati kakak, tak apa. Ira akan berusaha memahaminya."

"Kakak takut kehilanganmu."

Ira tersenyum.

"Kakak lupa bahwa aku ini bahkan bukan milikku sendiri."

Diam Yang TerpilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang