My High School Story 23

117 12 6
                                    


~~~Happy Reading~~~

.

.

.

Hakyeon hanya dapat menatap kekasihnya haru, ia tidak menyangka jika ini yang ingin Taekwoon tunjukan. Taekwoon baru saja memainkan pianonya melantunkan sebuah lagu ciptaannya, ia menciptakannya untuk Hakyeon. Gadis itu benar-benar terhanyut dalam lagu tersebut, walaupun lagu tersebut belum memiliki lirik, namun ia dapat merasakan jika lagu tersebut memiliki arti yang dalam.

"Bagaimana? Kau suka?" tanya Taekwoon. Ia bersimpuh di hadapan kekasihnya yang sedang duduk di sofa. Hakyeon mengangguk, lalu air matanya menetes.

"Hei, kenapa kau menangis? Kau bilang kau menyukainya," Taekwoon cepat-cepat menghapus bekas air mata di pipi kekasihnya itu. Namun, air mata gadis itu terus saja mengalir tanpa berniat berhenti.

'Kau pasti dapat membawakan lagu itu jika keadaanku tidak seperti ini, maafkan aku,' batin Hakyeon pilu. Ia sangat menyesali keadaannya sekarang, ia tahu jika kekasihnya memiliki bakat yang sangat indah. Jika saja kakinya tidak bermasalah, mungkin mereka akan memenangkan perlombaan itu.

"Berhentilah menangis, sayang," ujar Taekwoon. Ia memeluk erat kekasihnya guna menenangkan.

'Aku tidak boleh kalah, aku ingin selalu bersamanya.'

"Ayo kita latihan, Woonie. Kita harus memenangkan perlombaan ini," lirih Hakyeon. Taekwoon sontak terkejut, ia menjauhkan tubuhnya lalu menatap Hakyeon dalam.

"Katakan, apa yang membuatmu sangat ingin menang?" tanyanya. Hakyeon menautkan alisnya, kenapa ia merasa jika kekasihnya itu sangat serius bertanya ya?

"A-anu.. Aku sedih melihatmu sudah berlatih dengan keras, lagipula kita sudah sejauh ini," ucapnya pelan. Sebenarnya ia ingin mengatakan semuanya dengan jujur, namun ia rasa ini belum waktunya. Setidaknya ia tidak mengatakan kebohongan.

"Aku mengerti dengan itu. Namun, apa ada alasan lain?" Hakyeon tersentak, apa yang dimaksud kekasihnya? Alasan lain?

Hakyeon mulai gusar, ia bingung apa yang harus ia katakan sekarang? Ia memutuskan untuk menundukkan kepala dan menggeleng pelan. Ia tidak sanggup menjelaskan maksud keinginannya untuk menang kepada kekasihnya. Ia hanya harus memenangkan perlombaan itu, lalu ia akan hidup bahagia dengan kekasihnya.

Taekwoon menghela napas. Ia tahu jika gadis di hapadannya ini pasti sulit mengatakannya, ia memutuskan untuk memperlembut tatapannya. Lalu, ia menangkup wajah kekasihnya dan mengangkatnya guna menatap mata indah itu.

"Secara umum aku sudah tau, sayang. Namun, secara spesifik aku belum mengetahuinya. Jadi, beritahu aku sekarang. Aku juga tidak ingin melepaskanmu, Yeonie," jelas Taekwoon lembut. Perkataan Taekwoon sungguh membuat Hakyeon membisu, jadi kekasihnya sudah mengetahuinya.

"Hei, jawab pertanyaanku, sayang," Taekwoon mengecup pelan bibir Hakyeon, lalu tersenyum. Hakyeon yang tersadar, mulai menatap hal lain selain mata kekasihnya guna mengatur kegugupan.

"A-anu."

"Katakan, sayang. Aku hanya ingin mendengar penjelasanmu," Hakyeon akhirnya mengangguk mengerti, lalu Taekwoon beralih duduk di samping kekasihnya. Kemudian, ia merebahkan tubuh Hakyeon dan memangku kepala Hakyeon.

"Baiklah..Kau bilang kau sudah tahu secara umumnya kan?" Taekwoon mengangguk.

"Jadi, sebenarnya kepindahanku ke Busan sudah direncanakan oleh kedua orangtuaku. Mereka ingin mendekatkanku dengan calon suamiku, calon suami yang mereka pilih. Aku sungguh-sungguh tidak mengiinkannya, jinjja," tutur Hakyeon, Taekwoon tertawa kecil lalu mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

My High School StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang