Atlan memarkir motornya digarasi rumah. Lalu dia masuk kedalam rumah lewat pintu utama sambil bersenandung kecil dan memutar kunci motornya pada jari telunjuknya.
"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumsalam, eh anak mama yang satu lagi udah pulang" sahut Rita- mama Atlan dan Alina dari arah ruang makan. Atlan berjalan kearah ruang makan, diciumnya pipi kiri mamanya saat melihat mamanya itu tengah menyiapkan makanan untuk makan malam.
"Emang anak mama ada berapa?" Tanya Atlan sambil mencomot tempe goreng yang baru saja Rita sajikan diatas piring.
"Heh! Ganti baju, cuci tangan cuci kaki nanti baru makan" tutur Rita yang hanya dibalas cengiran oleh Atlan.
"Udah pulang lo?" Alina berjalan menuruni anak tangga namun pandangannya tak lepas dari novel yang tengah dia baca.
"Kembaran akuhh tercintahhh, gue kangen!!" Atlan segera berlari kearah Alina. Tepat saat anak tangga terakhir, tubuh Alina ditabrak oleh Altan. Alias dipeluk, "Apaan sih!" Sentak Alina.
"Hehe, cuman kangen aja tadikan lo pulangnya duluan," Atlan mengurai pelukannya.
"Udah sana mandi! Bau ketek lu!" Omel Alina yang baru saja mencium bau tak sedap dari badan Atlan.
"Dih makin manis aja kalau ngomel," Atlan menjawil dagu Alina dan langsung ngacir naik keatas sebelum kena omelan Alina.
"ATLANNN!"
***
Selesai makan malam, Alina dan Atlan belajar bersama diruang belajar khusus yang disediakan oleh Tito, ayah Atlan dan Alina. Agar mereka dapat belajar bersama dengan tenang.
Alina tengah mengerjakan soal-soal kimia dan matematika. Otaknya sebenarnya sudah mumet, tapi mau bagaimana lagi, besok dia ada ulangan harian kimia dan matematika. Sedangkan Atlan baru saja mengerjakan beberapa soal ekonomi dan sekarang dirinya tengah menatap adik semata wayangnya yang serius belajar.
"Udah selesai?" Tanya Alina saat menyadari Atlan sedari tadi memerhatikannya.
Atlan menganggukkan kepalanya, "Udah, gue seneng bisa bareng lo kayak gini, apalagi sambil liatin lo belajar" ujar Atlan.
Alina mengalihkan pandangnnya dari buku paket kimianya ke arah Atlan yang sekarang sedang memperhatikannya. "Lo sehatkan?"
"Sehat! Kenapa?"
"Omongan lo kenapa jadi aneh gitu?"
"Gue sebenernya capek harus kayak gini ke lo kalau waktu disekolah, padahal gue juga pengen bisa kekantin bareng lo, makan bareng lo, pulang bareng lo, berangkat bareng lo, banyak deh yang bisa gue kerjain disekolah asal bisa bareng lo," Alina melongo mendengar kembarannya itu mengoceh seperti itu.
"Sekalinya gue mau ke kelas lo aja, tatapan anak jurusan IPA mau ngebunuh gue, walaupun gue bisa bunuh balik. Tapi gue gak maulah! Lagian buang-buang waktu juga," Alina masih diam.
"Kok diem aja lo? Lo pahamkan yang gue omongin tadi?" Tanya Atlan memastikan.
"Enggak," Alina menggelengkan kepalanya. Tuhkan firasat Atlan benar, Alina bakalan lemot kalau diajak ngobrol saat belajar.
"Udah-udah! Kepala gue udah mumet mikirin rumus dan sekarang lo tambahin kemumetan itu pakek ucapan lo yang susah di cerna otak gue saat ini," Alina kembali memfokuskan diri ke buku pelajarannya.
Tak mau mengganggu Alina, Atlan juga kembali mengerjakan beberapa soal lagi. Sebenarnya Alina dan Atlan saat dirumah tidak pernah bertengkar, hanya disekolah saja seolah-olah mereka selalu ribut dirumah. Aslinya juga tidak, mereka malah saling membuat nyaman satu sama lain.
***
🔜
*bonusan*Alina Pramudya
Atlan Pramudya
KAMU SEDANG MEMBACA
Science and Social
Teen FictionMenjadi orang yang disegani di salah satu jurusan membuat sosok Atlan menjadi orang pertama saat anak IPS membuat masalah atau terpancing masalah dengan anak jurusan IPA. Atlan Pramudya, anak IPS kelas XII-SC, selain punya tampang yang mempesona dia...