Atlan dan Alina sengaja berangkat agak siang dan mereka berangkat bersama. Atlan memboncengkan Alina. Saat masuk area sekolah, semua anak yang diarea depan sekolah dan diparkiran melongo tak percaya dengan apa yang mereka liat pagi ini. Alina dan Atlan yang dikenal disekolah tak pernah akur sekarang malah terlihat akur.
Alina turun dari atas motor Atlan, dan mereka berjalan masuk kedalam bersamaan. Sesampainya dikelas masing-masing, Alina mendapat tatapan sinis dari semua teman-temannya terkecuali Vira. Namun Alina cuek dengan tatapan itu, sampai Wima bertanya.
"Maksdu lo apaan!?" Suara Wima naik satu oktaf.
"Apaan sih lo? Gak jelas!"
"Lo yang gak jelas! Kenapa lo bisa bareng sama Atlan?! Kenapa lo bisa bareng orang terpercaya musuh anak IPA?!"
BRAKK
Alina sudah muak, "Terserah gue! Itu hak gue! Lagian lo semua taukan kalau Atlan saudara kembar gue? Jadi wajar aja kalau gue sama dia akur! Lo pikir musuhan sama saudara lo sendiri enak? Pasti gak kan?! Sakitkan rasanya?! Atau lo semua belum pernah ngerasain? Mau ngerasain? Ha?!" Ucapan Alina membuat Wima diam.
Vira yang tau Alina sudah menahan emosinya mulai ikut menenangkan dengan mengusap-usap bahu cewek manis itu, "Udah, sabar Lin," ucap Vira.
"Kalau lo pengen tau apa yang sebenernya terjadi, ikut gue! Semuanya! Anak jurusan IPA ikut gue kelapangan belakang!" Alina berjalan mendahului.
***
Dikelas Atlan, Atlan juga mendapat perlakuan yang sama. Armada dan Mandala terus bertanya dan seakan pertanyaan mereka memojokkan atau menyalahkan Atlan. Geram sudah Atlan dengan sikap Armada dan Mandala.
"Lo berdua tau apa tentang gue!? Tentang keluarga gue?! Gak tau apa-apakan? Jadi jangan asal narik kesimpulan!" Atlan menarik kedua kerah seragan Armada dan Mandala secara bersamaa. Semua anak yang melihat tak berani membantah, bahkan Armada dan Mandala telah diskak Atlan.
Atlan melepas cengkramannya, "Kalau lo semua pengen tau semuanya, ikut gue kelapanga belakang sekarang! Semua anak jurusan IPS!" Atlan berjalan keluar kelas dengan penuh emosi. Sudah cukup dirinya menahan emosi didalam sana.
***
Keadaan dilapangan belakang sudah ramai dengan anak jurusan IPA dan beberapa guru, ternyata Pak Handoko dan Bu Rima menjadi pengawas agar tak ada yang bertengkar. Tak lama kemudian datanglah anak jurusan IPS bersama Atlan yang berjalan memimpin didepan. Atlan berhenti tepat 5 meter dari tempat Alina berdiri.
Yang semula ramai karena oceh-oceh, kini lapangan menjadi tenang. Atlan dan Alina saling bertatapan cukup lama, sampai mereka berdua berjalan kearah panggung kecil yang biasa dibuat tongkrongan saat dikantin. Atlan dan Alina naik keatas panggung kecil itu, mereka tampak lebih tinggi dan semuanya.
"Assalamu'alikum wr wb dan selamat pagi, baik pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Handoko dan Ibu Rima yang menyediakan waktu untuk mendampingi acara kami," Bu Rima dan Pak Handoko tersenyum dari kejauhan.
"Ok, gak usah basa-basi disini kita pakek bahasa kayak biasanya, mohon maaf atas ketidak sopanan kami bu, pak," Alina berucap dan Bu Rima dan Pak Handoko tersenyum lagi.
"Kalian tau? Kenapa kita ngumpulin kalian disini? Disatu lapangan? Saling berdampingan?" Tanya Atlan dan semuanya menggelengkan kepalanya.
"Kita pengen kalian semua tau apa yang sebenernya terjadi. Gue dan Alina sebenernya selalu baik-baik aja, gak pernah berantem ataupun sampek mencaci maki, gue sama Alina sebenernya juga gak tau harus mulai darimana njelasinnya. Cuman mungkin dari sini," ucap Atlan.
"Mulai kapan kalian menjadi seperti musuh antar kubu?" Tanya Alina.
"Sejak dulu, kejadian dimana kakak kelas anak IPA gak sengaja numpahin kuah bakso ke kakak kelas anak IPS," Wima bersuara.
"Jadi?"
"Ya itu kesalahan yang gak disengaja, bahkan Kak Riko juga udah minta maaf ke Kak Mario soal kejadian itu. Tapi Kak Mario gak terima, dia langsung nonjokin Kak Riko sampek pingsan, terus lo berdua dateng buat melerai karena dari kita semua yang liat kejadian itu, gak berani berbuat apa-apa. Sampek lo berdua nyadari Kak Mario dan dari situ kalian berdua jadi orang pertama dimasing-masing jurusan saat tau kalian masuk jurusan apa. Dan dari situ juga anak IPA dan IPS ngibarin bendera perang itu sendiri, padahal kalau masalah Kak Riko dan Kak Mario sebenernya udah clear," jelas Vira yang masih mengingat betul kejadiannya.
Atlan dan Alina tersenyum, "Jadi dapat disimpulkan kalau sebenernya kalian cuman nurutin ego kalian masing-masing. Pengen musuhan sama anak jurusan lain, tapi biar apa? Biar keren? Iya? Makan tuh keren! Yang ada tali persaudaraan kita dalam satu sekolah itu jadi renggang!" tegas Alina.
"Dan lo semua tau? Sebenernya gue dan Alina capek terus pura-pura kalau kita gak pernah akur! Bisa gila kalau gue nerusin ini! Gue udah muak selama ini tapi gue masih bisa tahan karena cuman demi Alina,"
"Disini gue pengen kalian semua sadar, kalau gak ada manfaatnya kalian ngelanjutin acara musuh-musuhan ini! Sebenernya kalian itu saling membutuhkan, tapi kalian gengsi, ya kan? Jadi gue mohon, cukup sampek hari ini aja dan permusuhan kalian tamat. Gak guna tau kayak gini terus!" Alina mulai kesal. Semua anak mencerna ucapan Alina dan Atlan. Hati kecil mereka merasa tertampar, dan hati mereka semua diliputi rasa bersalah.
"Gimana? Sebenernya gue udah gak tahan lagi sama semua ini!" Tegas Atlan.
"Kalian bener, kita semua disini salah, gue mau kita udahin aja acara permusuhan gak guna ini! Gimana? Setuju?" Mandala bersuara.
"SETUJU!" Seru mereka semua.
"Karena kita bisa saling membantu, ok?"
"OKE!!"
Atlan dan Alina bernafas lega, akhirnya rencana mereka berdua berhasil. Alina menangis bahagia dipelukan Atlan, dan semua saling bermaafan dan berpelukan. Bu Rima dan Pak Handoko yang mengawasi dari belakang hatinya juga tersentuh. Baru kali ini ada murid seperti Atlan dan Alina.
***
🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
Science and Social
Teen FictionMenjadi orang yang disegani di salah satu jurusan membuat sosok Atlan menjadi orang pertama saat anak IPS membuat masalah atau terpancing masalah dengan anak jurusan IPA. Atlan Pramudya, anak IPS kelas XII-SC, selain punya tampang yang mempesona dia...