22:: 🔥Pengakuan🔥

577 59 0
                                    

Armada dan Vira masih sama-sama terdiam setelah mendapat siraman rohani gratis dari Alina. Sengaja Alina membuat mereka duduk berdampingan, biar waktu balik cekcok sekalian cakar-cakaran.

"Sumpek gue, mau nyari minum," Armada bangkit dari duduknya sambil mengenakan jaketnya kembali.

"Mau kemana?" Tanya Alina.

"Nyari es krim, mau juga?" Tawar Armada.

"Mau! Yang banyak ya!" Seru Alina dengan semangat. Armada membalas dengan senyuman, setelah dilihat-lihat ternyata perubahan mood Alina begitu cepat dari yang tadi sangat menakutkan menjadi sekarang yang sangat menggemaskan.

"Iya-iya, lo mau juga gak?" Begini-begini Armada masih peduli dengan Vira.

"Iya," cetus Vira.

"Galak amat, yaudah tunggu bentar gue beli di toko depan komplek," Armada keluar dari dalam rumah Vira. Menyisahkan Alina dan Vira diruang tamu. Arita-mama Vira tengah bekerja.

Suasana kembali hening seteleha deru motor Armada sudah menghilang. Alina menghela nafas, "Lo sakit apaan sih?" Tanya Alina.

"Sakit hati," cetus Vira.

Alina menahan tawanya, "Gue serius Vir, lo sakit apa?"

"Dibilang gue sakit hati! Masa gak percaya?"

"Nah lo ngomongnya kayak gitu, mana gue percaya coba,"

Keadaan kembali hening setalah Alina  berucap seperti itu. Sebenarnya Vira sudah tidak tahan dengan perasaannya yang satu ini, tapi yasudahlah.

"Lo suka sama Mandala?" Tembak Vira.

Tawa Alina seketika meledak, "Hahaha, gaklah. Ngaco lo," Alina masih terbahak. Padahal tidak ada yang lucu.

"Gue serius, lo suka sama Mandala?" Nada bertanya Vira terdengar serius.

Tawa Alina sudah mereda, dihapusnya jejak air mata yang keluar dari sudut matanya karena terlalu berlebihan tertawa.

"Serius, gue gak suka sama Mandala," Alina menjawab dengan serius juga.

Vira menghela nafas, "Kalau dipihak lo bilang lo gak suka dia, apa kabar sama dia? Bisa aja dipihak dia yang suka sama lo," jelas Vira.

"Jadi? Maksud lo Mandala suka gue? Mana mungkin, gak usah ngelawak deh" Alina berusaha mencairkan suasana.

"Gue gak ngelawak. Lo gak liat sikap Mandala akhir-akhir ini ke lo? Dia perhatian banget sama lo. Gue liat lo lagi nonton berduaan sama Mandala dirumah dia dua hari yang lalu. Sebenernya gue lagi liat adegan lo lagi bercandaan sama Mandala, kelihatan banget kalau Mandala bahagia banget waktu bareng sama lo. Beda banget waktu lagi sama gue,"

Alina diam, mencerna setiap ucapan Vira. Bahkan dirinya tak menyadari kehadiran Vira saking asiknya bercanda dengan Mandala. Alina merasa tak enak hati pada Vira.

"Gue minta maaf, gue gak bermaksud buat bikin hubungan lo sama Mandala jadi renggang. Gue baru sadar teryata sikap gue salah, gue salah Vir. Maafin gue ya, lo tenang aja gue gak suka sama Mandala kok," Alina berusaha menyakinkan Vira.

Dari sorot mata Vira, Alina dapat membaca kalau Vira memang benar-benar sayang pada Mandala.

"Gue jamin, Mandala gak bakalan suka sama gue. Lo tenang aja, Mandala cuman suka sama lo,"

"Atas dasar apa lo bisa ngomong gitu?", Alina kicep setelah ditanya Vira seperti itu.

"Gue bakalan jaga jarak sama Mandala!" Seru Alina dengan semangat.

"Yakin?"

"Yakinlah! Lagian, gue gak mau kehilangan sahabat gue cuman gara-gara cowok,".

Diluar sama, tepatnya disamping jendela dekat ruang tamu. Armada tengah duduk bersama Mandala dikursi teras, mendengarkan setiap ucapan Alina dan Vira didalam.

Armada tak menyangka jika Alina memiliki solidaritas teman yang begitu besar. Berbeda dengan Mandala yang tak menyangka bahwa selama ini sikapnya salah. Terlalu dekat dengan Alina sampai ia lupa bahwa dirinya sudah ada Vira.

"Lo harus mertahanin Vira, tinggalin Alina," ucap Armada.

"Gu-gue gak tau harus apa," terdengar suara Mandala yang begitu pasrah. Armada bangkit dari duduknya lalu berjalan kearah Mandala, menepuk sekali pundak cowok berkulit putih itu.

"Lo harus pilih," setelah itu Armada masuk kedalam rumah Vira bersikap seakan-akan tak terjadi apapun.

***

Science and SocialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang