18:: 🔥Dirumah Mandala🔥

542 60 0
                                    

Alina segera memasukan motornya diarea pekarangan rumah Mandala setelah mendapat ijin dari satpam yang menjaga rumah Mandala.

Dilepasnya helm fullfacenya dan itu membuat beberapa rambut Alina berantakan. Dengan santai Alina merapikan rambutnya dengan jari tangan. Merasa sudah cukup rapi, Alina segera turun dari motor dan menuju pintu utama.

Tok...tok...tok

Alina mengetuk pintu utama rumah Mandala. Tak lama pintu terbuka dan menampilkan sosok Mandala yang malam ini terlihat cukup berbeda.

"Hai!" Sapa Alina dengan senyum manisnya.

Mandala tersenyum, lalu melirik kearea pekarangan rumah. Ada sepeda motor Atlan, "Bareng Atlan?" Tanya Mandala.

"Enggak,"

"Lo bawa motor Atlan?!" Tanya Mandala tersirat nada tak percaya.

"Iya, kenapa? Lo gak percaya?"

"Eh? E-enggak kok, masuk-masuk. Semua udah didalem," Mandala memberi jalan agar Alina dapat masuk kedalam. Lalu pintu rumah ditutup kembali.

"Ma, pa, Alina dateng" ucap Mandala saat masuk kedalam ruang makan. Kedua orang tua Mandala, Laudia dan Bima, melihat kearah Mandala yang disampingnya sudah ada Alina.

"Akhirnya datang juga, duduk sayang," Laudia mempersilahkan Alina untuk ikut makan malam bersama.

"Tidak usah sungkan," sahut Bima.

Alina tersenyum, lalu mengangguk. Dirinya duduk disamping Vira dan Mandala duduk dihadapan Vira. "Sori ya lama," bisik Alina tepat ditelinga Vira. "Iya gakpapa," sahut Vira dengan pelan.

"Silahkan dimakan sayang, tidak perlu sungkan. Anggap saja rumah sendiri," ucap Laudia begitu lembut. Alina kembali tersenyum, lalu dirinya mengambil makanan yang disediakan.

***

Selesai acara makan malam, Vira pamit untuk pulang dulu karena mendapat pesan dari bundanya. Akhirnya Mandala mengantar Vira pulang, sedangkan Alina masih setia dirumah Mandala. Tengah mengobrol ringan dengan Laudia dan Bima diruang tamu.

"Ternyata kamu memang orangnya asik ya, pantas Mandala sering bercerita mengenai kamu ke tante,"

"Sering tan? Wah Mandala gak friend nih," lalu mereka bertiga tertawa bersama. Sampai suara dehaman membuat tawa itu berhenti.

"Eh sayang, udah nganter Viranya?" Tanya Laudia.

"Udah kok ma," Mandala duduk disamping Alina. Seakan paham dengan maksud Mandala, "Yasudah tante sama om masuk dulu ya," Bima dan Laudia masuk kedalam. Menyisahkan Mandala dan Alina diruang tamu.

"Lin," Alina mengarahkan wajahnya ke Mandala.

"Apa?" Tanya Alina.

Mandala tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, jarak antara mereka begitu dekat. Sekitar 15cm. Alina dapat mencium aroma mint dari mulut Mandala dan Mandala dapat mencium aroma parfum rasa coklat Alina.

"Udah malem, lo gak pulang? Ntar dicariin sama orang tua lo," Mandala mengingatkan.

"YaAllah! Gue lupa, eh gue pamit pulang deh," dengan santainya Alina masuk kedalam untuk berpamitan dengan Laudia dan Bima. Mandala yang melihat tingkah Alina hanya dapat mengulas senyum.

Setelah itu Alina keluar dan berpamitan dengan Mandala. "Gue anter kedepan," Mandala menarik lembut tangan Alina. Sesampainya persisi disamping motor Atlan, Alina menarik tangannya yang masih digenggam Mandala.

"Sorry, gue kelamaan gandeng ya?" sungguh pertanyaan konyol.

Alina merasa ada yang tak beres, tak mau berlama-lama lantas ia menaiki sepeda motornya dan memakai helm. Setelah itu tanpa ngucap sekata, Alina langsung melajukan motornya keluar pekarangan rumah Mandala.

"I believe that it is you because the heart is never wrong"

***

Science and SocialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang