6

11 3 0
                                    

Nara tengah asik mengunyah satu buah bakwan hangat yang kerap di sebut bala-bala, dahinya berkerut. Lalu tanpa pikir panjang ia menyambar gelas air putih di hadapannya dan meneguk nya sampai tetes terakhir.

Berton-ton MSG di dalam sebuah bala-bala hangat.

“Nah itu Ra, cewek yang tadi aku bilang ke kamu, yang kemarin jalan sama adik kamu itu.” Mahendra menunjuk seorang gadis bergaya tomboy yang tengah berjalan tergesa menuju kantin dimana mereka berada sekarang.

Nara terdiam, matanya terus mengikuti sosok itu.

“Kamu lihat mereka dimana?” Nara menyentuh keningnya, kepalanya  mulai terasa pusing, perutnya sedikit mual, dan bibirnya terasa gatal.

“Di Mal sana itu loh.” Mahendra melayangkan tangannya menunjuk arah. “Eh, Ra bilangin tuh ke adik kamu, Rein itu..”

“Siapa?” Nara mencondongkan badan nya kearah Mahendra.

“Rein, cewek itu namanya Rein, dia itu sudah punya cowok, aku kenal sama cowoknya, bukan anak sini sih.”

Nara manggut-manggut. Mendadak tubuhnya terasa tidak enak.

“Bilangin ke adik kamu, hati-hati tuh, deket deketin cewek orang. Cowok nya Rein itu cemburuan, kamu tahu kan gimana tingkah cowok cemburuan? dia bisa melakukan apa aja iya kan ?” Mahendra tersenyum sinis dan melirik pada Nara yang tengah sibuk dengan pikirannya.

Cowoknya cemburuan.

“Hei Rein.” Tiba tiba Mahendra membuat Nara terkejut di tengah reaksi alergi yang menghebat akibat bumbu masak bernama panjang Monosodium Glutamate itu.

“Hei.” Rein berseru ringan.

“Cari siapa?” Mahendra bangkit dari duduknya, kini ia bertatapan muka dengan Rein.

“Dandy.” Rein membiarkan matanya melanglang buana mencari sosok yang tengah di carinya.

“Kirain nyari aku, tuh lagi makan di sana.” Mahendra menyentuh lengan Rein. Rein refleks mengibaskan lengannya yang di sentuh oleh pemuda berkaca mata itu.

Nara menatap wajah itu tanpa berkedip, sejenak tatapan mereka bertemu. Nara terkesima, ia seperti pernah bertatapan dengan gadis itu atau mungkin melihatnya tapi dimana? Mengapa ia mendadak menjadi sangat pikun.

Susah mengingat, Damn, MSG.

“Oh oke makasih ya.” Rein terburu pergi meninggalkan Mahendra yang terlihat sangat kesal.

“Eh mau kemana, ngobrol dulu lah di sini, sombong banget sih.” Mahendra berteriak nyaring, membangunkan kucing yang tengah tidur bergelung di kaki Nara.

Rein menengok ke arah Mahendra sekilas dan tersenyum tipis lalu melambai.

Tatapan Nara mengikuti kemana gadis bersweater biru itu pergi.  Dilihatnya seorang pemuda dengan aksesoris yang ramai di lengan dan jemari nya melambaikan tangannya pada gadis itu. Nara menyipitkan matanya, otot-otot matanya bekerja kompak dengan sel-sel kelabu di kepalanya.

“Itu cowok nya?”

“Ya bukan lah itu mah si Dandy.” Nada suara Mahendra terdengar ketus.

Nara mengangguk anggukan kepalanya bak burung Kakaktua Raja.

“Kan tadi aku bilang, cowoknya Rein bukan anak sini.” Mahendra membersihkan lensa kacamatanya dengan tisu yang ia ambil dari saku kemeja kotak-kotak coklatnya.

Lagi lagi tidak fokus, gegara MSG.

Tanpa sadar Nara terus mengikuti gerak gerik Rein yang kini terlibat obrolan seru dengan si aksesoris berjalan, diantara rasa kebas yang melanda bibirnya.

Janji Cinta Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang