Rein terkejut ketika melihat Shia muncul di kantin jurusannya saat jam istirahat tengah berlangsung. Shia tidak pernah menemui nya saat jam-jam istirahat. Ia selalu menemuinya bila tidak pagi hari sebelum masuk atau sore hari ketika kuliah telah berakhir. Ada apa gerangan?
Dan pertanyaan Rein langsung terjawab sudah ketika Shia mengajaknya berbicara di dekat bengkel Aero.
“Ooh jadi gitu ya?”
“Apa?” Rein tak mengerti.
“Kamu masih aja berteman dengan teman kamu yang aneh itu?”
Rein mengerutkan keningnya.
“Kemarin aku lihat kamu jalan di depan sana dengan anak punk itu.” Shia menunjuk jalanan kampus dengan gusar.
“Loh memangnya kenapa?”
“Ngapain kamu di jam 4 sore baru pulang dengan si anak punk itu sementara jadwal kuliah kamu berakhir 2 jam sebelumnya.”
Rein merasa sedang berada di ruang interogasi kedap suaranya NYPD, padahal ke New York saja belum pernah.
“Aku …”
“Kamu nongkrong sama si Dandy itu kan, aku lihat kamu di lapangan sana. Kamu gak ngerti juga ya. Aku kan sudah ngelarang kamu pergi ke acara acara punk yang gak jelas itu, otomatis kamu juga gak boleh nongkrong nongkrong lagi sama mereka dong.”
“Lantas kenapa?”
“Anak punk itu aneh-aneh dan kamu itu sudah punya aku, gak usah lah cari perhatian dari cowok lain.”
“Perhatian? Dandy teman ku Shi, aku bergaul dengan dia sudah sejak lama, terus apa alasannya buat ku untuk tidak berteman atau sekedar pulang bareng sama dia?”
“Aku alasan nya Rein. Kamu kok gak ngerti juga sih, sudah ada aku,” sembur Shia sambil menunjuk dadanya dengan buku yang di bawanya.
Rein menatap nanar mata Shia yang terlihat penuh dengan kilat amarah.
“Dandy itu sedang sedih Shi. Orang tuanya baru saja berpisah. Aku adalah teman nya, sebagai seorang teman sudah sepantasnya aku menghibur dan menemani dia.”
“Ah klise.”
ASA berapa? 100, 200?
“Dandy sahabatku, aku gak mau dia terpuruk seorang diri, itu juga kan yang pernah kamu bilang ke aku dulu. Kamu adalah teman yang baik Shi, aku belajar dari kamu.”
“Belajar kayak aku? terus jadian kayak kita? iya maksud kamu gitu?”
“Ya enggaklah, kamu kok jadi nuduh nuduh aku.”
“Soalnya kamu memang pantas untuk di tuduh, kamu pikir aku gak tahu apa yang kamu kerjain dengan Jed di himpunan kemarin dulu, hah?”
Dia Tahu.
“Loh kok jadi melebar ke Jed?”
“Bukan melebar tapi ini fakta, nyata.”
“Ada Dandy juga di sana, gak cuma aku sama Jed, aku kan sudah bikin komitmen sama kamu dan pantang bagiku untuk melanggar itu. Kalau kamu gak percaya dengan aku ya terserah lah.”
“Pokoknya aku gak mau lihat kamu bergaul lagi sama anak punk itu, atau teman teman cowok kamu yang lain apalagi Jed. Aku gak mau kamu nongkrong-nongkrong gak jelas, pulang telat. Mulai sekarang dunia harus tahu tentang kita, gak peduli dengan alasan aneh yang kamu sampaikan ke aku, karena ini hidup kita, bukan hidup mereka, titik.”
Rein tertegun mendengarkan kata kata Shia yang berbicara merepet bak rapper yang sedang take vocal di studio rekaman.
“Ngerti kamu?” Shia membentak Rein dengan galak lalu pergi meninggalkannya seorang diri.
Baru satu bulan dan Shia sudah mempunyai daftar peraturan buatnya? Super sekali batin nya.
Rein ingin menertawakan dirinya yang sama sekali tidak bisa membantah apa yang Shia katakan, tapi sel sel kelabu di kepalanya memintanya untuk tetap tenang. Tak ada kata kata yang keluar dari mulut nya, mendadak ia seakan ada di dalam sebuah toples besar yang tertutup rapat, dan ia tak bisa keluar dengan bebas atau bahkan untuk berteriak. Kini ia sadar dunia nya akan segera mengkerut hanya meninggalkan dirinya dengan Shia. Dan Rein tidak mengerti sama sekali, secepat itukah Shia berubah, dari seseorang yang sangat baik menjadi seseorang yang sangat egois. Rein terpaku. Mungkin inilah masanya, ia memang harus berubah mengikuti Ksatria Baja Hitam yang selalu ia dengung dengungkan. Rein pun bersiap memakai topeng nya, ia tidak tahu bahwa topengnya itu beralih fungsi bukan untuk melindunginya melainkan menghancurkan dirinya secara perlahan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Cinta Kala Senja
Teen FictionKisah Cinta ala anak kuliyahan Yang Rumit Antara Rein Dan Jed Mereka Mempunyai Perasaan Yang Sama Namun Mengapa Rein suatu saat Selalu Menghindari Jad ? Mampukah Mereka Bersatu Dan Saling Berjanji Untuk Melewati Senja-Senja Berikutnya Dengan Romant...