20

11 2 0
                                    

Semua perhatian orang di kantin itu tertuju kepada dua sosok yang baru saja datang. Dandanan mereka yang tidak lazim membuat semua mata terbelalak. Si orang pertama terlihat sangar dengan rambut Liberty Mohawk-nya. Rambut yang di beri hair spray satu galon itu seakan menentang langit.

Sebuah anting-anting yang terbuat dari perak bakar terlihat mencengkram erat cuping hidungnya. Ada sebuah rantai yang membelit lehernya, rantai yang ukurannya sama besar dengan rantai kaleng kue Marie Regal yang fenomenal itu. Si orang kedua berwajah kalem, tidak sesangar temannya.

Rambut semi cepaknya dicat dengan warna merah menyala. Telinganya di hiasi dengan beberapa anting perak mengikuti lekukan luar cupingnya. Keduanya memakai T Shirt hitam di lapis dengan vest denim yang penuh dengan tempelan gambar dan nama band-band punk terkenal.

Sedangkan jeans mereka yang berwarna hitam dan ketat bagian lututnya sobek berserat. Di pergelangan tangan mereka ada beberapa gelang yang di penuhi dengan duri yang kerap dinamai spike. Sebuah rantai berjuntai menyeruak dari balik T Shirt mereka. Dan penampilan mereka akhirnya di amini dengan sepasang sepatu boots hitam.

"Waduh." Lea berteriak histeris.

Rein yang tengah duduk di hadapannya terlihat santai-santai saja, menulis dengan tenang di atas lembar kertas agendanya.

"Rein." Kini Lea menyentuh lengan gadis yang tengah asik membuat gelembung permen karet di mulutnya.

"Hmm." Rein menjawab dengan ringan tanpa memalingkan wajahnya barang sejenak.

"Kenapa ada orang aneh di kampus kita sekarang? Pindahan dari mana tuh, dari kampus punk?"

Mendengar kata punk Rein langsung menghentikan kegiatannya, gelembung di mulutnya meletus seketika. Ia pun menoleh kebelakang mengikuti pandangan Lea.

"Laaah si Beni itu mah sama si Jangkrik."

"Hah Jangkrik? Nama dari planet mana itu?"

"Dari planet punk." Rein terkikik.

"Itu temen kamu? serem amat sih hiiyy." Lea menaikan-naikan bahunya persis seperti ayam yang baru saja mendarat dari penerbangannya yang singkat.

"Laaah, lihat nih."

"Ben, Krik." Rein melambaikan tangannya ke arah mereka berdua. Dua orang yang disapa Rein dengan Ben dan Krik itu menoleh lalu menghampirinya, masih di antara tatapan semua mahluk yang ada di kantin itu, termasuk cicak dan lalat Tse Tse yang mana itu gak mungkin karena cuma ada di Afrika.

"Eehh geuningan aya Rein, dupi Dandy na aya kitu nyak?*" Si rambut mohawk yang bernama Beni angkat bicara, dengan bahasa tubuh yang sangat sopan.

GUBRAK.

Lea membelalakan matanya, ia merasa akan terjungkal dari kursinya, kakinya menendangi kaki Rein yang berada di bawah meja. Rein memandang Lea sekilas, membeliakkan matanya lalu tersenyum menang.

"Euhh tadi mah ada tapi bentar aku tanya temennya dulu." Rein mencari seseorang dengan matanya.

"Muhun, nuhun** " Mereka berdua pun duduk satu meja dengan Rein. Lea terlihat memandangi dua orang yang nampaknya jarang ia lihat gayanya itu tanpa berkedip. Norak.

"Yun." Rein berteriak nyaring sampai membuat Lea terjengkang dari duduk manisnya.

"Apa?" Yuni menghampiri meja Rein dengan tatapan nyaris serupa dengan Lea.

"Dandy sudah keluar?"

"Jam kuliah terakhir dia gak ada, gak tahu kemana."

"Oke thanks."

Janji Cinta Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang