36

12 3 0
                                    

Matahari telah condong kearah barat ketika Rein menghampiri Ratri yang tengah duduk sendiri di bawah selasar berkanopi yang menghubungkan kantin dan bengkel Tehnik Mesin.  Tadi malam sepulang mereka dari mal, Ratri berbisik di telinganya, bahwa hari ini ia ingin bertemu dengannya.  Rein merasa sedikit heran, karena ia tidak pernah berbincang serius dengan Ratri.  Tapi mengapa tiba-tiba, tiada hujan dan tiada angin Ratri memintanya untuk menemuinya di sana.

"Hai Rat, sorry agak lama, tadi ada perlu dulu." Rein berkata ringan.

"Gak apa apa aku juga belum lama kok."

Rein duduk di sisi Ratri, wangi parfumnya menusuk-nusuk hidungnya yang tengah di serang flu.

"Ada apa?" Rein menatap Ratri serius.

"Pengen ngobrol aja."

"Ngobrol apa?"

"Tentang kamu dengan Jed."

"Hah?" Rein terkejut, permen karet di mulutnya hampir saja mencelat keluar.

"Kamu dengan Jed jadian?" Ratri menyibakkan rambut panjangnya dengan anggun.

"Enggak." Rein mengeleng.

"Enggak apa belum?"

"Memangnya kenapa?"

Ratri menghembuskan nafasnya dengan pelan.

"Aku gak rela kalau kalian jadian," ujar  Ratri dingin

"Hah?" Rein  terkejut untuk kedua kalinya, kali ini permen karetnya benar-benar mencelat keluar dari mulutnya dan jatuh ke tanah.

"Kamu tahu, awalnya aku cukup senang dengan hanya bisa memandangi punggungnya dari belakang ketika mendengarkan dosen di depan sedang memberi kuliah. Aku jarang ngobrol dengannya, disamping dia orangnya cuek aku gak tahu harus ngobrol apa dengan dia.  Tapi entah kenapa aku selalu senang memandanginya, melihat kecuekannya, mendengarkan tawanya yang lepas. Sampai suatu saat, aku melihat dia sering menengok ke luar jendela kelas, memandangi beberapa orang yang sedang berjalan pulang, tidak hanya memandang tapi kadang ia tersenyum."

Rein menatap wajah tirus Ratri, ia bingung dengan apa yang baru saja Ratri bicarakan.

"Kamu suka sama Jed?" Tanya Rein pelan namun Ratri mengacuhkan pertanyaan itu, ia melanjutkan ceritanya.

"Aku gak tahu siapa yang ia pandangi sampai suatu saat aku melihat kalian di kantin."

"Kamu gak tahu kan Rein gimana perasaanku saat itu. Aku yang setiap hari berada satu kelas dengan dia gak bisa sedikitpun dekat dengannya, tapi kamu yang bahkan berbeda jurusan bisa dengan manis ngobrol seru dengan dia."

Rein membisu, ia mulai tahu kemana arah obrolan Ratri itu.

"Lalu aku bertemu Mahendra."

Mata Rein tiba-tiba terbeliak. "Kamu kenal Mahendra?"

"Dia teman SMA-ku, kebetulan dia habis patah hati karena seseorang dan orang itu adalah kamu kan?" Ratri menaikan sebelah alisanya.

"Aku memanfaatkan kekesalan Mahendra yang ternyata telah lebih dulu mengetahui sesuatu tentang kamu dengan Jed."

Rein menatap Ratri tak percaya. "Jadi kamu yang .."

"Kamu gak nyangka kan? Banyak hal yang gak kamu tahu kan? Kamu bahkan gak tahu kalau selama ini aku selalu ada dimana kamu berada."

Kilasan peristiwa meluncur satu persatu dalam pikiran Rein. Acara perpisahan angkatannya Jojo, pernikahan Tantri, kantin, lapangan basket, lapangan sepakbola, kantin dosen, dan bengkel. Ya, setiap ada Jed selalu ada Ratri.  Ia bagaikan Wally, karakter favorit Rein di Where's Wally yang terlewat untuk di perhatikan.

Janji Cinta Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang