24

13 3 0
                                    

Jed berjalan dengan penuh semangat menghampiri Rein yang tengah bersandar di tembok Gedung  yang sebagian dindingnya di tempeli batu alam itu.

"Beres, real player nya sudah gabung lagi, aku pikir berkat kamu." Jed berdiri di samping Rein.

"Gak, Dandy hanya mengikuti kata hatinya."

"Apakah kamu juga seperti Dandy? Mengikuti kata hati kamu?" Jed bertanya dengan hati hati.

"Maksud kamu?"

"Kamu sama Shia jadian, itu kata hati kamu?"

Rein terdiam.

"Hampir setiap hari Shia cerita tentang kamu ke aku, semua hal dia ceritain.  Dia  bilang Rein begini Rein begitu, Rein suka ini Rein suka itu, secepat itukah kata hati kamu memilih?"

"Apa peduli kamu."

"Kenapa harus Shia?"

"Kenapa enggak?"

"Shia teman satu kelasku, tetangga kosanku, sahabat kakakku."

"Lantas kenapa? Ganggu?"

"Sangat."

"Abaikan saja."

"Gak bisa?"

"Kenapa?"

"Karena apa yang telah aku lewati dengan kamu."

"It's nothing." sahut Rein datar.

"No such thing as nothing." Jed berteriak keras yang membuat Rein sedikit terpana.

"Look Jed, apapun yang dulu pernah terjadi diantara kita, aku sudah melupakannya."

"Semudah itu?"

Jimmy yang akan menghampiri mereka langsung mundur teratur.

"Ya, semudah kamu menuduh aku, ngata-ngatain aku, memusuhi aku."

"Itu karena kakak, aku gak .."

"Kamu mem-blackgoat-kan kakak kamu?" potong Rein cepat.

Jed terlihat tak kuasa menahan tawanya

"Apa ketawa?" Rein melotot

"Mem-blackgoat- kan?" Jed tersipu.

Rein merengut.

"Coba deh, punya pendirian. Kakak kamu itu cuma memainkan perannya sebagai kakak yang baik. Kamu nya aja yang gak punya pendirian, padahal gak butuh IMB juga kali."

Jed memandangi wajah Rein, ia merasa perutnya tegang menahan tawa, bahkan saat bertengkar begini gadis itu masih saja membuatnya tertawa.

"Maafin aku ya, dulu aku gak punya keberanian untuk ..."

"Gak ada yang perlu di maafin, itu sudah berlalu, aku gak mau mengingatnya lagi. Aku hanya ingin berdamai dengan hati ku, karena aku gak mungkin mendamaikan dunia kayak Dalailama dan Mother Theresa."

Jed kini sudah tak kuasa menahan tawanya. "Ah andai saja .."

"Gak usah berandai-andai, karena semua telah terjadi." Rein melirik Jed tajam dengan ujung matanya.

"Lagian kenapa harus Ratri?"

"Hah?" Jed terlihat terkejut mendengar pertanyaan Rein. "Kamu mengira aku jalan dengan Ratri?"

"Aku gak mengira, tapi aku melihat dengan mata kepalaku sendiri."

"Kamu salah faham Rein. Kami memang dekat, tapi tidak seperti yang kamu pikirkan."

Rein menaikan bahunya tak peduli.

"Hei, apakah kita bisa memperbaiki semua nya?"

"Memperbaiki apa?"

Janji Cinta Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang