21

3 3 0
                                    

Jed duduk diam di bangku kayu kantin dengan beberapa temannya, perutnya keroncongan. Sepiring nasi putih plus satu mangkok capcay kuah di hadapannya yang masih mengepulkan asap mulai mengoda untuk dinikmati.

"Si Rein itu memang penuh kejutan, anak punk juga apa dia?" Jimmy terlihat antusias ketika ia melihat Rein dengan dua teman punknya tengah duduk tidak terlalu jauh dari meja mereka.

Jed langsung melayangkan pandangannya ke arah dua orang yang gayanya mencolok mata.

"Gila, gokil, mereka mau manggung apa? Anak mana mereka?" Jimmy penasaran.

Jed hanya diam mendengarkan celotehan Jimmy tapi matanya masih tertuju ke tempat Rein berada dengan dua orang aneh itu. Jed terlihat waspada, ia masih memandangi mereka sampai hilang dibalik tirai-tirai kantin, entah akan pergi kemana.

***

Rein, Beni dan Jangkrik kini telah berada di tempat Dandy berdiam diri.

"Dan, kita minta maaf dengan semua yang telah terjadi." Beni berkata dengan hati hati.

Dandy diam. Berdiri dan memandang dua temannya dengan galak.

"Mau ngapain kalian kesini, gak cukup ngomongin aku, ngehakimi aku?"

"Bukan gitu Dan, kita gak ngehakimi kamu, tapi kan kamu tahu kalau kita sudah punya kesepakatan tentang hal itu."

"Kalian itu gak tahu apa yang telah aku alami."

"Kita gak tahu karena kamu juga gak pernah ngomongin ke kita kan?. Kamu itu gak usahlah merasa paling menderita. Orang lain punya penderitaan lebih dari kamu masih bisa bertahan, karena mereka punya prinsip, lihat Rendra." Jangkrik mulai terlihat emosi.

"Kamu gak usah banding-bandingin aku dengan Rendra-lah Krik, kamu juga gak lebih baik dari aku."

"Memang, aku mungkin jauh lebih kotor dari kamu Dan, tapi aku mau berubah."

"Huh berubah? kalau gak gara-gara cewek kamu mati OD, kamu juga gak akan berubah kan?

DEZIG.

Tiba tiba Jangkrik melayangkan jab kanannya ke arah rahang Dandy.

Rein terkesima, Beni langsung menengahi. Dandy hanya tersenyum sinis sambil menghapus setitik darah yang muncul di ujung bibirnya.

"Diam semua." Beni membentak, kini Rein mendengarkan adanya nada kemarahan dari suaranya.

"Kita ke sini bukan mau betengkar sama kamu. Aku dan Jangkrik atas persetujuan Rendra ingin minta maaf kepada kamu karena kami sempat berlaku kasar. Tapi apa yang kita omongin itu semua demi kebaikan kamu. Kamu gak bisa terus gini, ini saatnya kamu tumbuh, maju, berkembang bukannya malah terjerumus ke hal-hal yang gak baik. Nanti malam jadwal kita tah, ini salah satu event impian kita kan? Aku, kamu, Jangkrik dan Rendra, kita adalah tim yang hebat. Selama ini kita bisa bertahan dari segala caci maki di luar sana, dan sekarang adalah saatnya kita nunjukin ke dunia kalau kita mampu sejajar dengan mereka. Jadi sekali lagi aku mau tanya sama kamu, kamu siap bertahan untuk kita atau menyerah kalah?"

"Gak ada yang bisa menahanku, aku out."

"Ya sudah." kata Beni pendek, lalu merangkul Jangkrik dan menyeretnya pergi dari tempat itu, sementara Rein mengikuti mereka dari belakang.

"Rein kami pulang dulu ya, Dandy kayaknya memang sudah gak peduli."

"Sebentar Ben, kalian tunggu di kantin ya, mungkin aku bisa meyakinkan Dandy. Perjuangan kalian itu ada harganya, Dandy harus tahu itu." Rein berbisik di telinga Beni

Beni mengangguk, mereka berdua melangkah gontai.

***

Rein kembali ke tempat Dandy yang kini masih terpekur, bersandar di tembok dan menghisap rokoknya pelan.

"Mereka itu sebenarnya gak peduli sama aku Rein, sama seperti kamu. Kamu gak peduli sama aku kan? Kemana kamu waktu aku butuh kamu? Kemana? Jalan sama cowok kamu kan? Kamu bilang, persahabatan gak akan bisa dikalahkan oleh apapun termasuk pacar, tapi apa buktinya?"

Rein tersentak, beberapa minggu ini Shia selalu ada disisinya. Hal itulah yang membuat Rein tak bisa bertemu sahabatnya ini.

"Mereka, kamu dan orangtuaku itu sama aja, gak pernah nganggep aku ada." Dandy memegangi rahangnya yang tadi di tonjok Jangkrik.

"Semua ini sia-sia, memang gak ada yang mau peduli sama aku lagi, karena aku ini hanya ilusi di mata kalian. Jangkrik dan Beni kesini karena ada event yang di pertaruhkan, kalau gak ada event itu mereka gak akan cape-cape dateng kesini, kamu juga gitu kan ?"

"Maafin aku Dan, mungkin aku telah menyakiti hati kamu. Aku memang egois, tapi di balik ini semua, aku punya alasan yang kuat, mereka juga punya alasan yang kuat."

"Apa? Alasan apa? Kamu kan bisa cerita ke aku."

"Aku gak mau ceritaku membebani kamu. Masalah kamu lebih berat dari aku, tapi aku pastiin bahwa apa yang aku lakukan jauh dari apa yang kamu tuduhkan tadi. Aku peduli dengn kamu begitu juga mereka."

"Kamu gak percaya sama aku? Dengan kamu gak cerita, itu sama aja kamu gak peduli sama aku."

Rein bimbang ia menarik-narik tali sneakers birunya gelisah.

"Aku gak boleh bergaul dengan kamu."

"Apa? Oleh siapa? Pacar kamu, si Shia itu? Dia cemburu dengan ku? Gak suka dengan ku?" Dandy bertanya bertubi-tubi, dan di jawab dengan satu kali anggukan oleh Rein.

"Kamu mau di atur-atur dia? Itu sama sekali bukan Rein yang aku kenal."

"Aku tahu Dan, tapi itulah kenyataannya. Dulu Shia begitu manis tapi kini, ah sudahlah gak usah di bahas."

Dandy diam lalu bertanya, "Kamu bertahan demi dia? Kenapa?"

"Ada hal yang membuat seseorang bertahan terhadap sesuatu atau seseorang, salah satunya adalah rasa kebersamaan ketika kami berjuang untuk satu tujuan yang sama yaitu hubungan baik. Aku berharap kamu bisa bertahan dengan teman-teman kamu yang telah menjadi keluarga kedua kamu, menghargai perjuangan kalian yang telah dengan susah payah membesarkan band kalian."

"Kamu gak tahu apa-apa tentang kami, Rein."

"Kamu benar, aku memang gak tahu apa-apa tentang kalian. Yang aku tahu bahwa gak ada perjuangan yang sia sia, Dan."

"Hidup itu pilihan Rein."

"Lalu pilihlah yang terbaik. Bukan hanya buat kamu tapi juga buat orang-orang di sekitar kamu yang telah menjadi bagian dari hidup kamu. Ikuti kata hati kamu tapi berpikirlah dengan jernih. Hari ini aku pun sudah menentukan pilihanku, aku bakal bantu mereka sebisaku, karena kalian semua temanku, aku pergi."

Dandy diam, tatapannya lurus kedepan.

***

Tbc

Janji Cinta Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang