29

6 3 0
                                    

Kini Shia terlihat mengerikan di mata Rein. Pemuda itu mulai  melempar-lemparkan benda  yang berada di dekatnya. Bagaikan hujan es  yang turun dari langit. Uang recehan, kaleng pewangi mobil, sisir, botol  air kosong, semua berhamburan menyerbu ke arahnya. Rein menggigil  ketakutan, dengan sisa keberaniannya, ia keluar dan berjalan cepat  meninggalkan pemuda marah yang kini masih memandangi jam tangannya.

Rein  berjalan tertatih  dikeremangan malam, entah dimana, kosan Lea tidak  terlihat sedikitpun di pelupuk matanya. Rein menoleh kebelakang, ia  melihat Shia tengah memutarkan mobilnya untuk mengejarnya. Rein panik,  ia pun akhirnya memberanikan diri untuk menyelinap ke sebuah gang.  Dengan gerakan secepat kilat, ia menyusuri gang yang temaram itu,  jantungnya berdebug kencang.  Ia tak tahu  jalan sempit itu akan  berujung di mana, ia tak peduli, yang penting ia harus menjauh dari Shia  yang terlihat tengah dikuasai oleh angkara murka.

Rein  merasa  sedikit lega ketika melihat bangunan besar berpintu banyak berdiri tegak  di hadapannya, dengan lampu-lampunya yang bersinar  terang.  Perasaan  leganya ternyata tidak membuatnya untuk cukup waspada melihat jalanan  yang tengah di laluinya,  Ia terpeleset di antara undakan semen  yang baru saja di lewatinya.  Ia tidak menyadari bahwa jalan  dihadapannya lebih rendah dari jalan yang baru saja dilaluinya. Ia pun  terperosok, jatuh terduduk di keremangan malam, sendiri.

"Hei kamu  gak apa apa?" Sebuah suara terdengar dari arah punggungnya. Tiba-tiba  bulu kuduk Rein sedikit meremang, refleks ia memejamkan matanya. Ia  tidak mau menengok ke asal suara, bagaimana bila suara itu milik sosok  tanpa wajah, atau milik mahluk berwajah seram yang kakinya mengambang  jauh dari tanah.

Ia masih ingat benar ketika ia mengalami  peristiwa yang aneh di kamar mandi kosan Umam.  Saat itu siang hari yang  sepi, Redi yang kamar kosnya mempunyai kamar mandi di dalam belum  pulang.  Karena desakan kandung kemihnya yang  menghebat, maka ia pun  meghiba kepada Umam untuk mengantarkannya ke kamar mandi namun ditolak  mentah-mentah oleh Umam.  Kosan Umam memang agak horror. Tempat yang  terdiri dari kamar-kamar berukuran 3 x 4 meter itu tak memiliki kamar  mandi di dalam.  Hanya kamar Redi yang memiliki kamar mandi  dan  mempunyai ukuran ruangan yang paling besar.

Sebenarnya sejarah  kepenakutan Rein diawali dari sebuah film layar tancap yang diputar di  kampungnya ketika perayaan tujuh belas agustusan beberapa tahun yang  silam, tepatnya ketika ia masih duduk di bangku kelas 3 SD.  Film  Indonesia yang bertema drakula itu sangat membekas di pikirannya  terlebih di adegan ketika sang drakula yang sangat menyeramkan itu   sedang mengintai mangsanya dari balik jendela.  Dari situlah cikal  bakal ketakutan Rein akan hal-hal mistis.  Parahnya kosan Umam ini  adalah salah satu tempat kos yang mempunyai cerita horror tersendiri.  Suatu saat ada yang pernah melihat sosok laki-laki tinggi besar, lalu  ada yang merasa diikuti oleh seseorang dari belakang dan ketika ditoleh  tidak ada seorang pun disana.  Lalu ada yang pernah melihat kuntilanak  diantara pepohonan yang rimbun, itu semua katanya tapi tetap saja  membuatnya yang penakut menjadi makin takut.

Akhirnya karena  terpaksa ia pun memberanikan diri pergi ke kamar mandi yang letaknya  agak jauh dari kamar Umam. Ia pun harus menuruni beberapa anak tangga  yang terbuat dari semen untuk menuju ke sana.  Terdapat dua bangunan  kamar mandi, setiap satu bangunan terdiri dari dua buah kamar mandi,  dengan bak air yang bergabung. Jadi antara bak di ruangan satu dengan  yang lainnya tidak di tutup oleh tembok.  Rein bisa melihat air bak di  ruangan sebelahnya dengan menelengkan kepalanya di atas bak airnya.   Secara kebetulan ia iseng menelengkan kepalanya untuk mengintip bak  mandi ruangan sebelah. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia merasa terdorong  untuk melihat ke sana. 

Ternyata bukan hanya air saja yang ia lihat  melainkan ada seuntai rambut panjang hitam persis seperti milik para  gadis yang ada di iklan shampo yang terombang-ambing di atas bak mandi  itu. Ia sangat terkejut, tanpa ba bi bu, ia pun langsung keluar dari  kamar mandi itu. Matanya sempat melirik ke pintu kamar mandi yang  ternyata terbuka dan tidak ada tanda tanda orang di dalamnya.   Terpontal-pontal, ia melarikan diri dari sana.

Janji Cinta Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang