Grisa: makasii
Grisa: (:
Gesa membuka pesan dari Grisa yang terkirim pada pukul lima sore lewat lima belas menit. Sudah dua jam berlalu sejak Grisa mengirimi dua pesan singkat tersebut, Gesa baru membukanya.
Tangannya menari-nari diatas layar ponsel, mengetik sesuatu untuk mengirimi jawaban.
Gesa: buat apa deh?
Gesa sempat berpikir agar obrolan mereka tidak berakhir dengan Gesa yang membalas 'iya, sama-sama'.
Cowok itu bangkit dari duduknya, menyambar jaket hitam tidak lupa memakai topinya. Dia berniat keluar rumah untuk ke supermarket terdekat yang ada di komplek.
Walaupun dibilang supermarket terdekat, tapi tetap saja jarak dari rumahnya terbilang jauh. Dia pergi menggunakan vespa biru milik Garika.
Malam ini langit sangat cerah, terlihat dari banyaknya bintang yang muncul berkelap-kelip. Angin malam hari menyapu wajah serta kaki Gesa, karena dia hanya mengenakan celana pendek.
Sampai di supermaket, tangan Gesa menyambar beberapa makanan, minuman, permen, es krim lalu mengambil satu bungkus rokok. Tidak ingin berlama-lama, cowok itu langsung membayarnya ke kasir. Setelah itu Gesa pulang.
Sesampainya di rumah, Gesa mengunci gerbang rumahnya karena di rumah hanya ada dia dan Garika, sedangkan Gita berada di Bandung. Sekiranya pintu sudah terkunci, Gesa berniat ke kamar, sebelumnya dia ingin ke kamar Garika sebentar.
"De, es krim ," Gesa menaruh satu cup es krim kesukaan Garika diatas meja belajar, lalu pergi dari kamar adiknya.
"Makasi bang!" Ucap Garika sedikit teriak.
Cowok itu menaruh kantong pelastik berisikan belanjaannya diatas nakas samping tempat tidur. Gesa memeriksa ponselnya, ternyata Grisa telah mengiriminya balasan.
Grisa: untuk pulang bareng
Grisa: dan tiba-tiba mampir ke cafe hehehe
Gesa: santai si sama gue mah haha
Gesa : tapi lo seneng ga?
Gesa: seneng laah ye kann? Orang pulbar sama cogan
Gesa: hehee heee
Gesa menutup roomchatnya dengan Grisa. Mengambil kantong pelastik tidak lupa membawa korek yang dia sembunyikan disudut kamar.
Cowok itu pergi ke balkon depan rumahnya, duduk di bangku santai yang ada disana. Tangannya bergantian membuka ciki yang dia beli dan meneguk soft drink.
Ponsel Gesa berdering, layarnya memunculkan nama Joshua yang menelponnya.
"Hotel Alex*s, ada yang bisa dibantu?"
"Eh serius anjing! hahahaa." terdengar suara tawa diseberang sana.
"Girangg dah girangg."
"Jijik anjing sebenernya gue nelpon lo."
"Laah yaudah, matiin laah, guoblok." Gesa terkikik.
Gesa menghimpit ponselnya diantara telinga dan bahu. Gesa menghentakan rokok tersebut agar tembakau pada rokoknya padat. Gesa mengambil satu rokok lalu menaruhnya diantara bibir, menyalakan korek untuk membakar ujung rokok dan menghisapnya dalam-dalam.
Tangan kirinya mengambil rokok berbarengan dengan tangan kanannya yang mengambil ponsel, membenarkan letak ponsel di telinganya.
"Jadi gini nih bang, kan kita emteka diajar sama Bu Naya kan?"
"Iye" Gesa menaruh rokok itu diantara jari telunjuk dan jari tengah, kemudian disentilnya sampai abu yang sudah terbakar berjatuhan terbawa angin.
"Nah, lo tau kan doi kek gimana, apalagi kalo masalah pe'er dah tuh. Murid kudu mesti wajib ngerjain tepat waktu-"
"Prolog lo kepanjangan, intinya lo mau nyontek kan sama gue?" Tanya Gesa.
"Hehehe... Nah itu tau, emang paling peka banget dah. Sayang aje lo gada pacar hahahaha."
"Selaw, udah ada calonnya, tunggu aje."
"Iye dah, percaya gue mah ama Abang Ganteng yang satu ini."
"Iyee ah, bacot, ntar gue kirimin."
Setelah itu Joshua berterima kasih, Gesa mematikan sambungannya. Gesa membuka Line, ternyata ada pesan masuk dari Grisa. Gesa membuka roomchat miliknya dan Joshua kemudian mengiriminya poto jawaban.
Grisa: waduu wkwk
Grisa: cogan itu apaan ya pak?
Gesa Ananta: Cogan; makhluk Tuhan yang ditakdirkan untuk mempunyai ketampanan melebihi makhluk pada umumnya. Biasanya sering di idam-idamkan oleh kaum hawa.
Gesa Ananta: setau gue gitu si
Gesa Ananta: jadi sama aja kaya Gesa Abiyaksa Ananta; makhluk Tuhan yang ditakdirkan untuk mempunyai ketampanan melebihi cowok pada umumnya. Biasanya sering di idam-idamkan oleh kaum hawa. Gitu si kayaknya :)
Gesa berniat melihat poto profil Grisa, tetapi tak sengaja jarinya menekan tombol call.
Jari Gesa kalah cepat dengan Grisa. Gadis itu mengangkat teleponnya.
"Ada apa Sa?" Tanya Grisa diseberang sana.
Mendengar suara Grisa ditelinganya membuat hati Gesa senang, entah kenapa. "Eh-anu, sebenernya tadi itu kepencet, hehehe.." jawab Gesa agak terbata. "Sorry-sorry gue jadi ganggu lo gini."
"Oh... kepencet toh, hahaha gapapa si santai aja."
"Hmm, yaudah, gue tutup, ya?" Sebenarnya Gesa tidak ingin bilang seperti ini, tapi dia juga berpikir takut-takut dia menganggu, barangkali Grisa sedang mengerjakan PR, Gesa tidak tahu.
"Yaah, yaudah deh." terdengar helaan napas disana.
Gesa mengerutkan alis, menebak-nebak maksud helaan napas Grisa.
"Lo ngga belajar?" Tanya nya.
"Engga, pe'er gue juga udah selesai semua, lo ngga ngerjain pe'er?"
"Udah, kan gue rajin"
"Pede lo udah klimaks banget deh kayaknya hahaha..."
Gesa teringat akan rokoknya. Cowok itu mematikannya dengan menekan dan memutar rokok itu sampai mati.
"Yaa gimana ya, Sa? Orang kenyataannya ginih." Gesa terkekeh.
Pandangannya beralih kearah langit, kedua sudut bibitnya terangkat membentuk senyuman, entah untuk bintang yang seolah menemaninya pada malam hari, atau pada gadis yang ada disebrang sana.
"Wadu-waduu hahaha..." walaupun lewat telpon, tetap saja bagi Gesa suara Grisa masih terdengar lembut. "Sa, lo kok kalo ketemu gue langsung banyak diemnya si?"
"Kan baru kenal buu," Gesa terkekeh "masa iya langsung so deket gitu,"
"Yaaa paling ngga ngobrol terus gitu biar ga awkward banget hahaha..."
Cowok itu menahan senyumnya, lesung pipinya terlihat, pandangannya tulus menatap bintang yang paling terang tetapi mudah sekali untuk meredup.
"Emang kerasa banget apa awkwardnya? Yaudah lain kali gue banyak ngomongnya deh. Tapi, jangan nyesel yaa"
"Kenapa mesti nyesel?" Tanya Grisa terdengar serius.
"Karena because, selalu always," ucap Gesa seperkian detik kemudian tawanya pecah.
Karena gue takut, lo jatuh hati sama gue, atau malah
Gue yang jatuh hati sama lo.
Ucap Gesa dalam hati.Angin malam menusuk sebagian kulit telanjang Gesa yang tidak terbalut kain. Gesa sama sekali tidak mempermasalahkan itu, yang terpenting dia tetap mengobrol dengan Grisa yang ada ditempat yang berbeda.
Entah sampai kapan obrolan mereka berakhir, tidak ada yang tahu. Keduanya masih ingin berbagi cerita, sama-sama tidak ingin memutuskan sambungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GESA
Teen FictionSetelah mengenalnya ada bagian hati yang sepi menuntut untuk diisi. - Gesa Abiyaksa Ananta