"Tumben lo nggak ngapel ke rumah Grisa."
Gesa mendongak mendapati Dinar yang baru saja datang ke rumahnya. Sebelumnya Dinar dan Joshua memang sudah berniat untuk menginap di rumah Gesa, karena besok hari libur dan juga ujian telah berakhir beberapa hari yang lalu, jadi tidak masalah jika kedua cowok itu main.
"Grisa siapa, Nar?" Tiba-tiba Gita bertanya, Mamahnya itu sedang sibuk membuat camilan untuk anak-anaknya, iya, semua teman Gesa adalah anak Gita juga. Gita senang jika rumahnya dikunjungi banyak teman Gesa ataupun Garika. Gita akan membuat makanan kecil ataupun berat agar mereka makan, selain untuk mengasah hobinya dalam memasak, Gita juga senang melakukan hobinya ditemani anak-anak yang membuat pikiran Gita merasa pulang, seperti ini.
"Ya ampun!" Dinar buru-buru menepuk bibirnya, lupa kalau ada Gita, "Sa, MamGit gak tau?" Bisik Dinar.
Gesa memutar bola matanya malas, "emang aja mulut lo semua kalo ngomong pada lancar-lancar banget. Nggak heran, tiap harinya minumin oli!" Kesal Gesa.
Gita tersenyum geli, Mamahnya merasa bahwa ada sesuatu pada Gesa, sudah lama mereka tak berbincang seputar asmara, "ih ada apa nih, masa Mamah gak tau si, Bang?"
Dinar terkekeh, Joshua langsung saja menimpal, "itu loh Mah, yang suka Gesa anterin, pokoknya Gesa deket banget deh!" Joshua berbalik sepenuhnya melihat Gita yang ada di dapur, wajahnya langsung berubah.
Gita menghampiri ketiganya, "Bang! Kamu udah punya pacar?!" Tanya nya langsung.
Gesa memejamkan mata sejenak, cowok itu memijat pelipisnya, menyesali keputusannya untuk memperbolehkan Dinar dan Joshua menginap. Gesa kira Joshua telah berubah, maksudnya tidak mengungkit-ungkit soal Grisa, karena sebelumnya Joshua telah tahu apa permasalahnnya dan sempat juga memberikan nasihat di kelab malam itu, seharusnya Joshua paham tetapi tetap saja cowok itu rasanya tidak dapat meninggalkan kesempatannya untuk mengolok-olok Gesa.
"Bukan, Mah..." jawab Gesa lemas, "itu si temen aku doang." Lanjutnya.
"Yah!!!" Sesal Gita, "Mamah kira pacar kamu. Ya kalo cuma temenan juga gapapa, ajak main dong kesini." Gita berbalik jalan ke pantri untuk menaruh baskom berisikan adonan kue agar adonannya itu mengembang.
"Mamah ke kamar dulu deh, nanti kalo adonan kuenya udah ngembang bilangin Mamah dong..." pintanya.
"Siap MamGit, ada Joshua! Nanti Jo pantau terus adonannya sampai dia tumbuh menjadi adonan yang sangat baik," ucapnya sambil menepuk dada sebelah kanannya.
"Oke deh!"
Joshua kembali duduk di sofa ruang keluarga. Cowok itu masih memperhatikan Gesa battle PS dengan Dinar, karena sebelumnya Dinar merampas stick PS yang dia pegang.
"Alah, ayam!" Sembur Joshua melihat klub bola yang dipegang Dinar kalah.
"Kan gue baru pemanasan, sabarin dulu lah. Ayo dah lo lawan gue aja sini, kagak usah ngombe!" Sewot Dinar, "kasih, Sa! Bocah kalahan mau main sama gue."
"Yee mulai songong ini si Dinar. Ya-in aje gue mah, umur mah kaga ada yang tau."
Gesa meletakkan stick PS nya di atas karpet, cowok itu bangkit dari duduknya, mengambil ponsel yang dia taruh di sembarang tempat.
Gesa melihat puluhan pesan yang dikirimkan untuknya dari Grisa, seketika rasa bersalah memenuhi hati Gesa.
Sori banget, Ca,
ucapnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
GESA
Teen FictionSetelah mengenalnya ada bagian hati yang sepi menuntut untuk diisi. - Gesa Abiyaksa Ananta