Hujan Turun

24 5 0
                                    

"Bekel kemarin dimakan gak?" Tanya Grisa.

Kebetulan sore kemarin mereka tidak pulang bersama. Grisa pulang dijemput oleh Pak Sarip, karena Gesa ada keperluan mendadak. Cowok itu meminta maaf berkali-kali karena baru sempat memberitahunya tepat ketika jam pelajaran telah usai. Saat itu Gesa tidak meninggalkan Grisa begitu saja, dia menunggu Grisa sampai Pak Sarip datang dan membawa gadis itu pulang.

"Udah diabisin cimeng, kemarin gue ketemu," buka Gesa, "ternyata dia beneran vegetarian, masa dia minta dibawain lagi. Cobaa ituu gayanya si cimeng..."

"Ish seriusss." Grisa mencubit pinggang kanan Gesa.

"Eh-eh geli," Cowok itu meringsut kesamping kiri, "beneran Ca, salut sih sama si cimeng." ucapnya serius.

Grisa yang ada disamping Gesa itu tertawa renyah.

"Ihh! Stress lo ya? Hahahaha,"

"Nggak, orang sehat gini kok," ucapnya, "gue cuma mau denger lo ketawa aja hehehe,"

Grisa tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapih sembari menoleh kearah Gesa. Cowok itu membuka air mineral yang ada disampingnya kemudian meneguknya sampai tersisa sedikit.

Hari ini cuaca sore di sekolah mereka  tidak terlalu panas. Gesa dan Grisa duduk disamping lapangan basket. Dari tempatnya duduk terlihat suasana koridor yang mulai sepi karena lima belas menit sebelumnya bel pulang sekolah sudah berbunyi. Hanya tersisa beberapa siswa dan siswi yang masih betah berlama-lama di sekolah. Gesa dan Grisa memilih untuk mengabiskan waktu luangnya sebelum ulangan semester minggu besok dimulai. Tugas mereka hanya melaksanakan beberapa ujian lagi setelah itu mereka akan berpencar untuk mewujudkan cita-cita mereka. Ah, rasanya cepat sekali...

Gesa mengambil bola basket yang ada disudut lapangan. Cowok itu memantul-mantulkan bolanya dengan tangan kanan. Beberapa kali dia memasukkan bola itu dan beberapa kali juga bola itu tidak meleset. Kelebihan yang Gesa punya.

"Sa, mau ikutan." Ujar Grisa dari samping lapangan.

"Sini," Gesa melempar hati-hati bola itu sampai mengenai ujung sepatu Grisa.

"Okey." Gadis itu mengambil bolanya dan menghampiri Gesa.

Gesa dan Grisa berada di tengah-tengah lapangan basket. Grisa menyerahkan bolanya kepada Gesa karena sejujurnya gadis itu sama sekali tidak bisa bermain basket. Kejelekan yang harus kalian tahu adalah Grisa jarang berolahraga di rumah.

"Ko dikasi ke gue?"

"Lah, yaudah lo main aja, gue takutnya lo kaget pas tau gue jago banget basket." Sombong Grisa mengedikkan bahu angkuh. Setelah itu senyum menahan tawanya tercetak.

"Iya iya iyaa hahahaha,"

Gesa berlari mencoba menghindar dari raihan tangan Grisa. Karena Gesa lebih tinggi dari Grisa, cowok itu dengan mudah mengelabui Grisa untuk memasukkan bolanya ke ring.

"Lah katanya jago?"

"Kayaknya masa gue udah abis deh," ucapnya dengan napas terengah-engah.

"Yeee, ngelawak Ca?" Ledek Gesa.

"Ish!" Grisa memukul lengan kanan Gesa, cowok itu tertawa melihat Grisa kecapean.

"Kesian banget si non, udahan aja deh ya," saran Gesa.

"Nggak ah, sekali lagi dong sampe bolanya masuk."

"Terserah deh,"

Gesa memberikan kesempatan pada Grisa yang masih penasaran untuk memasukkan bola itu ke ring dengan tangannya. Sekali-gagal, dua kali-gagal, tiga kali-gagal. Gadis itu masih bersikukuh dan yakin kalau dia bisa memasukkan ke ring. Gesa daritadi hanya memperhatikan Grisa bolak-balik mengambil bola karena gagal memasukkan bolanya.

GESA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang