Pelajaran Bahasa Indonesia membuat Gesa terlelap di kelas. Pak Budi yang menjelaskan pelajaran itu, seperti berdongeng, membuat Gesa mengantuk kemudian tertidur. Gesa terbangun ketika Joshua mengajaknya untuk ke Kantin.
"Saa!" Panggil Joshua.
"Esaaa, buset, mati apa ini orang ya?" Kali ini badan Gesa digoyangkan.
"Esaaa, tai bangke monyet."
"Berisik, anjir. Kalo gue ngga bangun, berarti gue gak mau!" Masih dengan posisi tertidur dan mata tertutup, Gesa memarahi Joshua.
Joshua terdiam, "Mana gue tau kalo lo gak mau. Emangnya, gue punya ikatan batin apa, sama lo."
"Kadang, gue suka mikir, kenapa lo jadi temen gue si?" Gesa mengangkat kepala, memijit keningnya pelan.
Joshua menyengir melihat Gesa bangun seutuhnya. Cowok itu menaik-turunkan alis, menggelengkan kepala ke kanan-kiri bermaksud mengajak Gesa ke Kantin.
Dengan lesu, Gesa berjalan disisi kiri Joshua. Cowok itu berjalan lurus, tanpa ingin minggir sedikitpun kepada orang yang berjalan lain arah didepannya.
Gesa dan Joshua memasuki Kantin, disana, Dinar terlihat sedang makan sendirian. Kedua cowok itu menghampiri temannya.
"Sendiri-sendiri amat, Bang." Joshua menyengir, mengambil bangku dan duduk didepan Dinar.
"Makan, Bang." Tawar Dinar kepada dua temannya yang baru saja datang.
Gesa mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, melihat makanan apa yang ingin dia beli.
"Gue ke Teh Anti dulu, ye." Gesa melangkahi bangkunya agar dapat keluar.
"Iye. Eh, nitip dong gue, somay ama kolnya aja," Sahut Joshua menyengir.
"Dih, benci banget gue ngeliat lo nyengir mulu." Cowok yang diketusin itu cemberut.
Suasana Kantin lumayan ramai, dari pandangan Gesa, tempat Somay milik Teh Anti tidak terlalu penuh. Cowok itu mempercepat langkahnya, tidak berlari. Sesampainya di tempat Teh Anti, Gesa melihat isi dagangannya.
"Teh, Esa kaya biasa ya, si Jo pake somaynya aja sama kol." Pesan Gesa.
"Iya, tunggu ya Sa."
"Siap, Teh."
Gesa berdiri, menunggu Somay pesanannya selesai dibuat. Sembari menunggu, Gesa memainkan ponselnya dan sesekali teman Gesa menyapa cowok itu. Sampai ada satu gadis yang datang, berdiri disampingnya, memesan somay yang sama seperti apa yang Gesa pesan. Gesa hanya mendengarkan gadis itu memesan, tidak ingin menoleh padanya.
Hingga sebuah panggilan, membuat kedua orang itu menoleh ke arah yang sama, "Sa!"
"Apa?" Jawab Gesa dan gadis itu bersamaan.
Gesa mengerutkan kening, bingung, mengapa gadis yang disampingnya ikut menjawab.
Gesa menoleh, tatapannya bertemu, saling diam, hingga gadis itu menaruh pandangannya kembali pada orang yang tadi memanggil.
Ternyata, yang dipanggil bukan dirinya, bukan Gesa, melainkan gadis itu.
"Grisa, gue satu juga, ya!" Teman cowoknya berteriak lagi, agar yang dipanggil mendengar.
Gesa membenarkan posisi tubuhnya, seperti semula. Cowok itu ingin menoleh kesamping melihat gadis tadi, tapi enggan, sedikit malu. Gesa ingin tertawa karena tadi, tapi sebisa mungkin ia tahan.
Gesa merasakan kalau gadis yang bernama Grisa itu tengah memperhatikannya dari samping.
"Grisa," gadis itu memperkenalkan dirinya pada Gesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GESA
Teen FictionSetelah mengenalnya ada bagian hati yang sepi menuntut untuk diisi. - Gesa Abiyaksa Ananta