Undangan

9 2 0
                                    

"Setelah mengenalnya ada bagian hati yang sepi menuntut untuk diisi." - Gesa Abiyaksa Ananta

Harapan Gesa pagi ini sangat sederhana, ia ingin harinya kembali seperti semula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harapan Gesa pagi ini sangat sederhana, ia ingin harinya kembali seperti semula. Dipikir sudah cukup perasaan yang muncul akhir-akhir ini membuatnya tak karuan, ia berubah 180°. Sudah diputuskan bahwa Gesa akan mengesampingkan segala yang ia rasa agar tidak mendominasi dirinya. Gesa tidak ingin hubungan dengan teman-temannya menjadi jauh, dengan adiknya, mamahnya, dan juga Grisa.

Ah, Grisa, gadis itu semalam menangis hingga sesenggukan. Rasa bersalah Gesa semakin bertambah kala derasnya air mata jatuh di kedua pipi gadis itu serta tidak henti-hentinya Grisa melafalkan kata maaf. Gesa mengutuk dirinya sendiri telah membuat Grisa menangis. Hatinya teriris mendengar tangis pilu milik Grisa.

Sisi lain Gesa menertawai dirinya sendiri, sebab dengan mudahnya cowok itu cemburu hanya karena Grisa bertanya barang sedikit tentang Banyu. Tapi Gesa punya alasan tersendiri, alasan yang membuat Gesa menjadi egois seperti ini. Gesa tidak ingin Grisa menjadi milik orang lain lantas dengan mudahnya gadis itu mencampakkan Gesa. Dirinya diselimuti rasa ketakutan, takut akan ditinggal seseorang yang baru saja memperkenalkan warna lain yang berbeda dihidupnya.

Sebelumnya, mungkin hanya ada hitam, putih, dan abu-abu di dirinya, ia tidak memaksa seseorang untuk menghiasnya lagi, memoles dengan warna cerah agar hidupnya lebih berwarna. Tidak disangka, datang si hati baik mengisi banyak warna dengan caranya. Sungguh bahagia bukan kepalang memang. Tapi kehadian yang lain tiba-tiba seperti penghalang, dan yang ia takutkan di akhir cerita bernasib malang.

Tapi mulai hari ini, Gesa tidak akan marah jika Grisa bertanya tentang seseorang yang ingin ia tanyakan. Jika nanti, siapapun pemenang yang akan mengambil hati Grisa kalaupun bukan Gesa orangnya, dia akan ikhlas menerimanya. Namun satu, Gesa tidak akan segan-segan memberi balasan yang pantas pada lelaki manapun jika ia tau Grisa akan disakiti.

"Gesa." panggil Joshua

"Ha?" Gesa terbangun dari lamunannya.

Gesa tidak sadar kalau suasana kelasnya sudah ramai. Gesa adalah orang ke dua yang datang di kelas setelah Daffa.

"Ha mulu ha. Masih pagi juga udah banyak pikiran, kek orang tua, tau gak lo?"

"Baru juga sekali, ha nya."

"Ih, bodo." tidak lebih dari setengah detik, Joshua teringat malam kemarin. Gesa pulang tengah malam dan langsung tidur, enggan untuk ngobrol lagi dengan Joshua. "Gimana? Udah dapet solusi?"

Cowok yang ditanya itu menghembuskan napas pelan lalu matanya menatap lurus papan tulis putih di depan, "gue bisa handle ini, lo khawatir banget sama gue Jo? Gue ngga nyangka, lo se-so sweet itu sama gue. " Kedua sudut bibir Gesa terangkat sempurna.

"Dih? Gue nanya biar lo kagak nyusahin gue terus. Patah hati lo rumit."

"Kalo ga rumit namanya bukan patah hati. Namanya juga patah, berarti ada yang retak, rusak, hancur, makanya buat kembali semula lagi jadi rumit. Apa betul begitu, saudara Joshua?"

GESA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang