Sudah dua jam Gesa tertidur. Bu Ami merasa jam pelajarannya telah usai menutup pertemuan kali ini. Sebelum Bu Ami keluar kelas, Andi selaku ketua kelas memimpin doa dan semua murid memberi salam kepada wanita yang berkacamata itu.
Bunyi bel istirahat pertama membuat sebagian siswa keluar kelas untuk mencari makan, sisanya yang masih di kelas tidak ingin beranjak dari kursi masing-masing. Sepertinya pulang jam empat pagi membuat Gesa tidak kuat menahan kantuknya di kelas. Dia masih tetap pada posisinya, tertidur dibelakang kelas dengan tas Joshua yang dijadikan bantal.
Semalam Gesa pergi ke kelab menemani Joshua bersama Dinar dan Vallen. Kebiasaan malam mereka jika sudah terlewat gabut. Keempat cowok itu tidak jarang memang pergi ke tempat gelap dan ramai. Awal mula ajakan itu dari ide Vallen, membuat Gesa, Dinar dan Joshua pergi ke sana. Pertama masuk memang tidak mengenakkan karena belum terbiasa dengan musik yang sangat kencang dan mungkin juga orang-orang yang ada disana. Tapi makin lama mereka jadi sering kesana sampai saat ini. Bahkan, jika salah satu dari mereka punya masalah, mereka akan lari ke tempat itu.
"Sa," Joshua menggoyangkan badan Gesa.
Sebenarnya Joshua merasa tidak enak membangunkan Gesa yang masih tidur. Tapi jika cowok itu belum makan sama sekali, Joshua dan yang lainnya juga merasa lebih tidak enak. Pasalnya semalam Gesa habis minum bergelas-gelas alkohol, tidak tahu pasti, seingat Joshua Gesa sampai muntah ketika ingin pulang.
"Eh, bangun anjir."
Gesa mengerjapkan mata untuk menghalau cahaya di ruang kelasnya yang terang karena lampunya menyala.
"Apa anjing." Terdengar suara serak Gesa ketika bangun tidur.
"Eits- setdah, santai Jon," canda Joshua, "Sa, makan bego."
"Tar aja ngapa."
"Terserah lo dah," Joshua berdiri dari jongkoknya, teringat dengan sesuatu, cowok itu berjongkok lagi, "tadi lo dicariin,"
Gesa menaruh tangannya dipipi kanan sebagai bantalan, "sama?"
"Grisa."
Mendengar nama itu terucap, Gesa membuka matanya perlahan, berusaha mendengar yang ingin disampaikan Joshua jika cowok itu ingin melanjutkan ucapannya. Sudah menunggu lima detik, tapi yang ditunggu tidak kunjung bicara.
"Apaan katanya?" Tanya Gesa
"Nanyain lo kemana, terus gue jawab lo lagi tidur di kelas."
"Lo ketemu dimana?"
"Di kantin."
Setelah itu Gesa diam, dia berusaha untuk biasa saja.
"Ayo," Gesa bangun, tangannya mengambil tas Joshua lalu menaruhnya asal di atas meja. "Kantin."
"Yee katanya entar. Et Joni si remaja labil." Joshua berjalan dibelakang Gesa.
"Bacot ye si Kirdun." canda Gesa.
Sampainya di Kantin, Gesa duduk di meja yang terdapat Vallen dan Dinar. Tidak banyak berbicara, Gesa memilih duduk yang arah pandangnya bisa lebih leluasa melihat seluruh isi kantin.
Jika maksud orang-orang pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang kosong seusai belajar, Gesa berbeda, dia punya maksud lain. Memang tiga puluh persen Gesa ingin makan, tapi sisanya Gesa ingin mencari gadis yang menemaninya bermain basket dengan anak kecil tiga hari yang lalu. Dia mencari Grisa.
Pandangan matanya menyapu seluruh penjuru kantin. Pembawaan Gesa yang tenang membuat tidak ada satu temannya pun yang curiga Gesa sedang mencari seseorang.
"Eh anjir, Mentari masa ngambek gara-gara semalem gak gua kabarin." Ucap Vallen.
"Mentari siapa?" Tanya Joshua.
KAMU SEDANG MEMBACA
GESA
Teen FictionSetelah mengenalnya ada bagian hati yang sepi menuntut untuk diisi. - Gesa Abiyaksa Ananta