Sudah beberapa hari ini Gesa selalu menjemput Grisa dan mengantarkan gadis itu pulang ke rumah. Awalnya Grisa menolak ajakan Gesa karena takut merepotkan cowok itu. Bukan Gesa namanya jika mudah menyerah, cowok itu mencoba menjelaskan mengapa dia menjadi sedikit posesif terhadap Grisa, Gesa ingin gadis itu aman dengannya sekiranya sampai luka yang ada ditubuh Grisa sembuh. Dengan begitu semakin lama mereka semakin dekat, tidak dapat dipungkiri bahwa Grisa sudah tercantum orang yang penting dihidup Gesa.
"Gue ke kelas ya, Cha. Nanti istirahat gue ke kelas lo." Ucap Gesa, mereka berpisah, Gesa berbelok kearah kiri dan Grisa kearah kanan.
"Mau ngapain?" Grisa berbalik dan berjalan mundur, dengan bebas dia dapat melihat kearah Gesa.
"MAU MINTA BEKEL HAHAHAHA." Teriak Gesa melakukan hal yang sama dengan Grisa, masih ingin melihat wajah Grisa yang tertawa setelah mendengar omongan Gesa.
Grisa berbalik dengan senyuman yang masih mengembang dibibir, kembali berjalan lurus menuju kelasnya yang berada dipojok kedua setelah kelas 12 IPA 1.
Gesa dan Grisa tidak tahu, tindakan yang mereka lakukan selalu mencuri perhatian orang-orang yang melihatnya. Diantaranya ada yang iri melihat Gesa berlaku manis ke Grisa dan sebagiannya lagi ada yang kesal karena mereka tidak mendukung keduanya untuk dekat.
Wajah Gesa tampak sumringah memasuki kelasnya. Dilihatnya sudah banyak teman-temannya bergerombol di satu tempat duduk, ada yang sedang mencontek PR mtk, ada juga yang memotonya agar tidak perlu repot bolak-balik.
Kikan, gadis berkacamata yang selalu pakai jedai itu menoleh ke arah Gesa, "Sa, mtk lo udah?" Tanyanya.
"Udah, lo mau liat?"
"Mau dong..."
"Bawa aja, Ki," Gesa memberi buku itu dan Kikan dengan senang hati menerimanya.
Kursi yang biasa ditempati oleh Joshua masih kosong, biasanya cowok itu selalu datang paling awal sebelum Gesa tiba di kelas. Perihal mereka yang diam-diaman saja seperti musuhan, itu sudah berakhir, mereka berdua sudah seperti biasa dengan sifat mereka yang dulu.
Baru saja Gesa mencari cowok itu, batang hidungnya sudah muncul. Joshua tampak kelelahan, dia berjalan gontai dari pintu sampai ia mendudukkan bokongnya dikursi.
"Lo ngapa bego?" Tanya Gesa.
"Anu-" wajahnya melas, "deg-degan gue tadi dicolek bencong pas lampu merah. Anjing pen nangis aja gue tadi." Jelasnya dengan suara parau bercampur kesal.
Joshua ini memang paling takut sama bencong, katanya dia ngeri karena luarnya serem dalemnya juga berbatang, eh- ngerti kan? Pokoknya dia takut bencong! Joshua malah tidak takut setan, dia masih memaklumi setan karena mereka wujudnya jelas, tapi kalo bencong...
Tawa Gesa pecah, cowok itu ngakak melihat wajah lemas Joshua. Kasian juga dipikirnya, pasalnya dia benar-benar takut dan itu bukan main-main.
"Anjing lo!" Semprot Joshua.
Gesa mencoba meredakan tawanya, "anjir, ngakak parah! Hahaha," ucap Gesa dengan sisa tawanya.
"Lagian masih pagi anjirr... ngapain itu bencong udah ada di lampu merah anjingg!" Kata Joshua kesal.
"Udah apa tolol, lawak bat parahh hahahahaa,"
"Masih lemes gue."
Bel tanda kegiatan belajar mengajar akan dimulai sudah berbunyi. Keadaan kelas yang awalnya gaduh karena sedang mengerjakan PR mtk menjadi sepi, yang lainnya duduk dikursi masing-masing. Mereka tinggal menunggu guru jam pertama mereka datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GESA
Teen FictionSetelah mengenalnya ada bagian hati yang sepi menuntut untuk diisi. - Gesa Abiyaksa Ananta