--- Part 22 ---
Di dalam hutan bagian selatan, terdapat sebuah kota kecil. Kota itu dipimpin oleh seorang gadis muda. Kota ini adalah kota para Snakrie kota para ular dimana para manusia dan ular tinggal bersama dan ular di daerah itu tidak pernah sekalipun melukai penduduk kota kecil itu begitu juga dengan sebaliknya
Sang ratu ini tinggal di sebuah istana yang tidak terlalu besar namun sangat megah. Sang ratu memiliki rambut berwarna hitam dan panjang dengan ular besar yang senantiasa berada di sampingnya
"Inilah waktunya, Zerah," kata perempuan itu kepada ularnya dan dibalas dengan desisan si ular yang bernama Zerah itu
"Kakak, sudahlah. Kita masih bisa berdamai dengan mereka," kata putri para snakrie kepada kakanya yang menjabat sebagai ratu itu. Pandangan sang putri itu memohon. Sang putri sangat tidak menyukai adanya pertumpahan darah yang sangat tidak diperlukan
"Kau ingin aku berdamai dengan pembunuh? Sadarlah Rietta. Mereka hanyalah serigala dengan kostum domba,"kata sang ratu. Sekali sang ratu ini mengambil keputusan, sangatlah sulit untuk mengubahnya
"Tapi...,"
"Jika kau tidak ingin bertarung, kau bisa tinggal disini dan meratapi nasibmu," kata sang ratu sambil menatapnya tajam dan sang putri pun langsung tersentak kaget. Sang putri memiliki sebuah rencana namun, jika dia tidak menemui seseorang di pertempuran itu, rencananya akan gagal total
"A... Aku akan bertarung," kata sang putri dengan suara kecil dan mereka berdua pun berjalan keluar dari istana tempat tinggalnya. Mereka betdua pun dihadapkan dengan pasukan snakrie yang telah berbaris di luar
"Sekaranglah waktunya," kata perempuan itu. Suaranya lembut dan sedikit dalam namun, memberikan kesan dingin dan tak berbelas kasihan dan para pasukan snakrie itu pun menatap ratu mereka. Ada yang memandangnya kagum, ada yang memandangnya sebagai seseorang yang hebat namun, ada juga yang menatapnya takut
"Mereka telah mematahkan kepercayaan kita dan membunuh ratu kita," dan beberapa ular yang berada di bahu para pasukan snakrie itu mendesis- desis
"Sekarang, waktunya kita untuk memporak porandakan mereka. Kita gulingkan kedamaian mereka dan kita hancurkan mereka seperti mereka menghancurkan kita," kata perempuan itu mengakhiri pidato pendeknya dan para pasukan itu pun langsung berteriak semangat. Perempuan maupun laki- laki telah siap menghancurkan musuh mereka bahkan, anak- anak para snakrie pun ada yang siap bertarung namun dihadang oleh orang tua mereka. Tak lama kemudian, ratu snakrie ini pun turun dari istananya tentunya dengan sang putri yang masih merasa bahwa pertarungan bukanlah hal yang benar untuk dilakukan dan memimpin pasukannya
"Ayo!" dan pasukan itu pun bersama- sama berjalan ke tenpat dimana mereka akan menghadapi musuh mereka yang telah ditunggu
-- Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda --
"Hmph... Sudah waktunya," kata ratu para elves sambil mendenguskan nafasnya sambil memandang ke hutan selatan dari jendela. Burung- burung berterbangan dari arah hutan selatan yang sangat besar dan luas itu menandakan bahwa pergerakan besar- besaran telah terjadi
"Apa kita benar- benar harus bertarung?" tanya sang putri sambil menghembuskan nafasnya. Ia tahu bahwa pertarungan ini tidak bisa dihindari namun, ia masih berusaha sebisa mungkin untuk menghentikan pertarungan yang tidak berguna ini
"Mereka yang memintanya," kata ratu Cleovritena sambil mengibaskan rambut coklatnya ke belakang dan masih memandang kearah hutan selatan lewat jendela
"Tidak bisakah kalian berunding? Maksudku, bukankah bertarung itu tidak ada gunanya sama sekali," kata sang putri berusaha membujuk sang ratu untuk mengubah keputusannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Elathor The Kingdom of Light
FantasyCopyright © by Blue_Sapphirine 2014 Dilarang memperbanyak, mengubah, dan menjiplak cerita ini tanpa sepengetahuan dari Author *** Golden Army yang terdiri dari Atlanta Ellenia Derquill, Miraqua Enesa Arestric, Victoria Lecsia Trizen, Winexon Nathan...