Bab 6

2.3K 98 1
                                    

Author pov
Embun mengerjapkan matanya ketika sinar putih mengarah tepat dimatanya. Yang ia lihat hanya ruangan yang didominasi warna putih. Ia mencoba untuk duduk, namun kepalanya sangat sakit ketika ia coba mengangkat kepalanya, akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk duduk.

'Cklek'
Pintu di buka dan memunculkan wajah ayah dan bundanya yang khawatir.

"Embun, kamu sudah sadar nak. Kamu gapapa kan ? Mana yang sakit bilang sama bunda" ucap bunda khawatir kemudian disusul dengan kristal bening yang meluncur mulus dari ujung matanya.

Oh tidak embun tidak akan tahan melihatnya.

"Embun gapapa bunda, bunda gausah khawatir ya" ucap embun seraya menghapus air mata sang bunda.

"Kepalanya masih sakit sayang ?" kata ayah yang tak kalah khawatir.

"Masih sedikit pusing yah" jawab embun jujur.

"Ya sudah ayah panggilkan dokter dulu" lalu ayah berlalu keluar.

Tak lama kemudian munculah ayah bersama seorang dokter dari balik pintu.

"Assalamualaikum embun" ucap dokter itu.

"Waalaikum salam" jawab embun, menatap dokter itu dengan takjub.

Yaa, gimana gak takjub dokter itu ganteng pake banget dan yang terpenting dia masih muda hihi

"Tadi anak saya mengeluh kepalanya masih pusing dok, itu kenapa ya ? Saya takut anak saya gagar otak karena waktu kecelakaan kepalanya terbentur pohon" jelas ayah kepada dokter tampan itu.

"Biar saya periksa dulu ya pak" selanjutnya dokter tampan itu memeriksa embun dengan seksama.

"Kita tunggu sampai 24 jam, jika masih pusing, nanti kita lakukan rongsen"

"Baik dok"

"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu pak, bu mari assalamualaikum" pamit dokter itu.

Lalu ayah mengantarkannya keluar ruang rawat embun.

"Namanya dokter Azzam mbun" ucap bunda dengan nada menggoda.

"Ihh apaan sih bunda"

"Dari tadi pandanginnya sampek ga kedip"

"Engga kok ih udah ah bunda aku mau tidur"

Namun ia kembali membuka matanya, seakan teringat akan suatu hal.

"Bunda" panggil embun pada bunda yang sedang tilawah al Quran di sebelahnya.

" iya sayang ?"

"Rais .. Bunda rais gapapa kan ??" tanya embun dengan suara yang mulai bergetar.

"Rais gapapa sayang, dia tadi pulang sebentar nanti mungkin habis magrib kesini lagi"

"Syukurlah"

"Udah sekarang kamu tidur gih"

"Emm.. Ga bisa tidur bun, oiya hp embun mana ya bun ?" tanya embun ketika ia mengingat bahwa ia belum memberi Ardi kabar.

"Ini hp kamu, bunda sholat magrib dulu ya, sekalian mau cari ayah kamu tadi kok ga balik balik" setelahnya bunda berlalu pergi.

Embun pov
Aku teringat sejak tadi aku belum mengabari Ardi, ah pasti sudah banyak pesan dan panggilan dari nya. Buru-buru aku mengaktifkan hp ku.

Setelah aktif aku membuka WA, Line, Facebook, Ig, Sms namun tak ada satu pun panggilan atau pesan dari Ardi bahkan pesannya kemarin juga tidak ada satupun yang dijawab.

Sakit itulah yang aku rasakan sekarang. ketika aku butuh semangat dan perhatian dari orang yang aku sayang , malah kesayangan ku tidak ada untuk untuku.

Lalu aku membuka akun facebook milik Ardi dan betapa terkejut nya aku ketika melihat akun facebook milik seorang perempuan men tag foto bersama ardi dengan sangat mesra .

"terimakasih waktunya ar😘" itulah caption foto itu, detik berikutnya akun milik ardi mengunggah status "keysa rani 😘" sakit hancur yang ku dirasakan, air mataku meluncur tanpa di komando dan terus mengalir dengan sombongnya.

Ketika aku mendengar derap langkah yang sepertinya akan menuju ke kamarku, aku buru buru menghapus air mataku dan pura pura tidur.

Author pov

Rais masuk ke kamar inap sahabatnya itu, mati matian rais menahan air matanya melihat wajah sahabat kesayangannya dipenuhi oleh luka dan dikepalanya terdapat 3 jahitan, dan tunggu. Rais merasa ada yang tidak beres dengan Embun.

'apakah embun tidur ? Tapi mengapa bulu matanya berair ?' batin Rais.

Ah sekarang ia tau bahwa sahabatnya itu tengah pura pura-pura tidur dan benarkah embun menangis ?

"Mbun , gausah pura pura tidur, gua tau lo bohong! Bangun cerita sama gua!" ucap Rais penuh penekanan, ia sakit melihat keadaan embun.

Perlahan embun mulai membuka matanya dan seketika itu pula rais memeluknya erat bahkan sangat erat.

"Ehh busyet gak bisa napas gua woyy is!" teriak Embun tepat di telinga Rais.

"Aduduh maaf ya mbun gua reflek hehe" ucap Rais sambil nyengir kuda

"Iye iye gua maapin"

"Mbun, maafin aku ya gara gara gue, kamu jadi kaya gini" ucap rais tak enak hati dan tanpa sengaja air mata mulai lolos dari sudut matanya.

"Ih apaan sih lo, ini bukan salah elo is, ini kecelakaan udahlah gausah merasa bersalah gitu. Dan apa tadi ? Lo pake kata aku kamu ?? Bwahahaha jadi aneh tauk"

"Tapi ini kan salah gua mbun, gua ga tega liat lo kek gini" jawab Rais yang tak peduli dengan Embun yang menertawakan nya tadi.

"Udah is gua gapapa kok,jangan nangis gitu ah udah jelek tambah jelek kalo nangis " canda Embun

"Anjirr lo tu ya lagi sakit masih aja nyebelin-_ "

"Hehe

"Mbun, lo kenapa nangis?" tanya rais dengan nada menyelidik.

"Hahh, a..apaan orang aku ga nangis juga" bohong embun.

"Jangan bohong! Cerita sama gua semuanya"

"G..gua ga bohong is" embun masih enggan jujur. Rais sudah kehilangan kesabarannya.

"Alisha Embun Fazahra gua kenal elo udah lama luar dalem elo gua kenal jadi please! Kalo elo masih nganggep gua sahabat elo jujur sekarang!"

Embun diam dan mulai terisak. Segera rais memeluk sahabatnya itu.
"Nangis mbun, nangis sampek lo lega. Tapi jangan pernah Lo nangis sendirian, Lo punya gue mbun. Inget itu" ucap rais sambil mengusap punggung embun, berusaha menyalurkan kekuatan untuk sahabatnya itu.

Setelah embun merasa sedikit tenang. Ia mulai bercerita segalanya yang terjadi akhir" ini dengan Ardi, dari ia yang memutuskan status mereka sampai unggahan di facebook Ardi, semua embun ceritakan pada Rais.

Setelah menceritakan semuanya, embun merasa sedikit lega. Dan akhirnya ia tertidur.

Tanpa diketahui Rais dan Embun, sejak tadi ada dua mata yang sedang memperhatikan mereka dari balik pintu.

Rais melihat sahabatnya kasihan "gilak si Ardi awas aja kalo ketemu gua bikin pecel !" geram Rais.

Setelahnya orang tua Rais dan kak Fahri datang, dan ia pun pamit untuk pulang karena memang sudah malam. Bunda meminta  Fahri untuk mengantarkan Rais, namun dengan sopan rais menolaknya karena ia membawa motor sendiri.

***

Siapa yang nguping pembicaraan rais dan embun ?

Jodoh Pilihan Allah [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang