khitbah

2.4K 116 2
                                    

" saya ingin mengkhitbah putri bapak" ujarnya mantap.

"Apa?!" kaget gadis di depan tangga

***

Embun pov
Setelah sholat ku putuskan untuk berbaring di ranjangku, ah hari ini rasa nya bahagia sekali ya Allah. Alhamdulillah
'Tok tok tok'
Mendengar pintu diketuk aku segera bangkit dan membuka pintu.
Ternyata bunda yang mengetuk
"Ada apa bun ?"
"Adek bantuin bunda ya bawa kue sama teh buat tamu, bunda tunggu di dapur"
"Siap bunda"
Ku raih khimar di gantungan , dengan asal aku memakainya. Untung saja khimar ini mudah dan gak ribet langsung enak dipakai.
Detik selanjutnya ku langkahkan kaki menuju anak tangga
Perlahan kaki ku dengan lincah menuruni anak tangga, samar samar seseorang dibawah berbicara
Ketika kakiku tepat menginjak anak tangga terakhir , ku dengar kata kata yang tak ingin ku dengar saat sekarang ini
"Saya ingin mengkhitbah putri bapak"
"Apa ?!" sontak aku kaget , ah pasti sekarang ekspresiku sangat memalukan dengan mata melotot dan mulut menganga.
'Astagfirullah apa ini aku baru saja lulus hari ini dan apa ? Seorang pria baru saja memintaku pada ayahku Allahu akbar bagaimana jika ayah menerimanya. Ya Allah lalu apa kabar dengan pendidikan ku ? Apa kabar dengan masa depanku ? Aku masih ingin kuliah , bekerja dan membahagiakan ayah dan bunda. Allaaah'
Batinku frustasi
"Embun.." panggil ayah pelan. Namun aku masih dalam tetap dalam lamunanku
Sampai sebuah tangan mengusap punggung ku dengan lembut, menyadarkan ku dari lamunan panjang ku.
"Bundaa.."
"Duduk dulu yuk sayang" ajak bunda sembari menuntunku duduk.
Kaki ku lemas , jantungku berdetak abnormal dan apa ini pipiku memanas ?
Allah ada apa dengan diriku ?

Aku sama sekali tak berani menatap pria di depan ku ini , dokter azzam ? Arrrrgh kenapa harus pria itu ? Dan kenapa harus aku ? Gadis belia yang sedang mencari jati diri.
Aku hanya bisa menunduk dalam dengan rasa campur aduk , antara marah , kesal , sedih dan bahagia ? Entahlah bahagia ? Untuk apa ? Ah sudahlah , yang jelas aku bingung sekarang -,-

"Ekhemm begini nak azzam , seperti yang kita semua tahu disini putri saya baru saja tamat SMA, pasti nak azzam sudah tau mimpinya masih panjang , apalagi kalian juga sudah kenal lama , saya rasa nak azzam pun tau bagaimana kuatnya embun memegang prinsip" jeda sebentar ayah mengambil nafas
"Jadi apa yang membuat nak azzam berani mengkhitbah putri saya ?" tanya ayah tenang
Dokter azzam menarik nafas detik berikutnya matanya kembali terfokus menatap mata ayah.
"Maaf pak sepengetahuan saya tidak ada solusi orang jatuh cinta selain menikah, masalahnya putri bapak selalu mengganggu pikiran saya.
Bukan saya tidak memikirkan bahwa embun baru saja tamat SMA saya pun sudah berpuasa untuk menahan hawa nafsu saya.  Namun sekali lagi saya gagal menyuruh putri bapak angkat kaki dari pikiran saya. Dan saya tidak mau terlalu banyak menanggung dosa karena menyimpan rasa pada embun"
Jelas dokter azzam tetap tenang
Ayah pun terlihat manggut manggut mendengar jawaban pak azzam.
"Begini nak , kami sebagai orang tua tidak bisa mencegah niat baik nak azzam untuk meminang putri saya , namun disini yang akan menjalani adalah embun, jadi biarkan embun yang memberi keputusan"
Dokter azzam tersenyum menanggapi
Sementara aku ? Allah apa yang harus ku katakan.
Aku ? Dikhitbah ? Dihari kelulusanku ?
Aku masih menunduk dalan tanpa berniat mengangkat kepala , apa yang harus ku katakan ? Aku harus menjawab bagaimana , oh Allah bolehkah aku pergi sekarang ? Aku ingin menangis.

Bunda kembali membelai punggung ku pelan
"Bagaimana sayang ?"
Ku tarik nafas dalam kemudian menghembuskan nya pelan
"Embun perlu waktu." kataku lirih
"Bagaimana nak azzam apakah bersedia menunggu jawaban dari embun ?" tanya ayah
"Saya bersedia pak"
Semua mengucap syukur ketika mendengar jawaban dokter azzam.
Setelah itu aku pamit ke kamar , aku sudah tak kuat berlama lama disana. Sementara mereka masih melanjutkan pembicaraan tentang pekerjaan mungkin entahlah aku tak tahu.

Dikamar
Aku menutup seluruh tubuhku dengan selimut aku tengkurap dan aku menangis sepuasnya, ku gunakan bantal untuk menutupi wajahku agar suara tangisanku sedikit tersamarkan.

Kenapa dokter itu mengatakan itu padahal seingatku dia tahu bahwa aku memiliki hubungan dengan ardi, aku tak yakin dia tahu bahwa aku telah meninggalkannya. Lalu bagaimana dengan pendidikanku ? Aku tak pernah membayangkan jika kuliah dengan status sebagai seorang istri. Aku masih ingin membahagiakan ayah dan bunda , jika aku menikah pasti baktiku akan berpindah pada suami ku. Tangisku semakin pecah ketika mengingat aku yang belum bisa memberikan apa apa untuk kedua orang tua ku , ketika teringat akan hubungan haramku dengan ardi aku semakin merasa berdosa, dan lagi , apa kata teman temanku jika sampai mereka tahu kalau aku menikah ? Ya Allah aku harus apa.

Tiba tiba aku mendengar pintu dibuka, lalu suara langkah kaki terdengar menghampiri ranjangku.
"Assalamualaikum sayang"
Aku mengenal suaranya , suara orang yang sangat ku sayangi , suara cinta pertamanya.
"Waalaikum salam yah" jawabku pelan.
"Ayah tahu perasaan kamu , ayah gak mau ngomongin ini sekarang karena pasti kamu juga butuh waktu sendiri dulu. Ayah cuma mau bilang , bahwa rencana Allah itu yang terbaik , baik menurut kamu belum tentu baik menurut Allah nak. Sholatlah pinta petunjuk padaNya. Jika kamu mau berbagi, alasan kamu pertimbangan kamu atau apapun itu ayah dan bunda selalu ada buat kamu" ucap ayah lembut sambil mengusap kepalaku.
Sementara aku masih diam tanpa berniat ingin berbicara , namun aku mendengar dengan jelas perkataan ayah tadi
" ya sudah sekarang kamu istirahat ya , sudah malam , selamat tidur putri ayah , jangan lupa doa ya " kata ayah sebelum beliau pergi.
Setelah mendengar pintu ditutup. Aku merubah posisiku , aku duduk bersandar di kepala ranjang.
Tiba tiba kata kata ayah kembali teringat olehku
"Ayah cuma mau bilang, bahwa rencana Allah itu yang terbaik, terbaik menurut kamu belum tentu terbaik menurut Allah. Sholatlah , minta pentunjuk padaNya"

Segera ku langkahkan kaki ku menuju kamar mandi , dan mengambil air wudhu.
Selesai sholat aku berdoa , ku adukan semua nya pada Robbku. Ku ceritakan semua beban ku , termasuk beberapa alasan yang menjadi pertimbangan ku. Tak lupa akupun  mohon petunjuk kepada Robb ku tentang jawaban yang harus kuberikan pada dokter azzam.
Selesai sholat , aku kembali membaringkan tubuh di ranjang , aku berniat istirahat kali ini. Fisik dan hatiku sudah lelah , aku yakin besok pagi mata ku akan terlihat seperti di sengat lebah karena terlalu banyak menangis tadi.
Setelah membaca ayat kursi dan doa sebelum tidur , aku pun terlelap.

***

Assalamualaikum 🙏
Jodoh pilihan Allah update lagi nih
Masih ada yang inget cerita ini nggak ?
Enggak yaa ? 😂
Maafkeun udah lama gak update , kalau kalian lupa mohon berkenan baca lagi dari part satu yah 😁
Kemaren author ada ujian soalnya , terus setelah ujian ya kena sindrom males hehe 😁 abis kehilangan ide akunya🙈
Tapi insya allah sekarang mau di lanjut lagi ceritanya
Insya allah juga bakal ada kejutan" manja di part" berikutnya 😂, tentang embun dengan , emm ardi atau azzam ?
Cocokan yang mana ? 😋

Oke gitu aja ya , sekali lagi author minta maaf , dan bagi kalian yang lupa alurnya mohon berkenan baca lagi yaa
Semoga ga bosen 😊

Wassalamualaikum

Jodoh Pilihan Allah [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang