Seperti biasa embun meminta turun di perempatan sebelum masuk gang rumah nya. Dan seperti biasa pula azzam yang selalu menolaknya.
"Turunin saya disini dok" pinta embun
"Gak! Saya gak mau di cap sebagai laki laki gak tanggung jawab karena nurunin anak gadis orang di jalan, saya harus pastiin sampai kamu masuk rumah" tegas azzam
"Ihh dokter kok ngeyel sih, embun bilang turunin disini !saya pasti bakal masuk rumah kok, lagian nanti dokter juga lewat depan rumah saya kan, pasti bisa lihat saya masuk rumah " kekeh embun yang terus meminta diturunkan di jalan
"Enggak!" tegas azzam
"Dokter nggak berhak ngatur saya" ucapan embun lalu membuat azzam sadar siapa dirinya. Akhirnya dengan terpaksa ia menghentikan mobilnya di dekat gang masuk ke arah rumah embun.
"Nah gitu, makasih buat semuanya dok , assalamualaikum" pamit embun setelah dia berhasil turun dari mobil.
"Waalaikum salam" jawab azzam datar, ia masih kepikiran tentang omongan embun tadi 'dokter gak berhak ngatur saya' siapa dirinya ? Kenapa ? Kenapa sakit sekali rasanya. Apa , apa dia menyukai gadis itu ?
'Tiiiiin' suara klakson mobil dibelakang azzam menderu kecang memekakkan telinga.
"Astagfirullah" azzam tersadar jika mobilnya menghalangi jalan, buru buru ia melajukan kembali mobilnya.Embun pov
Cepet cepet gua berjalan kerumah, sampai didepan rumah pagar masih ditutup rapat pintu rumah juga masih ke tutup rapat.
"Kok sepi banget sih , ayah, bunda, sama kak fahri kemana ya" gumamku sembari berjalan memasuki rumah , beruntung bunda memberikan kunci serep nya kepadaku.
"Assalamualaikum" ucapku lirih sambil berjalan hati hati menuju kamar. Anggap saja sekarang aku sedang sembunyi dari amukan masa. Namun seperti nya ada yang aneh, rumah sepi sekali kemana bunda dan ayah juga kak fahri ? Cepat cepat aku masuk ke kamar dan membersihkan diri "ah waktu ashar habis , yaudah lah nanti aja di qodho sama magrib" gumamku sambil menyisir rambut panjang ku. Setelah selesai dengan kegiatan gua, gua putusin buat nyari mereka.Namun setelah gue cari ke semua ruangan dan gua sama sekali gak nemuin tanda tanda adanya mereka dirumah.gua putusin buat kembali ke kamar dan menelpon bunda.
Nada sambung terdengar, setelah diangkat.
"Assalamualaikum bunda dimana ?" tanyaku spontan
"Waalaikum salam, ini bunda masih dikantor ayah ada pertemuan dengan klient ayah dari brunai"
"Terus kak fahri kemana bun ?"
"Kakak kamu tadi masih ngerjain tugas kelompok dirumah temennya , sebentar lagi juga pulang kamu tunggu aja"
"Tap.."
"Bunda tutup dulu ya acaranya mau dimulai nanti bunda sama ayah pulang malem sayang , assalamualaikum" belum sempat embun melanjutkan kalimatnya bunda sudah memotong dan menutup telepon nya begitu saja.
Akhirnya gua putusin untuk kekamar dan istirahat. Kasihan tubuh dan pikiran gua.
Embun pov offPukut 20.30 kak fahri baru pulang.
"Wiih kakak bawa apaan tuh" tanya ku antusias melihat kak fahri masuk membawa tas kresek yang ku yakini isinya adalah makanan.
"Nih martabak kesukaan kamu" jawab fahri sambil menyerahkan tas kresek itu pada embun
"Waah kakak tau aja aku lagi laper hehe, makasii kak" ucap embun sambil memeluk kakaknya
"Ihh kakak bauk" ledek embun
"Biar bauk tetep ganteng kan" jawab fahri dengan pede nya
"Idiih pede gilak" sewot embun
"Udah kakak mau mandi dulu" ucap fahri sambil berlalu menuju kamar. Sementara embun langsung ngacir ke ruang tengah, menyalakan tv dan menikmati martabaknya.Fahri turun dengan baju yang sudah berganti dan terlihat lebih fresh. Ia hanya bisa geleng geleng kepala melihat kelakuan adiknya yang tertidur pulas diatas sofa setelah memakan habis satu kotak martabak kesukaannya.
Dengan sigap fahri menggendong embun menuju kamar dan menidurkannya di atas tempat tidur.
Setelahnya ia langsung kembali ke kamar dan istirahat karena tubuhnya sudah sangat lelah seharian ini.Keesokan harinya
Pagi pagi sekali embun sudah berada di kelasnya, ia hanya melamun dengan tatapan kosong. Tadi pagi selepas sholat subuh ia langsung mandi dan berangkat, sengaja ia tak berpamitan pada orang tuanya karena pagi ini ia menghindari sarapannya, hanya sebuah memo yang ia tempelkan dipintu kamar yang menjadi tanda bahwa ia sudah berangkat. Pagi ini ia juga tak menikmati suasana pagi seperti biasanya. Entahlah semua terlihat abu abu sekarang.Senyum itu kembali hilang, binar bahagia dimatanya juga telah redup kembali. Rais sangat menyadari hal itu, namun dia memilih diam. Embun pasti akan cerita kepadanya ,nanti setelah ia tenang. Yang sekarang rais lakukan adalah mencoba membuat embun tersenyum, meski senyum itu palsu.
Dan semua itu berlangsung sudah hampir seminggu, membuat rais kehilangan kesabarannya. Embun sekarang telah benar benar berubah, ia sangat tertutup bahkan kepada sahabatnya sekalipun. Sore ini mereka sedang berada ditaman sekolah dengan embun yang sibuk membaca novel kesukaannya. Dan kini saatnya rais bertanya pada embun.
"Mbun.." panggil rais pelan
"Hmm" hanya gumaman,mata embun masih fokus pada novel ditangannya
"Alisha embun fazahra" panggil rais sedikit lebih kencang dari sebelumnya. Dan itu membuat embun menoleh dan dengan malas menjawab pertanyaan rais
"Apa sih is ?" sebal embun
"Lo anggep gua apa mbun" suara rais sedikit aneh, ia sedang berusaha mati matian menahan amarahnya.
"Tanpa perlu gua jawab lo udah tau jawabannya kan" jawab rais sambil mengalihkan kembali pandangannya ke novel.
"Jawab gua!" bentak rais. Embun yang dibentak hanya mematung. Pasalnya dia sangat tidak bisa dibentak. Rais sadar tidak seharusnya ia membentak embun. Dalam sesi ini ia sudah berjanji pada dirinya sendiri tak akan menggunakan emosi.
"Maafin aku mbun" ucap rais lembut sambil mengusap tangan embun yang dingin. Namun, embun masih saja mematung "Mbun, kalo kamu nganggep aku sahabat kamu tolong bagi duka kamu ke aku. Aku mohon aku gak bisa lihat kamu kayak gini.kita lewati semua ini bareng. Kita sahabatan udah lama, dan kamu masih ragu sama aku ? Bilang ke aku apa yang buat kamu gak mau cerita ke aku, aku bakal perbaiki mbun"kata rais pelan matanya menatap lekat mata bening embun.
Perkataan rais benar benar membuat embun merasa bersalah, tanpa sadar satu tetes kristal bening berhasil jatuh dari pelupuk matanya.
"Maaf is, aku gak bermaksud kayak gitu. Aku cuma gak mau terus terusan ngrepotin kamu. Selama ini aku udah sering banget nyusahin kamu" jawab embun dengan suara bergetar menahan tangis.
"Kita sahabat kan ? Aku seneng direpotin sama kamu mbun kita sodara kita lewati semuanya sama sama yah"
"Makasih is, makasih buat semuanya" ucap embun seraya memeluk rais, air mata yang selama seminggu ini ia tahan, tumpah sudah. Rais mengusap punggung sahabatnya itu, mencoba memberikan ketenangan dan menyalurkan kekuatan untuk embun. Setelah merasa tenang, akhirnya embun menceritakan semuanya pada rais.
"Ini gak bisa dibiarin! Gua harus kasih perhitungan sama ardi!" marah rais , ia sudah hendak melangkah menuju kelas ardi namun embun mencegahnya
"Jangan! Udah biarin aja. Gausah bahas dia lagi" cegah embun
"Tapi mbun"
"Please is" mohon embun.
"Oke, tapi janji sama gua lo harus kuat, lo gak boleh terus terusan terpuruk kayak gini! Masih banyak yang sayang sama elo, masih banyak yang peduli sama elo mbun. Air mata lo terlalu berharga buat nangisin pria brengsek kayak ardi" ucap rais sambil kembali memeluk embun.
"Iya gua janji gua kuat" jawab embun penuh ragu.
"Yaudah ke kelas yok bel udah lewat 5 menit yang lalu, keburu bu Sinta dateng nanti" ajak rais. Akhirnya mereka pun kembali ke kelas.Jadikan Al Quran bacaan utama 💕
Afwan baru bisa ubdate
Tolong dong vote comment nya kak 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Allah [ PROSES REVISI ]
SpirituellesBagaimana jika kamu begitu mencintai seseorang yang selalu menyakitimu , dan membuat kamu tidak sadar bahwa ada seseorang yang begitu tulus sayang kamu yang sedang mati matian berjuang dihadapan Rabb nya , yang kini sedang menikungmu lewat doa. Inil...