bimbang

2.2K 109 0
                                    

"Aku percaya padaMu ya Robb. Pilihkan lah aku penyempurna agama yang terbaik diantara yang baik"

Embun terbangun tepat pukul tiga dinihari. Tepat sepertiga malam , waktu mustajab untuk berdoa. Ia berusaha melawan rasa malas nya dan segera beranjak mengambil air wudhu.
Selesai wudhu embun meraih mukena di gantungan dan hanyut dalam heningnya malam bersatu dengan yang menguasai malam.

Selepas salam terakhir , tangan embun terangkat dan kemudian berdoa. Setetes , dua tetes kristal bening mulai turun dari pelupuk mata embun , tak berapa lama tetesan itu menjadi semakin deras , dengan rintihan menyayat memohon ampun pada Sang Illahi.

Gadis itu teringat akan banyak dosa yang ia lakukan , terutama tentang zina. Ia takut, bayang bayang masa lalu nya yang kelam seolah diputar ulang di memorinya.
Bayangan ketika ia dan ardi bermesraan , bergandengan tangan, rangkul rangkulan , berdua an dan lainnya.
Bayangan ketika ia menghianati kepercayaan kedua orang tuanya.
Ketika ia berbohong hanya untuk bertemu dengan Ardi semuanya.
Entah kenapa pagi itu ia seolah lupa bahwa ia harus berdoa untuk keputusannya. Saat itu dia hanya merasa menjadi wanita hina, ia terus menangis dalam dzikir panjangnya, air mata seolah tak mau berhenti mengalir seiring dengan kalimat istigfar yang ia ucapkan.

"Allahu akbar , Allahu akbar "
Adzan subuh berkumandang, embun segera menyelesaikan dzikirnya kemudian bersiap sholat subuh.

Selesai sholat , ia duduk di meja belajarnya. Meja itu terlihat sedikit berantakan , ia berniat membersihkannya.
Ia susun buku buku pada rak tak lupa pula ia memilih buku yang sudah tidak terpakai untuk di museumkan :v
Ketika hendak memindah buku ke tumpukan buku tak terpakai di bawah mejanya , ia melihat buku bersampul merah muda yang terlihat menarik. Diraihnya buku itu. Setelah meletakkan buku buku tadi , embun duduk dan membuka lembar pertama buku pink itu.
Namaku Alisha Embun Fazahra
Aku suka embun dan hujan..

Embun tersenyum membacanya , ternyata ini buku diarynya dulu. Ketika hendak membuka lembar berikutnya seseorang mengetuk pintu kamarnya.
'Tok tok tok'
"Assalamualaikum sayang , bunda masuk ya" ucap seseorang di balik pintu , yang tak lain adalah bundanya
"Waalaikum salam bunda"
"Putri bunda sudah sholat subuh ?" tanya bunda
"Sudah bunda"
"Mau bantuin bunda buat sarapan ?"
"Mau dong , ayok bun" ia tersenyum. Karena dia tak ingin membuat orang tua nya khawatir dengan keadaannya.

Embun pov

aku yakin mereka mengira aku akan sangat tertekan dengan lamaran dokter azzam kemarin. Apalagi yaa aku kan masih kekanak kanakan dan manja sekali , pasti mereka berpikir akan kemungkinan kemungkinan buruk , jika aku berbuat nekat misalnya , aku tertawa geli membayangkannya . Mana mungkin aku akan sampai seperti itu , bekal buat akhirat saja masih kurang banyak. Dan soal lamaran ? 'Astagfirullah' , aku bahkan tidak memikirkannya, tadi pagi pun aku juga  tak berdoa sedikit pun tentang lamaran dokter azzam.
aku menepuk jidat pelan.
"Kenapa mbun ?" tanya bunda yang melihat tingkah anehku.

"Gapapa kok bunda " , kemudian aku beranjak mengambil air untuk membuat minum.  Sementara bunda kembali fokus dengan nasi di wajannya.

Setelah semuanya siap kami membawa makanan ke meja makan , disana sudah ada ayah dan kak fahri yang sedang mengobrol santai.
Melihat aku dan bunda datang membawa makanan , mata kak fahri terlihat berbinar.
"Wooaaa nasi goreng , pas banget fahri lagi pengen , duh bunda tau banget" ucapnya sambil menyendok nasi ke mulutnya
"Kalau makan itu doa dulu, nunggu yang lain lebih bagus , kakak mah gak korsa huu" sindirku
"Hehe nyobain mbun ah elahh dikira lagi baris apa pake acara korsa segala , iya deh iya yang anak paskib mah" jawab kakak ku yang membuat kami semua tertawa
Setelahnya kami sarapan bersama , sambil sesekali bercanda. Dan ayah maupun bunda sama sekali tak membahas soal lamaran dokter azzam atau pun menanyakan jawabanku. Sepertinya dugaan ku benar bahwa ayah dan bunda merasa aku sangat tertekan dengan lamaran itu , padahal kenyataannya biasa saja. Entahlah kenapa bisa seperti ini , padahal kemaren aku begitu frustasi mendengar dokter azzam melamarku.
Dan lagi , kak fahri ? Entah kakak ku itu tau atau tidak bahwa adek kecilnya telah dilamar kemarin.

Jodoh Pilihan Allah [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang