semua telah berbeda

2K 97 0
                                    

Pagi ini embun bersekolah seperti biasa. Biasanya setiap pagi ia pasti sudah disambut ardi di parkiran tapi kali ini tak ada , tadi malam juga tak ada nasihat nasihat ibu ibu rempong yang selalu mengingatkan nya qiyamul lail dan sarapan .
'Ya Allah kuat kan aku' bisik embun pada dirinya sendiri. Sungguh ia sangat tidak terbiasa tanpa hadirnya ardi disampingnya. Memang bagian tersulit dari merelakan adalah bukan sekedar mengucapkan selamat tinggal untuk melepas dia pergi bersama yang lain , namun ketika kita harus belajar berdiri sendiri menjalani hari sendiri berjalan sendiri tanpa dia yang dulu selalu ada untuk kita.
Dan itu yang embun rasakan sekarang.

Disinilah embun sekarang , di perpustakaan bersama sahabatnya rais . embun yang sibuk dengan novel bergenre romance sedangkan rais yang sedang tidur dengan posisi wenaknya.
"Assalamualaikum embun" suara seseorang menginterupsi embun untuk menjeda sejenak kegiatannya.
"Waalaikum salam , eh faiz" jawab embun kikuk
"Hai , lagi apa nih"
"Em ini baca buku". Embun sudah hendak membangunkan rais karena merasa tak enak dengan faiz .
"Udah jangan dibangunin biarin aja gapapa kok" intrupsi faiz ketika tangan embun hendak menyentuh bahu rais. Akhirnya, embun menurut.
" kamu suka novel yah"
"Iya suka banget"jawab embun mulai antusias
"Kenapa ?"
"Novel buat aku bukan sekedar pengisi waktu luang , tapi bagai sahabat yang slalu bercerita tentang kisahnya sehingga kita bisa menjadikan pelajaran,gitu"
"Aku aja ga pernah mikir sampek sejauh itu , kalau baca ya tinggal baca aja "
" pastikan setiap hal yang kita lakukan selalu bermakna iz , dan untuk memakainya itu adalah tugas kita". Faiz hanya manggut manggut mendengar penjelasan embun . ia semakin dibuat kagum dengan gadis didepannya ini.
Mereka pun berbincang bincang hingga jam istirahat selesai . karena terlalu asyik mengobrol mereka tidak sadar , sejak tadi ada sepasang mata yang mengamati mereka dengan nanar .

Ardi pov
Embun udah bahagia banget tanpa gua , terus buat apa disini gua masih ngarepin dia .
Buat apa perasaan ini masih gua simpen , toh kenyataannya orang yang miliki perasaan gua saat ini telah menemukan pengganti.
Ardi pov off

Ardi dan embun adalah anak manusia yang saling mencintai , namun berfikiran untuk saling menjahui karena sebab yang tak pasti.

Dan mulai saat itu semua telah berbeda , segalanya tentang mereka telah berubah. Tidak ada lagi sapaan hangat ketika bertemu bahkan senyum pun tak ada , hanya sekilas pandang melepas rindu yang membelenggu. Sama sama berdiam dalam sesak , sama sama memendam dalam luka

***

Sudah hampir 2 minggu mereka berlaku seperti orang asing.
Embun yang biasanya selalu hadir dengan senyumnya sekarang tidak lagi , hanya matanya yang mengisyaratkan luka .
Begitu pun ardi tawa nya hanya sebuah topeng penutup luka. Mereka sama sama menyiksa diri mereka dengan rindu yang tak kunjung terobati temu. Sama sama menyiksa diri dengan ego masing masing yang menyiksa kedua hati.
Rais dibuat bingung dengan keadaan ini , pasalnya selama ini  pasangan ini lah yang selalu mewarnai hari harinya . dengan embun yang cengeng , cerewet dan manja sedangkan ardi dengan sifat tengilnya. Jujur saja bukan hanya embun dan ardi yang merasa kehilangan dunianya , rais pun merasakannya. Terlebih lagi sahabat nya embun yang berubah drastis , embun yang dulunya cerewet sekarang jadi pendiam dan jadi sering menghabiskan waktunya di perpustakaan.
"Mbun" panggil rais pelan
"Hmm" yang hanya dijawab gumanan oleh embun
"Iih mbun gua mau tanya nih" kesal rais sambil memutar paksa tubuh embun menghadap ke dirinya
"Apa sih is ?"
"Jangan kaya gini mbun"
"Maksud kamu apa sih"
"Lo bilang maksud  gua apa ?" ucap rais dengan sinis , sedangkan embun hanya mengerutkan dahi nya pertanda tak mengerti dengan ucapan sahabatnya itu.
"Alisha embun fazahra sahabat gua nggak kaya gini! Dia bukan seorang pengecut yang lari dari masalah! " ucapan rais benar benar menampar embun .
"Is..."
"Embun yang gua kenal bukan embun yang pendiem kaya gini ! Bukan embun yang sok sok an kuat sok sok an tegar ! Bukan embun yang gampang nyerah! Kalo lo sayang dia ! Perjuangin mbun , gua tau cinta lo ke ardi lebih besar dari kecewa lo ! Tapi lo ingkari hati elo sendiri ! Dan ngelampiasin semua ke diri lo !" belum sempat embun melanjutkan kalimatnya , rais sudah memotong nya . embun benar benar sudah tidak tahan , ia berdiri dari duduk nya
"Apa pantas seorang wanita mengemis cinta pada lelaki yang telah mendua ? Gua capek is luka gua belum sembuh , dan gua gak sanggup buat nambah luka lagi" setelah itu embun beranjak dari tempatnya
"Tunggu!" cegah rais ketika embun baru berjalan beberapa langkah .
"Gua tau lo capek , lo capek karena lo kehilangan pelangi dan matahari lo , lo capek harus terus terusan nahan rindu di hati elo. Lo gak akan pernah tau luka atau bahagia yang akan lo dapet sebelum lo coba perjuangin dia mbun !" embun mendengarkan tanpa menoleh ke rais , dan tepat setelah rais menyelesaikan kalimatnya , embun langsung berlari menjauh , jauh.Saat ini ia hanya ingin berteman dengan angin .

Embun berlari ke kelas dan mengambil tas nya , ia bergegas meninggalkan sekolah yang sudah sepi . karena memang bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu , embun dan rais memang sengaja ingin mengerjakan tugas di perpustakaan tadi.
Ketika hendak kuar kelas hujan mengguyur dengan derasnya.
"Mbun !" teriak rais sambil berlari tegopoh gopoh . namun embun tidak memperdulikannya , ia berlari menembus hujan.
Embun terus berlari sampai akhir nya ia sampai di sebuah taman , embun langsung menjatuhkan dirinya di atas tanah berumput , tangisnya pecah .
Ia rindu , ia ingin kembali , ia tak bisa sendiri . namun ia takut kecewa lagi,takut terluka lagi ia sungguh takut.

Tiba tiba hujan tidak lagi membasahi embun , padahal disekitarnya ia masih merasakan air itu jatuh ke bumi. Embun mendongak ke atas .
"Berteduh! Nanti kamu sakit" perintah pria itu
"Nggak! Pergi tinggalkan aku sendiri!" tolak embun . namun pria itu tak kunjung pergi , ia masih tetap ditempatnya , dengan posisi yang masih sama yaitu memayungi embun yang sudah terlanjur basah kuyup.
"Kenapa kamu gak pergi ?!"
"Aku bakal pergi , kalau kamu pergi"
"Ck." akhir nya embun menyerah , ia beranjak dari tempatnya . menuju salah satu bangku taman berpeneduh .

Pria itu duduk disamping embun
"Ngapain sih lo ikutin gu.. Loh dokter azzam ?!"
Bukannya menjawab pertanyaan embun , azzam malah melepas jaketnya lalu menyampirkannya di pundak embun .
"Laa tahzan innallaha ma'ana " ucapnya lalu berlalu pergi begitu saja , meninggalkan embun yang masih dengan ekspresi cengo nya.

Azzam pov

Hujan turun sangat lebat sore ini , gua emang bawa payung tapi kalo gua jalan kemobil sekarang ga jamin deh baju gua bakal tetep kering apa lagi jarak mobil gua dari sini bisa dibilang lumayan jauh. Samar samar gua lihat perempuan lari larian dari arah barat. Ck tu cewek udah SMA masih aja doyan main ujan ujanan . eh tapi tunggu , kok kayak kenal , itu bukannya embun yah , dan tunggu dia kayak nangis gitu ekspresinya. Kenapa hati gua sakit gini lihat dia kek gitu. Astagfirullah.
Ku langkahkan kaki ku menembus hujan dengan payung ya,yang hanya melindungi ku sedikit dari hujan . kuhampiri dia yang sedang bersimpuh di atas tanah berumput dengan punggung bergetar , dia benar benar menangis. Tak ada kata kata yang terucap dari mulutku , rasanya mulut ku kelu untuk berbicara. Hanya payung ini sudah ku alihkan agar melindungi tubuhnya dari hujan , dan membiarkan hujan membasahi ku. Sepertinya dia merasa ada yang aneh , lantas dia mendongak ke atas.
"Berteduh! Nanti kamu sakit" kataku
"Nggak! Pergi tinggal kan aku sendiri!" tolaknya. Gadis ini sungguh keras kepala. Dan tunggu kenapa aku masih disini ? Kaki ini seolah enggan diajak pergi , kenapa rasanya gak tega lihat dia kek gini ya . astagfirullah.
"Aku bakal pergi , kalau kamu pergi" ucap ku akhirnya. Dan itu berhasil membuat dia beranjak dari tempatnya meskipun dengan berat hati. Entahlah kenapa juga gua malah ngikutin dia dan disini gua sekarang duduk disamping gadis keras kepala ini, eh jangan salah jarak kami jauh soo tenang aja :D.
"Ngapain sih lo ikutin gu.. Loh dokter azzam!" kalimat nya terpotong ketika dia nengok ke arah gua. Ck gua kira tadi udah tau kalo gua azzam , ah mungkin karena hujan jadi ga kelihatan jelas. Gua kira dia udah cukup tenang , namun kelihatannya dia kedinginan. Akhirnya kuputuskan memberikan jaketku padanya , oh oke memang aku yang menyampirkan dipundaknya . bukan apa apa kok , gua takut nya dia nolak ,padahal tubuhnya butuh banget jaket itu. Bukan seuzon juga cuma antisipasi, hehe.
"Laa tahzan innallaha ma'ana" itu dia kalimat terakhir gua , sebelum gua pergi tinggalin tu bocah sendiri. Entahlah gua ga tau kenapa dari sekian banyak kalimat yang terangkai manis di otak gua , hanya itu yang berhasil gua katakan.
Gua bukannya gak mau nolong dia lebih , gua juga ga mau ninggalin dia sendiri . tapi jantung gua selalu maraton kalo lagi deket sama dia. Jadi gua putusin jagain dia jarak jauh , ya seenggaknya sampai dia dapat kendaraan pulang.
Azzam pov off

Setelah embun berhasil menguasai dirinya , akhirnya ia memutuskan untuk pulang , karena ini sudah sangat sore. Pasti bundanya cemas.
Ia memutuskan untuk naik taksi. Kebetulan tak jauh dari ia berteduh , ada supir taksi yang juga sedang berteduh.

Afwan , ceritanya makin gaje ya.. Mohon keritik dan saran nya

Jodoh Pilihan Allah [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang