duka yang sama

1.7K 82 2
                                    

Aku benci seperti ini! Aku benci harus pura pura tak peduli dan mengabaikanmu. Sungguh aku benci!

Dan disinilah mereka sekarang. Dibangku taman dibawah pohon yang rindang detemani rintik hujan yang mulai membasahi bumi.
Tak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir keduanya. Mereka sama sama bungkam, sibuk dengan fikiran mereka masing masing.sampai akhirnya deheman ardi membuka pembicaraan mereka
Ehemm
"Mbun.." panggil ardi pelan.
Yang dipanggil hanya menoleh kan kepalanya tanpa berniat menjawab
"Ada apa ?" tanya ardi bodoh.
Embun diam lidahnya kelu dia hanya mampu menatap dalam mata ardi, berharap pria itu tau maksud kedatangannya. Sedangkan ardi, ia hanya mampu menunduk , ia paham, sangat sangat paham maksud dari tatapan embun. Lagi dan lagi, ia kembali menorehkan luka lebih dalam pada wanita ini. Salahkah caranya ?
'Arrrrggggh' ardi menjambak rambutnya kesal.
Embun kaget
'Astagfirullah jangan jangan ini pengaruh heroin? Ganja ? Atau nikotin ? Ya ampun sejauh itu kah ardi sekarang ? Bagaimana dengan penyakit jantungnya ? Apa orang tuanya tau ? Ya Allah ini karna ku, aku harus ba...'
Lamunan embun terhenti karena tiba tiba sepasang tangan mengguncangkan bahunya
"Mbun hei malah ngelamun" ucap ardi, dan ya tangan itu adalah milik ardi
"Eh egg enggak kok" ucap embun linglung
"Mikirin apa ?" tanya ardi
"Kamu" jawab embun spontan
"Eh enggak masya allah , emm tadi aku mikir anu emm " gugup embun , bisa bisa nya mulutnya ember begitu.
"Hahaha ciye" goda ardi
"Ih apaan , ardi nyebelin.auk ah aku ngambek" rajuk embun
"Uluh uluh kalo ngambek kan makin cantik" spontan ardi mencubit pipi embun dan spontan juga embun menengok kesamping , tatapan mereka bertemu lagi. Untuk kedua kalinya tatapan mereka bertemu lagi,dan rasanya masih sama, debaran jantung mereka masih sama.
Sepersekian detik kemudian ,embun tersadar,cepat cepat ia memalingkan wajahnya.
Akan kah kali ini dia kembali kepelukan ardi ?

Hening
Setelahnya tak ada yang memulai pembicaraan. Sampai tiba" ardi membuka pembicaraan
"Mbun?"
"Engg.. Ya ?"
"Kenapa tadi kamu nyamperin aku ?" tanya ardi pelan
"Apa maksud surat kamu ? Kenapa kamu jadi seperti ini sekarang ?" tanya embun to the point
"Engg.. Oh itu , ya beginilah aku sekarang mbun"
"Kenapa jadi gini ? Kamu bukan ardi yang aku kenal, mana ardi yang suka ceramahi aku soal agama ? Yang suka kasih motivasi aku ? Yang benci banget sama rokok ? Dan sekarang apa ? Kamu berubah total ar !berubah! Kenapa ? Mana ardi yang dulu mana ?" ucap embun penuh penekanan, ia sudah tidak bisa lago membendung semua nya airmata nya bahkan perasaannya sekalipun.
"Aku gak bisa tanpa kamu, kamu yang selama ini bawa pengaruh baik buat aku kamu yang slalu ada kamu yang jadi pegangan aku sekarang udah gak ada lagi mbun , kamu udah benci sama aku iya kan ? Udahlah gausah sok peduli" ucap ardi tak kalah sedih
"Kalau boleh milih aku gak mau peduli lagi sama kamu ar. Buat apa peduli sama orang yang udah nyakitin kita ? Tapi kamu lihat apa ? Sekarang aku disini karena apa ? Kamu masih belum paham ?"
Ardi hanya diam, dia setengah tak menyangka bahwa embun masih memperdulikannya , orang yang udah jelas jelas sakitin dia.
"Yaudahlah kalau kamu gak paham, aku pulang aja" lalu ia beranjak hendak pergi, namun tiba tiba tangannya dicekal oleh ardi
"Maafin aku mbun" ucap ardi bersalah
"Aku udah maafin kamu ar" ucap embun di ikuti dengan senyumnya
" maukan bantu aku kembali kayak dulu lagi ?"
" iya mau" jawab embun masih dengan senyum tulusnya.

❤❤❤

Keesokan harinya kisah mereka dimulai kembali. Semua kembali seperti dulu, namun embun merasakan ardi sekarang benar benar berbeda , dari cara dia ngomong dan leluconnya pun tak seasyik dulu. Embun menyadari mungkin itu hanya karena pengaruh pergaulah ardi akhir akhir ini, dan embun bertekad untuk merubahnya.
"Aa' sekarang memang beda sih , ya wajar saja kan pergaulannya kemaren kek gitu, aku harus bisa ngembaliin aa' kayak dulu" tekad embun dalam hati.

Hari demi hari berlalu , akhirnya rais mulai mengetahui kalau embun kembali bersama ardi , sebenarnya ia sangat kecewa dengan keputusan embun untuk kembali bersama ardi , bagaimana pun ardi telah membuat sahabatnya itu sakit hati tapi apa boleh buat jika embun bahagia bareng ardi , sebagai sahabat ia hanya bisa mendukung embun karena ia percaya bahwa embun tahu mana yang terbaik buat dirinya sendiri.

Hampir empat minggu sejak kembalinya ardi dikehidupan embun, namun belum ada perubahan sama sekali akan sikap ardi , bahkan ardi lupa akan kebiasaan kebiasaan yang dulu pernah ia lakukan bersama embun, dan tentu saja itu membuat embun sakit hati. Tapi embun masih tetap bertahan.

Suatu hari ketika embun selesai latihan menari , ia sedang menunggu kak fahri menjemputnya.
Perlahan rintik air mulai membasahi bumi, jilbab putih itu berterbangan ditiup angin membuat gadis itu nampak anggun.
Tiba tiba sebuah mobil silver berhenti didepannya, selang beberapa detik kaca mobil itu di turun kan
"Kamu nunggu siapa ?"
"Loh dokter azzam ngapain disini ?" bukannya menjawab pertanyaan azzam embun malah balik bertanya
" bentar lagi hujan nanti kamu sakit, saya gak mau kalau kamu sampek sakit" ucap azzam spontan
"Hahh apa ? Maksud dokter ?"
Balas embun curiga, membuat azzam salah tingkah
"Engg... Itu kalau kamu sakit saya jadi repot" jawab azzam sekenanya
"Kan emang tugas dokter itu mah , kalau gak mau repot karena orang sakit ya gak usah jadi dokter" kata embun sinis, sepertinya azzam salah bicara tadi -,-
"Udahlah , kamu ngapain berdiri disitu udah mau hujan ini , nungguin siapa sih, udah sore juga belum pulang"
Mata embun mengamati sekitar , ia mencari sosok kakaknya agar dia bisa segera lepas dari dokter aneh ini, namun sebanyak embun menyapukan  pandangannya sosok kakaknya itu belum juga nampak batang hidungnya.namun justru sosok tinggi berkulit putih dengan mata sipitnya yang tajam ,embun begitu mengenal sosok itu , bukankah itu ardi ? Lantas siapa wanita di sampingnya ? Kenapa mereka mesra sekali ? Gandengan tangan , bercanda an , sungguh keterlaluan! cukup sudah embun muak!
"Dokter kenapa jadi cerewet sih, kenapa ngurusin hidup saya , udahlah jangan sok peduli sama saya, mau saya sakit mau saya kehujanan ,kepanasan atau apa deh itu bukan urusan dokter! Kalau dokter merasa direpotkan dengan sakitnya saya saya bisa cari dokter lain! Permisi, assalamualaikum" ucap embun begitu kasar
"Tapi.." azzam berniat menyanggah perkataan embun, namun belum sempat ia menyelesaikan kalimat nya embun sudah memotongnya
"Dokter bukan siapa siapa saya!" bentak embun, dan itu benar benar membuat azzam diam.
" saya yang pergi atau dokter yang pergi ?!" tanya embun
Namun yang di tanya hanya diam mematung.
" oke berarti saya yang pergi" lalu embun beranjak pergi, ia berhenti di sebuah halte tak jauh dari tempatnya tadi.
Ia menangis disana ditemani rintik hujan yang semakin kerap membasahi bumi

Sementara azzam pun tidak kunjung beranjak dari tempatnya, ia masih tetap disana , meskipun sudah terang terang di usir ia akan tetap disana, hari sudah hampir gelam dan ia harus memastikan embun sampai rumahnya dengan selamat.
'Saya memang bukan siapa siapa kamu, saya gak berhak ngatur hidup kamu. Tapi perlu kamu ketahui saya sakit melihat mu sakit seperti ini , embun..'
Ucap azzam dalam hati

Jadikan Al Quran bacaan utama 💕

Sorry for typo 😁

Jodoh Pilihan Allah [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang