Kode

50 2 0
                                    

Seperti biasa, aku ditempat sumber inspirasi dengan bekal-bekal yang setia menemani. Begitu terasa inginku ada dalam lingkaran menunggu. Menunggu dentum irama notifikasi darimu. Entah aku gengsi atau malu untuk mengutarakan rindu karena dentum irama notifikasi yang ku beri padamu selalu buntu tapi malam ini, menunggu memberontah disekujur tubuh.
Sesekali aku buka ponsel cerdasku yang baru semenit lalu aku letakkan disamping bangku, barangkali ada notifikasi darimu yang tak ku sadari.

Dalam ingin yang penuh menunggu, aku coba kelabuhi dengan mencari curahan hati pemuda-pemudi yang kekurangan kasih pada laju perkembangan teknologi dalam ponsel cerdas yang kini erat digenggam jemari. Ibu jariku terus menari mencari curahan hati pemuda-pemudi yang begitu getarkan sanubari. Hingga saat gerak ibu jemari terhenti pada senyum pipi. Senyum pipi yang pernah menyayat hati dengan penggal-penggal janji yang tak tertepati. Senyum pipi yang pernah mengisi hari dengan asmara yang begitu bersemi. Senyum pipi yang sering aku lukiskan dalam bait-bait puisi. Senyum pipi yang belakangan ini sering memberi apresiasi pada karya yang aku bagi pada laju perkembangam teknologi.

Bersamaan senyum pipi itu, terpampang sepenggal kode. Entah itu untukku, untuk terdahulu atau yang baru aku tak tau. Aku hanya bisa menerka dan menjarah bahwa sepenggal kode itu dihaturkan kepadaku, paling tidak bisa mengobati setitik menunggu meski takkan bisa menafkahi rindu.
Kode tak lebih dari celoteh yang sia-sia. Percayalah tsunami di aceh adalah salah-satu kode yang diberi Maha Kuasa, Tapi apakah kita manusia sudah bisa mencerna ?
Lakukanlah aksi nyata untuk menafkahi rindu, semisal dengan mengabari aku terlebih dahulu 😊

A14

CELOTEH HANGAT KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang