Aku ingin hilang, samarkan pahit kenyataan
Aku ingin hilang, lenyapkan sakit penalaran
Aku ingin hilang, bisukan jerit perasaanBilur kian membias setelah kembali disobek paras. Bisikan "aku bodoh" mengendap dalam hembus sesak, menetap dalam diam tatap, meluap dalam dangkal anggap. Pejam mata tayangkan kira yang berovolusi menjadi nyata. Jelas tertayang semua kibul tutur yang mulai menyerahkan diri lewat teknologi.
Aku coba kembali membangun dermaga dari reruntuhan akibat gempa. Tapi baru ku-dirikan tiang penyangga, gempa susulan kembali tiba, dengan skala yang sama, dengan kedalaman yang sama. Aku hanya bisa pasrah, mungkin semesta punya rencana. Karena aku percaya, apa yang kita bawah itu yang kita terima.
Hangat kopi dan gumpal asap putih bawa jiwa pada nirwana. Lahirkan penggal-penggal prosa; cinta tak hanya soal dada tapi juga kepala. Percaya tak hanya soal rasa tapi juga logika.
A14
KAMU SEDANG MEMBACA
CELOTEH HANGAT KOPI
Non-FictionCerita ini berisikan segala isi dada dan kepalaku saat hangat kopi menusuk tenggerokanku