Laku Suci

43 2 0
                                    

Dalam kesendirian, sering aku fikirkan tentang aku. Mencoba menembus kilas balik titik-titik laku yang melekat pada mungil tubuh. Sering aku temukan tanya "Laku-ku yang terlalu suci atau mereka yang tak tau menghargai ?".  Tanya yang memicu perdebatan bodoh kala sendu kuasai suasana.

Aku pernah berfikir untuk berhenti. Berhenti menyiksa diri dengan laku suci yang sering tak dihargai. Aku ingin jadi buta, bisu, dan juga tuli. Lalu kemudian menjauh dari kata menghargai yang sering tak kembali pada diri. Aku ingin kosong, tak punya apa-apa untuk meraslah apa yang tak bisa disapa mata. Namun nurani selalu gagalkan rencana. Nurani titipan Sang Ilahi selalu bawa aku pada kata bisa. Meski kadang akulah yang harus merasakan susah.

Mungkin aku telah diprogram untuk program yang semacam ini. Analisa terangku sering berkelana kesana. Bahwa aku sengaja dicipta untuk hadirkan cahaya pada mereka yang butuh dan mencarinya. Aku sengaja dicipta untuk membawa bahagia pada mereka yang meratapi luka. Walau cahayaku tak seterang sang surya, walau sendu tengah memegang kendali suasana.

Dalam damai hangat kopi, imajinasiku menjadi-jadi. Rangkai mimpi sebagai penguat diri.
Tidak dihargai adalah cara Sang Ilahi mengajari kita nikmat keikhlasan sejati. Tetaplah menjadi baik meski yang diterima pahit. Karena menjadi baik tidak salah, yang salah adalah menuntut balasan baik.

A14

CELOTEH HANGAT KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang