Patah

41 1 0
                                    

Aku kembali pada ruang hampa, setelah dadaku sempat berbunga. Menapaki jejak-jejak rasa yang pernah tumbuh bersama sebuah nama. Kembali aku dikutuk sepi, setelah asmara sempat menari. Menerka samar-samar intuisi yang pernah men-jadi bersama pesona pipi.

Aku jatuhkan diri pada cinta, sementara kau jatuhkan aku pada nestapa. Tak sempat aku utarakan rasa, kau lebih dulu menutup dada. Apalah arti sorot matamu kala itu yang menjarah keras hatiku akan mendamba ? Apakah aku yang mudah jatuh cinta, atau kau yang lihai memainkan sorot mata ?

Hadirnya ragamu tanpa sengaja menggores luka, bahkan sebelum kau bawa dan tinggal pergi sebuah rasa. Aku salah membayangkanmu akhir dan mula kisah dalam mimpi buku yang dicita-cita. Ternyata kau hanya memberi bumbu baru setelah beberapa cipta yang hampir serupa.

Aku merasa patah, telah jauh anganku berkelana, rangkai cerita kau dan aku yang menyatu menjadi kita. Sekali lagi mata dan dada pilih sosok yang sementara. Itu tak salah, hanya kembali membetulkan arah dengan cara yang sama. Luka.

Saat ini aku belajar sesuatu dari mata dan dada. Lebih baik patah dengan senyum sementara dan rasa yang tak sempat dibawa daripada kemudian bersama lalu pergi tanpa perkara dan tinggalkan luka yang lebih parah.

A14

CELOTEH HANGAT KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang