Hujan

41 1 0
                                    

Entah kenapa disaat hujan begini, ia selalu membawamu kembali. Ia selalu menuntun imaji untuk mencarimu dalam setiap tegukan kopi. Aku mencoba untuk tidak terbuai sepi, namun rintik hujan punya caranya sendiri untuk membawamu kembali. Kadang aku merasa dibodohi sebab bagaimana seseorang dikatakan akan kembali sedang ia tak pernah ada disisi. Kau tak pernah ada disini sedang aku begitu mengharapkan kau kembali.

Hujan memang punya ceritanya sendiri. Aku suka melukismu dalam puisi kala hujan begini, kemudian aku bagi pada wadah komunikasi yang canggih yang mungkin pernah kau baca namun tak pernah kau sadari bahwa setiap bait dalam puisi, semua tentang kamu. Kamu yang aku kagumi. Aku suka menulis tentangmu, lakumu, senyummu, candamu, tawamu semua tentang kamu meski tak pernah kau akui karena hanya dengan menulis rasanya rinduku bisa ku nafkahi.

Melukismu dalam puisi ibarat candu bagiku apalagi saat hujan. Aku selalu tergerak untuk mendulang sederet kata merdu yang kemudian aku rangkai menjadi satu kesatuan syahdu. Pilu akan ketiadaanmu, hari akan bualanmu, semua yang berhubungan denganmu pernah aku ramu yang mungkin jumlahnya kinin sudah beribu, padahal luka yang kau beri jumlahnya mungkin juga beribu. Tapi melukismu dengan puisi masih saja jadi candu bagiku. Kadang aku berfikir, aku terlalu cinta atau terlalu bodoh.

Aku pernah menentang kalbu untuk buta akan semua tentangmu tapi hanya masalah wakti sampai rindu membawaku kembali pada candu. Candu akan menulis tentangmu.

Kini hujan telah reda namun bayangan akan kau ada tak pernah lelah, terus saja berputar dikepala. Aku sadar mungkin aku hanya dilema, untuk pergi atau tetap tinggal. Aku bimbang. Aku harus pergi karena kau tak pernah benar-benar memintaku untuk tetap tinggal atau aku harus tinggal karena kau kau tak pernah benar-benar memintaku untuk pergi. Aku terjebak pada keadaan ini. Kini setelah hujan reda, aku meminta sebuah pasti. Manakah alasan yang akan kau beri, memintaku untuk tetap tinggal atau memintaku untuk pergi karena keadaan ini begitu menyiksa diri.

A14

CELOTEH HANGAT KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang